[%RbOC%] [%UahX%] #BoikotIHSG #GantiDireksiBEI #MoratoriumIPO #TolakFCA

random tag
[%isJP%] [%TuYP%] [%FSJB%] [%wkqi%]

@YansenDoang @IDX #BoikotIHSG #GantiDireksiBEI #MoratoriumIPO #TolakFCA

random tag
$ABX $DBX $MBX $PEMANTAUAN-KHUSUS

Sudah lebih dari 1.700 pendukung yang memberi dukungan dalam bentuk tanda tangan online untuk petisi penolakan Full Call Auction (FCA) $IHSG per jam 7 pagi hari ini.

https://chng.it/tdpVGGpQSf

Silakan bagi yang berkenan mendukung, tambahkan tanda tangan dan sebarkan petisi ini.

Seperti yang sudah saya sampaikan dan sudah banyak juga yang bahas, niat baik dari penerapan FCA untuk "perlindungan investor" ini memang bisa diterima, okelah.

Saham gocap Rp50 bisa likuid diperdagangkan lagi, mencegah "bandar" bisa naik dan turunkan harga dengan cepat berkali-kali (volatile) pada saham yang tidak likuid, memberi notasi untuk meningkatkan kehati-hatian investor, dll alasan.

Akan tetapi yang cukup mengganjar, eh mengganjal, mengapa proses pembentukan harganya harus sedemikian "tertutup"?
Fraksi harga hilang, bid dan offer tidak ada, investor harus tebak-menebak, spekulasi, mau "pasang" di harga berapa. Tentu ini mirip judi.

Jika bicara prinsip syariah, tentu proses tebak-menebak ini juga harusnya kurang sesuai ya. Padahal ada juga saham yang tergabung di papan pemantauan khusus masih masuk indeks syariah.

Sistem auction yang tertutup ini juga memudahkan pihak so-called "bandar" untuk tetap memainkan harga saham tanpa diketahui pergerakan penawarannya. Jadi niat baik di awal yang mau melindungi investor ini jadi ambigu.

Lalu, penerapan FCA pada Papan Pemantauan Khusus juga tidak terbatas pada saham gocap ke bawah.
Ada saham yang tidak gocap juga kena, saham yang berfundamental "baik" juga kena, saham yang rajin bagi dividen dengan yield lumayan pun juga kena. Karena ada 11 kriteria saham yang kena notasi pemantauan khusus.

Bahkan misal ada investor yang hold saham bluechip undervalue, lalu harga sahamnya naik tinggi terus-menerus, kena UMA suspend 2 hari, langsung masuk ke "papan gelap" ini juga. "Bandar" tentu mudah memainkan situasi psikologis ini terhadap ritel yang takut kena lock di transaksi auction. 
Kalau gini masih mau nyalahin investor ritel lagi? Padahal pilihan sahamnya kan sudah benar.

Lalu ada yang bilang petisi ini "percuma".
Ya namanya juga usaha, terima kasih bagi pihak yang memulai petisi ini dan menyebarkannya.
Siapa tau dengan banyaknya dukungan, viral di medsos, diangkat jadi headline di media massa, maka pemegang otoritas bisa meninjau ulang.

Ada lagi yang bilang, otoritasnya kan dipegang bursa, perusahaan swasta yang cuma tau cuan saja, suka-suka bursa mau gimana.
Lah kan ada OJK, bursa pun dalam supervisi OJK, investor ritel pun sudah sepatutnya dalam perlindungan OJK. OJK punya kewenangan menghentikan atau meninjau ulang lagi kok. OJK kan huruf depannya O singkatan dari Otoritas, jelas punya otoritas.

Kalau investor pada akhirnya lebih memilih instrumen lain seperti kripto atau bursa saham luar negeri yang dianggap lebih "adil" dan transparan, sedikit-sedikit migrasi ini juga berdampak ke pasar modal dalam negeri yang makin "kering".

Siapa tau petisi penolakan Full Call Auction ini mencapai kesuksesan, bukan harus dihapus total sistemnya, tapi kan bisa dibuat lebih baik.
Mirip seperti petisi penolakan Bea Meterai pada trade confirmation (TC) yang juga sukses di tahun 2020 lalu. Bukan dihapus total, karena itu amanat undang-undang. Tapi pelaksanaannya ditunda cukup lama hingga akhirnya diterapkan batas nominal TC yang kena bea meterai jadi lebih adil bagi investor modal cilik.

Terima kasih, hal yang baik mari didukung.

Tag yang kena dampak
$ADES $TOTO

Tag random, bisa saja suatu saat kena dampak
$GOTO $ASII