DEBT TO EQUITY RATIO (DER)
Lagi-lagi tulisan naratif ini hal basic, jadi silakan skip kalau merasa tidak penting.
Di stream Stockbit, kadang masih ada perbedaan penafsiran mengenai "Debt/Liabilities" (Utang/Kewajiban).
Definisi secara umum, Debt atau Liabilities adalah seluruh utang atau kewajiban kepada pihak lain (selain investor) yang menjadi tanggungan perusahaan karena mendapatkan sumber daya untuk membiayai aset dan operasionalnya, termasuk juga hak milik pihak lain (baik dalam bentuk uang, pekerjaan, jasa, barang, dll) yang masih belum dipenuhi dan masih menjadi kewajiban perusahaan.
Artinya segala jenis utang, baik utang usaha (beli barang/persediaan/jasa), utang bank, beban akrual (utang beban), utang sewa, leasing, utang imbalan kerja (gaji/pensiun), utang pajak, dll.
Baik utang yang berbunga maupun yang tidak berbunga, masuk ke dalam definisi umum ini.
Namun, saat perhitungan DER (Debt to Equity Ratio) untuk mengukur solvabilitas perusahaan, definisi umum ini sering kali dikerucutkan lebih spesifik menjadi "Interest Bearing Debt to Equity Ratio". Walaupun penamaannya tetap DER, seperti yang ditampilkan di keystats Stockbit.
Artinya, DER hanya dihitung berdasarkan "utang berbunga" atau Interest Bearing Debt saja, dan tidak menyertakan utang yang tidak berbunga.
Ini dilakukan supaya DER murni mencerminkan besarnya utang yang bakal membebani laporan laba rugi perusahaan dengan beban bunga.
Utang tidak berbunga "diabaikan" karena dianggap tidak memberi tambahan beban ke laporan laba rugi, dan dalam kondisi normal utang tidak berbunga juga tidak memberatkan perputaran usaha selama diimbangi dengan aset lancar yang mumpuni.
Selain itu, penerapan Interest Bearing Debt dalam hitungan DER juga bisa menghindari bias, karena dalam beberapa kasus ada hal yang sebenarnya "menguntungkan" perusahaan namun harus dimasukkan ke bagian Liabilitas akibat adanya kewajiban (pekerjaan/hak) yang belum dituntaskan perusahaan.
Contoh:
Akun Liabilitas Kontrak / Uang Muka Penjualan di emiten properti, yang mana perusahaan sudah dapat uang dari pelanggan, namun terpaksa harus dicatat di Liabilitas karena perusahaan masih berutang pekerjaan sampai serah terima unit. Padahal harusnya itu adalah Pendapatan yang menambah laba.
Begitu juga dalam kasus emiten event organizer $DYAN misal, DP customer sudah masuk, tapi DYAN berutang pekerjaan sampai event-nya rampung, maka selama itu pula uang customer akan dicatat di Liabilitas.
Atau dalam kasus garansi, poin membership, klaim promosi. Kewajiban perusahaan belum jadi nyata selama tidak ada klaim. Namun kalau perusahaan sudah menerima uang dari pelanggan, maka harus dicatat di Liabilitas.
Dan kasus utang/kewajiban lainnya, yang tidak bisa disepadankan dengan utang berbunga yang jelas memberi beban ke keuangan dan laba perusahaan.
Sehingga hitungan DER yang exclude utang berbunga, dianggap lebih mampu memberi gambaran yang tepat mengenai solvabilitas perusahaan.
Akan tetapi dalam kasus perusahaan yang bayar utang supplier (utang usaha) saja tidak mampu misalnya $WSKT, perusahaan yang bayar gaji karyawan saja nunggak, royalti gak dibayar, sewa nunggak, serah terima unit mangkrak seperti $LPCK, dll padahal bukan utang berbunga.
Maka hitungan DER yang exclude utang berbunga justru malah bisa menyesatkan.
Jadi untuk lihat DER, perhatikan betul-betul apa bidang usaha dan kondisi perusahaannya.
Kalau perusahaan normal-normal saja atau malah ada potensi pendapatan yang dicatat masuk ke Liabilitas, maka gunakan Interest Bearing Debt to Equity Ratio.
Tapi kalau perusahaan terindikasi bahkan sudah bermasalah, semua utang sudah jadi beban berat bagi perusahaan, maka semua jenis utang lebih baik dimasukkan ke hitungan DER.
Contoh laporan keuangan pakai $UCID yang zero Interest Bearing Debt dan keystats Stockbit juga DER "setrip", adakah utang yang patut dikhawatirkan di sini?
$IHSG
1/3