Pantaskah $PZZA Pizza Hut Indonesia jadi sasaran boikot ?

Postingan ini bakal agak panjang menguraikan garis hubungan antar para pihak sekaligus menjabarkan segala kemungkinan sesuai pemahaman saya berdasarkan informasi yang ada.

Jadi, Pizza Hut di Indonesia saat ini dioperasikan oleh PT Sarimelati Kencana Tbk (Sriboga Group), listing di BEI dengan ticker PZZA pada tahun 2018.

Sarimelati (PZZA) adalah pemegang hak waralaba dari Pizza Hut Asia Pacific Holdings LLC (anak usaha Yum! Brands) selaku pemilik merek Pizza Hut.
Dengan hak waralaba itu, PZZA bisa mendirikan dan mengoperasikan gerai Pizza Hut di Indonesia.

Sebagai imbalannya, PZZA wajib membayar beban waralaba (franchise fee) ke Yum! setiap kali PZZA mendirikan gerai baru.
Hak waralaba diberikan selama 10 tahun per gerai, dan bisa diperpanjang untuk jangka waktu 10 tahun kemudian. Atas perpanjangan hak waralaba itu, PZZA juga wajib membayar renewal fee ke Yum!.
Selain itu ada pula beban waralaba berkelanjutan yang dihitung berdasarkan persentase tertentu dari total penjualan, yang harus dibayarkan ke Yum!.

Sebagai info, Yum! ini selain merupakan pemilik merek Pizza Hut, juga adalah pemilik merek KFC dan Taco Bell yang di Indonesia pewaralabanya adalah $FAST, serta The Habit Burger Grill.

Jadi jelas ya, Yum! sebagai pemilik merek Pizza Hut tentu dapat aliran dana dari operasional PZZA di Indonesia.
Nilai franchise fee PZZA ini jika dibagi rata per tahun sekitar Rp 235 miliar.
Rinciannya, ada hak waralaba yang dibayar di muka oleh PZZA ke Yum! atas pembukaan gerai baru serta renewal dan masuk ke akun aset "Beban Waralaba yang Ditangguhkan", nah ini nilainya diamortisasi per tahun.
Lalu ada tambahan "Beban Waralaba Berkelanjutan" yang dihitung dari persentase penjualan.
Keduanya kalau ditotal sekitar Rp 235 miliar itu tadi.

Lalu, apakah Yum! setelah dapat dana Rp 235 miliar per tahun dari Indonesia lewat PZZA ini lalu dipakai untuk dukung Israel?

Sejauh ini tidak ada bukti Yum! mendukung Israel, dan tak pernah ada statement atau bukti upaya Yum! dalam menyokong militer atau pemerintahan Israel.

Kemudian, ada info kalau Yum! pada tahun 2021 mengakuisisi perusahaan teknologi Israel yakni TicTuk, yang bikin aplikasi order makanan via chat. Berarti ada hubungan dong?

Yup, itu benar dan keperluannya adalah untuk mensupport bisnis resto Yum! supaya bisa lebih mudah proses ordernya via chat di kawasan Timur Tengah sana. Aplikasi TicTuk pun tidak ada di Indonesia. Jadi, menurut saya ini terlalu jauh dikaitkan dengan PZZA.

Ibarat aplikasi WA, Facebook, Instagram, Google, OS Android, bahkan chip semikonduktor yang tertanam dalam handphone yang saya pakai buat ngetik postingan ini pun ada kandungan "Israel"-nya. Sulit dihindarkan.

Ibarat pula kalau UMKM makanan mau mudah laku jualan dan luas jangkauan pasarnya, lebih baik daftar Go Food, Grab Food, dan Shopee Food.
Yum! dan TicTuk ibaratnya begitu untuk support operasional kawasan sana dan dunia internasional di luar Indonesia.

Terus kan ada postingan dari Pizza Hut Israel yang memberi makan pizza gratis ke tentara Israel, itu gimana?

Kedudukan Pizza Hut Israel sama dengan PZZA (Pizza Hut Indonesia), yaitu pewaralaba, pemegang hak merek.
Jadi, memang benar hal itu terjadi. Bahkan tahun 2017 pun pernah ada insiden Pizza Hut Israel buat postingan iklan yang mengolok-olok tahanan Palestina. Hal ini langsung dikecam dengan tagar boikot. Sampai-sampai Pizza Hut pusat di US (Yum!) mengeluarkan statement mengecam keras tindakan ini, akhirnya iklan tersebut pun di-takedown.
Jadi jelas ya, itu adalah "ulah" dari pewaralaba Pizza Hut di Israel yang sangat jauh kaitannya dengan PZZA di Indonesia.

PZZA malah jelas-jelas sudah memberi donasi dari kas perusahaan ke Palestina lewat PMI, juga menempatkan QR code galang dana donasi PMI di tiap gerai PZZA di Indonesia.
Sesuatu yang sangat bertolak belakang dengan yang dilakukan pewaralaba Pizza Hut di Israel.

Sama pula dengan pewaralaba McDonald's di Israel menyokong donasi ke Israel, sementara pewaralaba McDonald's negara lainnya di kawasan Timur Tengah malah menyokong donasi ke Palestina. McDonald's "pusat" pun tidak ada dukungan ke Israel.

Jadi jelas ya Pizza Hut itu sifatnya adalah hubungan waralaba (franchise), bukan cabang (branch), sehingga segala macam operasional dan supply chain sudah tidak lagi dalam kontrol pusat, sepenuhnya menjadi hak dan kewajiban pewaralaba.
Urusan di Israel, beda dengan urusan di Indonesia, bisa dikatakan tidak ada hubungan.

Nah kalo gitu, daripada PZZA terus dikait-kaitkan dengan gerakan boikot, tetap jual saja pizza tapi ganti nama yang "serupa tapi tak sama"?

Tidak semudah itu ferguso, sudah jadi hal lumrah dalam perjanjian franchise, akan ada klausul larangan bagi pewaralaba untuk menjalankan usaha lain dengan menu yang serupa. Pelanggaran klausul tentu akan kena pinalti dan bisa digugat secara hukum.
Jika PZZA mau secara "dadakan" berhenti menggunakan merek Pizza Hut, ini juga biasanya sudah dibatasi dalam perjanjian.

PZZA pun perlu melakukan reklasifikasi akun di posisi aset yaitu "beban waralaba yang ditangguhkan" sebesar Rp 79 miliar, langsung dicatat jadi Beban, jika PZZA memutuskan berhenti memakai nama Pizza Hut. Belum lagi ketambahan pinalti dan biaya pemberhentian lainnya. Sudah rugi, tambah rugi.

Hmm, kalo gitu PZZA (Sarimelati) buka resto dengan konsep dan menu yang lain lagi saja?

Tentu bisa, tapi pun dalam kondisi sekarang ini tidak mudah. Adakah jaminan resto konsep baru itu bisa diterima oleh masyarakat?
Dengan kondisi keuangan PZZA yang kurang baik, investasi besar dengan konsep baru juga bukan hal mudah, belum tentu bisa balik modal.
Apalagi turunnya kinerja PZZA juga bukan semata-mata pengaruh boikot, tapi memang ada faktor daya beli masyarakat yang sedang lemah juga.

Namun, yang saya tangkap upaya PZZA untuk "rebranding" ini memang sudah makin terang, tapi dilakukan dengan cermat, hati-hati, dan perlahan. Jika berhasil maka merek Pizza Hut bisa dilepas. Apa itu upayanya?

Ristorante, jelas itu.

Maka di tampilan nama gerai Ristorante hanya pakai logo Pizza Hut, tapi nampaknya sengaja mulai tidak menuliskan frasa "Pizza Hut" di depan.
Promosinya pun pakai embel-embel "inovasi lokal" walaupun yang dijual menu ala Italia.

Konsep Ristorante ini dicoba dulu di sebagian kecil gerai pilihan. Tidak diubah di semua gerai jadi Ristorante karena bisa menimbulkan "shock". Tetap pakai nuansa Pizza Hut supaya transisinya lebih smooth.

Mungkin dengan alasan juga "sayang" biaya waralaba yang sudah terlanjur dibayarkan agar bisa diamortisasi dan dikurangi perlahan sampai jangka waktu 10 tahunnya habis. Lalu bisa jadi setelah itu tidak diperpanjang. Ini dilakukan agar tidak diperlukan reklas pembebanan dalam satu waktu, selain juga menghindari pinalti dan juga masalah hukum.

Saya perhatikan juga gerai yang diubah konsep jadi Ristorante merupakan gerai-gerai yang umurnya sudah lama, mungkin ini yang jangka waktu waralabanya mau habis.
Kalau konsep Ristorante berhasil diterima, maka bisa jadi waralaba Pizza Hut untuk gerai-gerai ini yang akan lebih dulu dihentikan, tidak diperpanjang, lalu menyusul gerai yang lain secara bertahap

Ristorante inilah yang akan jadi wujud Pizza Hut versi "lokal" nanti.
Maybe, gelagatnya seperti itu.

Sejak terakhir tahun 2022, PZZA juga sudah melakukan moratorium ekspansi gerai baru. Sesuai perjanjian waralaba, maka PZZA tidak perlu bayar beban waralaba untuk pembukaan gerai baru lagi.
Jadi selain karena faktor keuangan yang terbatas, maka makin masuk akal kalau PZZA mulai fokus ke strategi "melokal" sehingga transisinya tidak semakin lama, juga tidak kebanyakan jumlah gerai yang menunggu jangka waktu waralabanya habis.

Kemudian, PZZA tentu berupaya mencegah risiko pesaing lain yang mengambil alih waralaba Pizza Hut di Indonesia, jika PZZA secara gegabah melepas merek ini tanpa pertimbangan matang.
Saya duga, PZZA tetap akan mempertahankan merek Pizza Hut semata-mata agar pesaing lain tidak seenaknya masuk pakai nama Pizza Hut. Sembari mengembangkan konsep baru di luar merek Pizza Hut.

Jadi menurut saya pribadi, PZZA tak pantas jadi korban boikot. Tidak ada hubungan dengan Israel, bahkan jelas mendukung Palestina lewat donasi.
Jika mau dikaitkan, terlalu jauh, dan kesannya memaksa dihubung-hubungkan, padahal korban boikot yang nyata adalah saudara sebangsa sendiri.

Lalu upaya PZZA (Sarimelati) untuk lebih dari sekedar "Pizza Hut", juga sudah dilakukan. Mari kita dukung.

$MAPA $MAPI $ERAA

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy