INKP FY 2023 REVIEW
Kinerja INKP untuk kuartal ke-4 terbilang tidak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya. Penjualan INKP mengalami penurunan sebesar -13% secara YoY. Penurunan ini terjadi pada seluruh produk, mulai dari kertas budaya (-4.5% YoY), pulp (-9.7% YoY), hingga kertas industri yang mengalami penurunan paling signifikan (-23.7% YoY). Apa yang menyebabkan penurunan ini?
Jika kita bedah lebih lanjut pada materi Public Expose (Gambar 1), sebenarnya volume penjualan dari INKP mengalami peningkatan. Yang jadi permasalahan adalah yakni harga jual (Gambar 2). Seluruh segmen mengalami penurunan harga jual dimana pulp mengalami penurunan harga sebesar -16% YoY, harga jual kertas budaya mengalami penurunan sebesar -5.5% secara YoY, dan harga jual kertas industri yang terkoreksi sangat signifikan, -25% YoY-! Di sisi lain, INKP tidak bisa menggenjot produksi di kala harga jual sedang tidak bersahabat mengingat tingkat utilisasi pabrik yang sudah berada di >90% sehingga berimbas pada penurunan penjualan INKP.
Penurunan harga jual produk kertas sendiri disebabkan oleh kondisi demand yang lemah, terutama dari penjualan ekspor yang merupakan bobot penjualan terbesar INKP dari segi geografis. China merupakan negara tujuan ekspor terbesar dari Indonesia. Selain itu, China juga merupakan negara pengguna produk pulp dan kertas pertama di dunia yang bisa dilihat pada Gambar 3. Hanya saja, jika kita breakdown penggunaan produk pulp dan kertas China sepanjang tahun 2023 (Gambar 4) cenderung stagnan. Selain itu, kondisi perekonomian China sepanjang tahun 2023 juga tidak terlalu baik yang tentunya memberikan imbas negatif terhadap sisi permintaan produk pulp dan kertas.
Penjualan yang menurun tentunya berimbas pada penurunan laba kotor (-28.7% YoY), laba usaha (-30.8% YoY), dan laba bersih (-52% YoY). Namun di sisi lain, pencapaian ini terbilang cukup baik jika dibandingkan secara historis.
Ada beberapa hal yang bisa dibahas dari Balance Sheet INKP. Pertama, dari segi piutang usaha yang porsinya cukup besar dari aset lancar. Piutang usaha INKP didominasi oleh piutang kepada pihak berelasi sebesar 75.4% dari keseluruhan piutang. Jika kita breakdown lebih lanjut, piutang kepada pihak berelasi ini sebagian besar ditujukan kepada PT Cakrawala Mega Indah yang merupakan distributor dari INKP kepada pasar lokal. Saya pribadi tidak mempermasalahkan hal ini mengingat porsi piutang yang belum jatuh tempo masih sebesar 94% dari keseluruhan piutang serta cashflow INKP yang konsisten terjaga di level yang positif.
Kedua, utang berbunga. Memang jika kita lihat secara historis, INKP merupakan perusahaan yang gemar menerbitkan obligasi sehingga porsi utang berbunganya terbilang relatif besar – sekitar 83% dari keseluruhan liabilitas. Lantas, apakah ini berbahaya? Saya pribadi menganggap hal ini bukan masalah besar mengingat INKP mampu menghasilkan kas dari aktivitas operasionalnya 2.7x lebih besar dari beban bunga yang harus dibayarkan. Selain itu, cashflow INKP selalu konsisten berada di zona surplus.
Lantas, bagaimana kondisi INKP ke depannya? Ada beberapa hal menarik untuk diperhatikan ke depannya untuk menilai apakah kinerja INKP dapat membaik.
Hal yang paling prospektif dari INKP tentunya adalah dari pembangunan pabrik barunya yang ditargetkan akan mulai beroperasi pada tahun ini. Meskipun pabrik ini tidak akan langsung dapat beroperasi pada utility rate maksimal, namun dengan adanya pabrik baru ini tentunya akan menambah kapasitas produksi yang tentunya akan menambah penjualan perusahaan ke depannya.
Beberapa bulan yang lalu, saya sempat melakukan sedikit perhitungan sederhana terkait proyeksi EPS dari INKP ke depannya dengan menggunakan data yang disajikan pihak manajemen pada laporan rencana transaksi material di atas 50% ekuitas terkait rencana ekspansi yang dirilis tahun lalu. Pada perhitungan EPS, saya akan menggunakan kurs USD-IDR di level USD1 = Rp15,000 dan mengacu pada jumlah saham beredar sebanyak 5.47 miliar lembar saham.
Grafik berwarna jingga adalah EPS INKP yang sudah real sedangkan grafik berwarna biru adalah proyeksi EPS INKP ke depannya. Jika kita lihat pada Gambar 6, tampak bahwa pabrik baru INKP memang memberikan tambahan EPS hanya saja tampaknya tidak melebihi tahun 2022 yang merupakan level all time high-nya. Let’s discuss.
INKP merupakan perusahaan yang bergerak di sektor pulp and paper yang merupakan komoditas, dalam arti harga ditentukan oleh pasar sehingga sifat dari perusahaan komoditas seperti INKP ini adalah cyclical yang berarti di saat harga komoditas pulp and paper berada di atas awan maka perusahaan tentunya akan panen raya seperti yang terjadi pada tahun 2018 dan 2022 untuk INKP dan sebaliknya, di saat harga komoditas mengalami pelemahan maka tentunya kinerja perusahaan akan mengalami penurunan ataupun perlambatan seperti yang terjadi pada tahun 2019 dan 2020 untuk INKP.
Yang ingin saya sampaikan adalah grafik di atas merupakan hasil pengolahan data yang merupakan proyeksi dari perusahaan untuk tahun-tahun berikutnya dalam kondisi normal (dalam arti harga komoditas pulp and paper stabil). Jika dalam kondisi stabil saja EPS INKP mengalami peningkatan, bagaimana jika dihadapkan dengan harga komoditas tinggi seperti di tahun 2022? Tentunya EPS dari INKP juga berpotensi untuk membuat all-time high baru (meskipun tidak menutup kemungkinan kinerja perusahaan juga akan terbebani dengan penurunan harga komoditas). Di sisi lain, jika kita kembali mengacu pada grafik di atas, dengan adanya pabrik baru ini, EPS dari INKP mampu untuk bertahan dan terus bertumbuh di atas Rp1,500/share, bahkan melampaui Rp2,000/share di saat pabrik baru tersebut sudah beroperasi sepenuhnya. Jika perusahaan bisa membukukan EPS sebesar itu di masa depan sedangkan saat ini perusahaan dijual dengan harga Rp9,000-Rp9,500/share yang artinya INKP dihargai dengan PER 4,5x, bukankah itu sebuah opportunity yang baik? Hehe-!
Kedua, potensi pemulihan ekonomi dari China. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, China merupakan negara konsumer produk pulp dan kertas pertama di dunia. Membaiknya kondisi ekonomi China tentunya akan berdampak baik terhadap penjualan ekspor INKP.
Namun, tentunya ada risiko yang harus dipertimbangkan seperti volatilitas kurs USD-IDR yang sempat menggerus laba perusahaan pada Q1 2023 kemarin, tingkat freight index yang mulai merangkak naik jika dibandingkan dengan tahun 2023 yang dapat berdampak terhadap cost ekspor perusahaan, pemulihan ekonomi yang tertunda baik dari ekonomi domestik maupun global khususnya China yang tentunya memangkas demand untuk produk pulp dan kertas, dan lain sebagainya.
Anyway, itulah review singkat terkait kinerja INKP untuk FY 2023. Tentunya, catatan ini dibuat dengan tujuan untuk menyampaikan informasi, bukan ajakan beli ataupun jual, so it is better for you, readers, to always DO YOUR OWN RESEARCH-! Akhir kata, thanks for reading and happy investing-!
Tags :
$INKP $IDXBASIC $IHSG
Source :
Gambar 1 - Materi Public Expose 2024 (INKP)
Gambar 2 - Laporan Keuangan INKP, Diolah
Gambar 3 - Statista
Gambar 4 - https://cutt.ly/aw30aEyX
Gambar 5 - Laporan Keuangan INKP, Diolah
Gambar 6 - Laporan Rencana Transaksi Material Di Atas 50% Ekuitas INKP, Diolah
1/6