APA YANG GERAKIN HARGA SAHAM?
Menurut ane terlalu naif untuk seorang fundamentalis mengabaikan tren supply demand
Karena realitanya kita baru bisa untung kalau jual di harga yang lebih mahal. Apa sih yang sebenernya membuat harga saham itu bisa naik turun? Mau itu saham gorengan, atau saham berfundamental baik, faktor-faktor ini diperhitungkan oleh konsensus market yang akhirnya membentuk harga saham
1. KINERJA FUNDAMENTAL
Kinerja perusahaan yang bagus akan membuat investor semakin berminat untuk membelinya. Apalagi jika perusahaan tersebut membagikan dividen dalam jumlah yang sepantasnya. Real case saja misalkan $MTDL. Perusahaan penjual komputer terbesar di Indonesia ini bertumbuh dengan luar biasa dan konsisten. Labanya di tahun 2010 hanya 100 milyar. Tahun 2022, labanya menjadi 580 milyar. Perusahaan bagi dividen rutin dengan payout 20-30%. Jadi th 2010 membagikan 20 milyar, sekarang yang dibagi 180 milyar. Karena kenaikan dividen yang konsisten ini, demand akan saham ini tetap tinggi. Sehingga harga sahamnya akan terus naik mengikuti yield dividen yang diterima. Kuncinya adalah pertumbuhan dan konsistensi membuat level of trust dari investor naik. Alhasil demand, baik dari investor maupun trader akan semakin tinggi
2. SENTIMEN
Berbeda dengan kinerja fundamental, sentimen adalah sebuah ekspekstasi market yang tercermin ke dalam harga. Entah itu sentimen optimis atau pesimis. Apakah ekspektasi ini akan selalu terjadi dan benar adanya? Jawabannya adalah tidak. Bahkan seringkali sentimen ini dilebih-lebihkan oleh bandar untuk jadi bahan gorengan.
Sentimen bank digital tahun 2021, yang menarasikan pertumbuhan eksponensial jumlah nasabah. Masa depan yang luar biasa cerah. Membuat bank dengan aset 20 triliun bisa dihargai market 240 triliun. Apakah salah membeli saham ini? Tidak bagi trader yang exit plan nya jelas, namun suatu kesalahan bagi fundamentalis jangka panjang.
Maka sangat penting bagi fundamentalis, untuk bisa memfilter mana sentimen yang rasional, mana yang pepesan kosong. Sentimen yang rasional biasanya yang sifatnya trajekori. Meneruskan sesuatu yang sudah terjadi. Hasilnya nyata dan bisa dicapai. Selalu berhati-hati dengan narasi yang terlalu indah untuk dibayangkan. Terlalu sempurna untuk terjadi
3. FUND FLOW
Fundflow dalam bahasa indonesia adalah aliran uang. Atau disebut juga bandar oleh orang-orang receh seperti kita. Prinsipnya dimana ada gula di situ ada semut. Uang mengalir ke aset-aset yang lebih prospektif dan memiliki resiko yang lebih rendah. Siapakah bandar untuk saham-saham berkapitalisasi besar? Mereka adalah dana kelolaan asing, insurance, dana pensiun, asset management lokal,dsb. Mereka mengelola dengan prinsip prudent, atau kata lainnya dibatasi oleh aturan-aturan. Ketika secara makro, indonesia dianggap prospektif maka kapital akan diinjek besar-besaran, trutama kepada saham-saham kapitalisasi besar penggerak $IHSG seperti $BBCA, $BBRI, dsb. Dan sebaliknya mereka bisa keluar sewaktu-waktu jika situasinya berbalik arah tanpa memperhitungkan kondisi fundamental perusahaan tsb secara spesifik.
Bagaimana dengan saham-saham gorengan? Prinsipnya tetap sama, aliran uang ke suatu saham membuat harga nya menjadi naik. Namun berbeda pola dengan bandar sebelumnya, yang ini harus digoreng dulu dengan berita-berita menarik. Bandar masuk lebih awal menggerakan harga dan menjadikannya “crispy” , membuat para retail tertarik untuk membeli
Dengan mempelajari 3 faktor diatas, kita jadi paham apa yang mempengaruhi tren supply demand. Mencari yang harga sahamnya akan naik, berarti mencari saham yang demand nya akan tinggi. Orang berebut membeli suatu saham bisa karena kinerja fundamental, bisa juga dari sentimen spekulatif, atau bisa juga mengikuti pergerakan bandar. Memilih jalur fundamentalis berarti acuan beli dan jualnya adalah kinerja fundamental perusahaan. Namun aware dengan 2 faktor lainnya membantu untuk mengetahui kondisi aktual market. Memanfaatkan psikologis fear and greed nya