USD-IDR TEMBUS RP16.000, SEBERAPA BESAR DAMPAKNYA KE INDF?
Tampaknya libur panjang kali ini diselimuti dengan beragam sentimen negatif terhadap kondisi perekonomian Indonesia, khususnya kurs USD-IDR yang per tulisan ini dibuat telah menembus level Rp16,000. Jika terjadi pelemahan kurs USD-IDR, tentu perusahaan-perusahaan yang mengimpor bahan baku ataupun memiliki liabilitas dalam mata uang USD yang besar akan terdampak. Berbicara terkait kedua hal tersebut, terlintas saham INDF yang mengimpor bahan baku berupa gandum serta mempunyai utang berbunga yang cukup masif dalam mata uang USD. Namun sebenarnya seberapa besar dampak pelemahan kurs USD-IDR pada INDF? Let’s discuss.
Sedikit flashback, pada tahun 2020 lalu, INDF melalui anak usahanya ICBP melakukan akuisisi terhadap Pinehill Company Limited. Akuisisi ini meningkatkan utang dari ICBP dan tentunya terkonsolidasi pada INDF sebagai induk usaha. Memang sebenarnya jumlah utang ini tidak menjadi masalah mengingat INDF mampu menghasilkan kas dari operasional bisnisnya sebesar 5.5x dari beban bunga yang dibayarkan namun yang menjadi permasalahan adalah utang berbunga dalam mata uang asing, khususnya USD.
Mengingat mata uang operasional dari INDF adalah IDR sementara utang yang dimiliki adalah USD maka dengan melemahnya kurs USD-IDR tentunya secara naluriah kita akan berasumsi kinerja INDF akan terdampak secara negatif tapi sekali lagi pertanyaannya adalah seberapa besar pengaruhnya?
Pada tulisan ini, saya akan mencoba menilai pengaruh pelemahan kurs USD-IDR terhadap kinerja INDF sendiri dalam jangka pendek, untuk tahun 2024. Bisa kita lihat pada Gambar 1 bahwa porsi utang dalam mata uang asing (yang merupakan USD) terbilang cukup kecil, hanya sekitar 16% dari keseluruhan utang bank jangka pendek INDF. Selain itu, terdapat utang obligasi dalam mata uang USD yang bunganya dibayarkan setiap tahunnya, setiap tanggal 27 April, 9 Juni, 27 Oktober, dan 9 Desember dengan bunga mulai dari 3.5% hingga 4.84%.
Pelemahan kurs USD-IDR tentunya akan menambah beban bunga yang harus dibayarkan oleh INDF. Namun, mengingat INDF mampu menghasilkan kas dari bisnisnya 5.5x lebih besar dari beban bunga yang harus dibayarkan serta utang obligasi yang merupakan komponen utang dalam mata uang USD terbesar belum jatuh tempo, bahkan masih lama, paling cepat tahun 2031, maka dapat disimpulkan dalam jangka pendek, INDF tetap terdampak secara negatif oleh pelemahan kurs USD-IDR namun pengaruhnya saya nilai tidak signifikan.
Namun timbul satu pertanyaan. Pada tahun 2022 kemarin, laba bersih INDF ambles cukup dalam karena faktor rugi selisih kurs. Apakah hal ini dapat berulang? Let’s discuss.
Perhatikan Gambar 2, bagian tahun 2022. Alasan terjadinya rugi selisih kurs pada tahun 2022 adalah INDF melakukan pembayaran liabilitas jangka pendek lainnya senilai USD650juta. Sedangkan untuk tahun 2024 nanti, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pengaruhnya tetap ada namun tidak signifikan.
Nah, itu tadi untuk pengaruh pelemahan kurs USD-IDR terhadap saham INDF, lantas bagaimana prospeknya untuk tahun 2024 nanti?
Angin segar untuk INDF datang dari penurunan harga komoditas yakni gandum yang merupakan bahan baku dari segmen CBP dan Bogasari serta harga CPO yang mengalami kenaikan dibandingkan harga rata-rata sepanjang tahun 2023 pada awal tahun 2024. Harapannya, meningkatnya harga CPO dapat mengkompensasi kinerja segmen agribisnis yang cenderung flat/melemah mengingat umur pohon kelapa sawit yang tidak produktif.
And last but not least, kinerja yang terbilang cukup memuaskan untuk tahun 2023 kemarin tentunya akan dinikmati para pemegang saham INDF dalam bentuk deviden. Dengan EPS sebesar Rp928/share dan histori Dividend Payout Ratio di kisaran 32-50% dalam 5 tahun terakhir, maka potensi dividen yang dibagikan berdasarkan laba bersih tahun 2023 adalah sebesar Rp297-Rp464/share. Per review ini dibuat, harga saham INDF bertengger di level Rp6,500/share yang artinya mencerminkan dividend yield sebesar 4.5-7.1%. Not bad at all, hehe-!
Well, that's all from me. Tentunya tulisan ini dibuat berdasarkan opini dan hasil riset pribadi dan bukan bertujuan sebagai ajakan jual beli saham. Bagaimana tanggapan teman-teman? Let me know ya di kolom komentar-! Akhir kata, thanks for reading and happy investing-!
Tags : $INDF $IHSG
Related : $ICBP
Source :
Gambar 1 - Laporan Keuangan INDF
Gambar 2 - Laporan Keuangan INDF
Gambar 3 - TradingEconomics
Gambar 4 - TradingEconomics
1/4