SUKU BUNGA ACUAN NAIK KE LEVEL 6.25%, APA DAMPAKNYA TERHADAP BTPS?
Beberapa hari yang lalu, BTPS telah merilis laporan keuangan untuk periode Q1 2024 dan seperti yang banyak dibahas, kinerja BTPS sebenarnya belum terbilang cukup baik namun sudah mulai menunjukkan pemulihan, seperti penurunan pembiayaan bermasalah (meskipun turun karena dihapusbukukan), penurunan beban CKPN yang didorong oleh tingkat NPF Coverage yang sudah mencukupi, dan mulai membaiknya capaian laba perusahaan jika dibandingkan periode di saat beban CKPN sedang naik-naiknya. Pada saat yang bersamaan, Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuan ke level 6.25% sebagai langkah untuk mengatasi pelemahan Rupiah. Naiknya suku bunga acuan tentunya akan mengakibatkan perlambatan ekonomi. Lantas apa dampak dari kenaikan suku bunga ini terhadap BTPS? Let's discuss.
Kita bahas dari sisi internal BTPS terlebih dahulu. BI Rate biasanya digunakan sebagai acuan penentuan bunga atau dalam perbankan syariah disebut sebagai imbal hasil. Bicara terkait industri perbankan, maka naik turunnya BI Rate tentu akan mengakibatkan perubahan imbal hasil deposito yang mana merupakan “dana mahal” dari perusahaan perbankan.
Jika kita breakdown lebih lanjut (Gambar 1), ternyata komposisi dana pihak ketiga BTPS didominasi oleh dana mahal dengan rasio CASA per Q1 2024 adalah 33.01% dengan imbal hasil deposito sebesar 6.02% (Gambar 2). Jika ternyata di masa depan tingkat imbal hasil deposito BTPS meningkat tentunya akan meningkatkan beban imbalan BTPS. Namun, jika kita cermati lagi (Gambar 1), meskipun didominasi dana mahal, Net Operating Margin dari BTPS tercatat di level yang tinggi yakni di atas 10%-!
Kesimpulannya adalah meningkatnya BI Rate berpotensi untuk meningkatkan beban imbalan BTPS mengingat mayoritas dana pihak ketiganya merupakan deposito atau dana mahal namun di sisi lain kenaikan beban tersebut dapat ditoleransi dengan tingginya Net Operating Margin dari BTPS sehingga dampak dari kenaikan BI Rate relatif tidak signifikan.
Next kita bahas dari segi eksternal. Naiknya suku bunga acuan tentunya akan mengakibatkan perlambatan ekonomi, khususnya sektor yang relatif sensitif terhadap kenaikan suku bunga seperti sektor properti. Meskipun pembiayaan dari BTPS ditujukan pada sektor-sektor yang tidak terlalu sensitif terhadap kenaikan suku bunga namun tentunya sektor yang terpengaruh akan menciptakan efek domino terhadap sektor-sektor lainnya. Simpelnya, jika penjualan perusahaan properti lesu tentunya akan berdampak terhadap sektor lain yang terlibat dalam pembangunan properti seperti semen dan jasa konstruksi. Dengan kata lain, kenaikan suku bunga cenderung memberikan dampak negatif secara tidak langsung terhadap BTPS.
Well, bagaimana pendapat teman-teman Stockbit terkait hal ini? Jika ada yang bisa ditambahkan ataupun didiskusikan boleh ditambah di kolom komen ya. Tentunya tulisan ini dibuat berdasarkan analisis dan opini pribadi dan bukan merupakan ajakan jual beli suatu saham. Akhir kata, thanks for reading and happy investing-!
Tags :
$BTPS $IHSG
Source :
Gambar 1 - Laporan Keuangan BTPS, Diolah
Gambar 2 - Ringkasan Produk BTPS
1/2