imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

BATA – Ternyata Perusahaan ini Gak Bangkrut Loh!!!!

Brand sepatu BATA sangat melekat di benak saya. Bagaimana tidak, hampir semua sepatu saya gunakan waktu SD ini belinya di toko sepatu ini. Kualitas-nya yang cukup oke dan harga yang masih affordable membuat para orangtua suka membeli sepatu sekolah untuk anak – anak mereka di BATA. Ketika melihat pemberitaan di media bahwa BATA bangkrut, saya shock sih. Brand yang penuh kenangan masa kecil ini sampai bangkut. Hingga saya kulik berita dan laporan keuangannya sendiri dan menemukan bahwa “Oh kena click bait gue. Kirain bangrut total, ternyata hanya tutup pabrik.”

BATA yang sudah berdiri di Indonesia sejak era 1900an merupakan salah satu pemain lama di industry footwear Indonesia, hingga sempat menjadi top of mind bagi kalangan masyarakat Indonesia. Dari awalnya hanya sebagai improtir sepatu menjadi produsen sepatu & sandal dengan membangun pabrik di Kalibata Jakarta yang kemudian pindah ke Purwakarta pada tahun 1982.

Pabrik BATA mampu produksi hingga 4.5 juta pasang sepatu & sandal di tahun 2016 hingga kemudian produksi mereka terus mengalami penurunan ke angka 1.1 juta pasang di tahun 2023. Dalam 4 tahun terakhir, produksi BATA stuck di angka 1 jutaan saja. Selain karena factor Covid-19, menurut saya factor persaingan dan juga variasi produk menjadi alasan utama mengapa BATA sulit bersaing. Saat ini industry footware sudah sangat kompetitif, dimana mulai bermunculannya brand – brand local kecil ditambah masuknya barang – barang impor yang harganya sangat murah. Penjualan produksi sendiri menurun, dari yang sebelumnya bisa mencapai 90%-an dari total penjualan menjadi tinggal 38% di tahun 2023 (lihat gambar 1.

Baca ini: https://cutt.ly/jerurmaP

Tak ayal, kinerja keuangan BATA harus boncos selama 4 tahun terakhir. Per FY23, BATA harus menanggung rugi bersih sebesar Rp 191 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 109 miliar. Penjualan yang flat dan opex yang makin membengkak membuat kerugian tak terhindarkan. Sehingga cukup masuk akal manajemen menutup fasilitas produksi in-house mereka dan lebih focus ke bisnis retail saja. BATA juga terus melakukan efisiensi dengan menjual kantor utama mereka, Graha Bata di Jakarta Selatan dengan nilai jual yang cukup baik di harga 2x nilai bukunya.

Kondisi balance sheet BATA masih cukup aman sebenarnya. Meskipun 4 tahun berturut – turut menelan kerugian, ekuitas mereka masih tercatat positif Rp 131 miliar. Namun, mereka masih memiliki utang bank dan liabilitas sewa sebesar Rp 164.7 miliar, which is ini yang agak mengkhawatirkan. Jadi, langkah efisiensi ini harusnya merupakan keputusan terbaik yang bisa dilakukan BATA supaya tetap bisa survibe. So, untuk saat ini BATA belum bangkrut sih tapi let’s see apakah manajemen BATA mampu membalikkan perusahaan ke kinerja positif di masa depan???

Menurut kamu, apakah BATA akan mampu pulih ke kinerja terbaiknya atau tidak? Apakah kamu punya pengalaman masa lalu berbelanja di BATA? Yuk berdiskusi di kolom komentar.

Random Tags : $BATA $MAPA $LPPF $RALS

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy