📈 Logam Dasar Semakin Memanas, Nikel Kembali Tembus US$21.000/Ton
Sejumlah komoditas logam dasar mengalami rally kenaikan harga dalam 1 pekan terakhir. Berdasarkan harga acuan bursa London Metal Exchange (LME) untuk kontrak berjangka 3 bulan, harga nikel melonjak +11,2% WoW ke level 21.080 dolar AS per ton, diikuti oleh tembaga yang naik +6,6% WoW ke level 10.668 dolar AS per ton dan penguatan harga timah sebesar +6,7% WoW ke level 34.251 dolar AS per ton.
Terdapat sejumlah faktor yang mendukung rally harga komoditas tersebut, antara lain:
▪ Melandainya inflasi AS – Data inflasi AS per April 2024 tercatat melandai ke level 3,4% YoY (vs. Mar 2024: 3,5% YoY), sejalan dengan ekspektasi konsensus. Hasil ini mengakhiri tren 3 bulan sebelumnya yang berturut-turut melampaui ekspektasi konsensus, sehingga menghidupkan kembali peluang dimulainya pemangkasan suku bunga The Fed pada 2024. Hal ini berpotensi meningkatkan aktivitas ekonomi, sehingga dapat meningkatnya permintaan industri atas komoditas-komoditas logam dasar.
▪ Stimulus pemerintah China – Pada 17 Mei 2024, pemerintah China memulai penerbitan obligasi senilai 1 triliun yuan (138 miliar dolar AS), yang ditujukan sebagai stimulus untuk mendorong sektor-sektor perekonomian kunci di negara tersebut. Stimulus ini berpotensi meningkatkan aktivitas ekonomi di China, sehingga menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga komoditas global.
▪ Kekhawatiran gangguan suplai – Gelombang kerusuhan di Kaledonia Baru, yang merupakan negara produsen nikel ketiga terbesar di dunia. Kerusuhan tersebut menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya disrupsi pada suplai nikel dunia.
▪ Terhambatnya izin produksi dari pertambangan Indonesia – Proses persetujuan RKAB pertambangan mineral masih berjalan lambat di Indonesia. Pemerintah dikabarkan belum memberikan status perkembangan terbaru mengenai persetujuan RKAB nikel dalam 2 bulan terakhir. Adapun hingga akhir Maret 2024, baru 15 RKAB tambang timah yang disetujui. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan gangguan operasional produksi. Indonesia merupakan salah satu pemain penting dalam produksi logam dasar global. Berdasarkan estimasi U.S. Geological Survey pada 2023, Indonesia berkontribusi terhadap 50% produksi nikel global, 18% produksi timah global, dan 4% produksi tembaga global.
🔑 Key Takeaway
Naiknya harga komoditas-komoditas logam dasar berpotensi meningkatkan rata-rata harga jual (ASP) yang dapat berujung pada kenaikan margin para emiten produsennya.
Seiring dengan rally harga komoditas-komoditas ini, para emiten yang menjadi proxy komoditas tersebut mengalami apreasiasi harga dalam 1 pekan terakhir:
â–ª Nikel: $MBMA (+15,18%), $INCO (+14,19%), $ANTM (+8,88%), $NCKL (+6,19%)
â–ª Tembaga: AMMN (+6,6%), $MDKA (+2,53%)
â–ª Timah: TINS (+4,3%)
Snips, 20 Mei 2024
bit.ly/3K7fKOc