Menjelang terbitnya musim laporan keuangan untuk Q1 2024, (yang akan mulai rilis pada bulan april 2024).
Kemungkinan hasil laporan keuangan emiten $DRMA pada Q1 2024, bila dibandingkan dengan hasil laporan keuangan Q1 2023 (tahun lalu), hampir bisa dipastikan hasilnya tidak akan lebih baik dari hasil LK Q1 2023. Dikarenakan pada LK Q1 2023 terdapat tambahan pendapatan dari hasil non-usaha, yaitu “goodwill negatif” sebesar 55,9 M. dan ini sifatnya hanya sekali saja, sehingga bisa dipastikan pada Q1 2024 tidak akan ada pendapatan dari “goodwill negatif” ini kembali.
Lalu apa itu “goodwill negatif” yang tertulis pada laporan keuangan DRMA di Q1 2023?
Adalah selisih nilai dari jumlah yang dibayar emiten sewaktu mengakusisi perusahaan. Atau bisa dibilang sewaktu emiten DRMA mengakusisi perusahaan (untuk mendukung bisnis usaha-nya) membayar dengan harga yang lebih murah (dibawah nilai harga wajarnya). Sehingga dalam laporan keuangan, hal tersebut dianggap emiten sebagai “goodwill negatif” atau keuntungan dari membeli perusahaan yang jauh lebih murah (dari nila wajar-nya).
Jadi kalau kita mau mendapatkan laba bersih emiten DRMA sebenarnya yang hanya dari bidang usahanya saja adalah 219 M (total laba bersih emiten di Q1 2023) dikurangi nilai “goodwill negatif” pada laporan keuangan di Q1 2023 senilai 55,9 M. Jadi laba bersih emiten sebenarnya yang hanya dari bidang usahanya saja adalah 163,1 M.
Sehingga apabila emiten di Q1 2024 dapat memperoleh laba bersih senilai atau diatas 163.1M. berarti laba bersih emiten hasilnya sama atau masih mengalami pertumbuhan terhadap Q1 2023 (setelah mengeluarkan pendapatan non-usaha yang dari “goodwill negatif-nya”).
Revenue DRMA pada Q1 2023 sebesar 1.441 M.
Laba bersih DRMA pada Q1 2023 sebesar 219 M (termaksud penghasilan dari “goodwill negatif”).
Apa bila tanpa memasukan penghasilan dari “goodwill negatif”, berarti laba bersih DRMA di Q1 2023 adalah 163,1 M.
Dan apa bila laporan keuangan Q1 2024 hasilnya betul tidak lebih baik dari laporan keuangan pada Q1 2023. mungkin ini akan berdampak ke penurunan harga saham DRMA, tetapi tidak menutup kemungkinan apabila pada quartal selanjutnya (di Q2, Q3 dan Q4 tahun 2024) emiten DRMA dapat meningkatkan kembali kinerja perusahaan (pendapatan dan laba bersih dari usaha-nya). Sehingga laporan keuangan emiten dapat terus meningkat dan bertumbuh. Baik hasil laporan keuangan terhadap Quartal-on-Quartal dan Year-on-Year. Dan bila itu bisa terjadi, mungkin penurunan harga saham yang terjadi sekarang ini hanya akan bersifat sementara.
Semua kembali ke kinerja perusahaan dimasa mendatang (diluar kontrol kita). Kita sebagai investor retail hanya bisa melihat (memprediksi) dan mempercayakan kinerja emiten dimasa mendatang kepada manajemen perusahaan.
Dan akan lebih bijak apa bila kita mengetahui ada-nya penurunan atau kenaikan pendapatan dan laba bersih emiten disebabkan oleh apa? yang disampaikan manajemen emiten pada laporan keuangan ditiap kuartal atau tahunnya.
Tetap menarik dilihat emiten DRMA ini yang masih memiliki “growth story” dengan berbagai katalis dari luar dan dalam perusahaan. Dari luar perusahaan, salah satunya tentang pertumbuhan mobil listrik di-Indonesia, dengan kesiapan dan ketertarikan emiten masuk ke segmen mobil listrik. Kemudian dari dalam perusahaan emiten masih terus melakukan ekspansi usaha . Sebenarnya hal ini bisa jadi merupakan salah satu tanda keseriusan dan optimisme emiten yang masih melihat seberapa besar peluang bisnis yang sedang dihadapi emiten di-sektornya.
1/3