Mengenang 8 tahun perjalanan di pasar modal Bursa Efek Indonesia

~The Beginning~

Setelah sebelumnya mencoba membeli obligasi pemerintah (ORI) dan reksadana saham, dan hasil yang didapatkan sepertinya kurang maksimal (sekitar 5-10% / tahun), saya akhirnya memutuskan untuk mulai membuka rekening saham pertama kali di Maret 2016 ketika sedang kuliah semester 5. Dengan modal 3jt dan perlahan-lahan memindahkan semua aset di obligasi dan reksadana ke saham, dengan harapan bisa mendapat return 15-20% / tahun, yang seharusnya masuk akal jika cara berinvestasinya benar.

Namanya juga pemula, biasanya akan mondar mandir di dunia trading dulu, begitupun saya. Yang selama setahun pertama membeli saham tanpa tahu dan peduli saham yang dibeli itu seperti apa perusahaan di belakangnya, yang penting "katanya besok mau naik", atau ketika sudah beberapa bulan trading dan baca buku sana sini mulai membuat trading strategy sendiri memakai Moving Average, Bolinger Band, dan Stochastic (Rasanya ketika menyebutkan hal ini kepada teman-teman sudah jadi orang yang paling pintar di ruangan 馃ぃ). Sampai pada akhirnya karena wawasan sudah mulai lebih terbuka di 2017 akhirnya saya memutuskan untuk mulai berinvestasi memakai cara value investing.

Memulai perjalanan value investing saya mulai mencari dan membaca semua artikel terkait value investing, sampai akhirnya saya memutuskan untuk berlangganan ebook dan buletin salah satu mentor ternama di dunia pasar modal Indonesia. Semua artikelnya saya baca, saya resapi, begitupun dengan ebooknya. Begitupun ketika mentor saya mengadakan seminar berbiaya jutaan juga saya ikuti, semua demi return porto yang lebih bai pastinya. Walaupun selama follow ebook dan buletin saya belum pernah mendapat keuntungan secara 1 tahun penuh, saya tetap optimis mengikuti saran-saran dan stockpick beliau yang kalau dipikir-pikir lagi cukup aneh saat ini (salah satu rekomendasinya beli BUMI ketika di 400-500 pada 2017 kemarin dengan ekspektasi bisa ke 1000). Semuanya berlalu sampai pada akhirnya saya terkena kerugian yang paling besar yang pernah saya alami...

~$TOTL, my biggest loss~

Jujur perih rasanya ketika saham yang kita beli harganya turun dalam dan tidak rebound2, apalagi ketika kita yakin pada saham yang kita beli, apalagi didukung mentor kita di ebook kuartalannya mengatakan bahwa perusahaan ini akan kembali ke 1.000 seperti harganya pada 2015 lalu, didukung oleh prospek bisnis yang cerah, manajemen yang berintergritas, fundamental yang baik seperti dividen rutin d.l.l. Dengan tambahan embel-embel saham ini termasuk "low risk" membuat kita berpikir bahwa seharusnya peluang loss di saham ini either peluangnya yang kecil atau persentasi loss yang kalaupun terjadi kecil (max 15%an dulu mikirnya), sayangnya bukan seperti itu yang terjadi.

Bisa dilihat di lampiran dari 2018 akhir mentor saya sudah menginfokan jika dapat TOTL di 550 sudah sangat bagus, dengan target 700-800 yang berarti potensi gain 30%an, not bad. Dibanding ketinggalan kereta, saya ambil di harga 600an atau 10% di atas harga rekomendasi masih wajar dong? Oleh karena itu saya dengan segera masuk di TOTL mulai Maret 2019 dengan average 620an (berbarengan dengan mentor saya yang dari Februari menginfokan akan masuk juga), saking percaya dirinya saya langsung memasukkan 30% dana di porto ke saham ini, toh TOTL fundamentalnya baik dari semua sisi, what's the worst that could happen right? Apalagi ketika melihat di bulan Maret mentor saya juga sudah masuk dengan average yang tidak jauh berbeda dengan saya di 610an.

Namun apa daya, ternyata di bulan April TOTL sudah tidak ada lagi di porto mentor saya, karena satu atau lain hal. Value investor keluar masuk dalam waktu 1 bulan? Sepertinya tidak sesuai dengan teori yang selama ini saya pelajari. Apalagi jika memakai quotes2 WB yang seakan-akan beli saham itu untuk "hold forever". Sehingga dengan idealisme itu sayapun memutuskan untuk tetap hold TOTL, sampai... Di bulan November 2019 porto saya kebakaran, bisa dilihat floating loss saya -28,5% di TOTL, dan untuk nominal, itu setelah saya cutloss cukup besar makanya hanya sisa segitu. Seingat saya total loss saya di TOTL sampai 90jt-an (dari total dana kelolaan 300jtan), yang untuk saya pada saat itu luar biasa besar. Pada akhirnya di awal 2020, sekitar akhir Januari 2020 saya memutuskan untuk melikuidiasi seluruh saham saya.

Bisa dibilang beruntung, namun bisa dibilang sial juga pada saat yang bersamaan, dikatakan beruntung karena Maret 2020 terjadi market crash karena covid 19 dan pada saat itu saya sudah 100% cash, dikatakan sial karena 2 tahun setelahnya saya baru sadar karena selama 2020 sampai semester 1 2022 saya sudah tutup mata sama sekali dari dunia pasar modal dan memilih untuk investasi di sektor riil 馃ぃ. Saya baru kembali ke dunia pasar modal di sekitar Juli 2022 setelah yakin dengan hukum syariat investasi di saham dan kebetulan melihat ada misprice antara valuasi perusahaan2 batubara vs harga batubara.

Sehingga saya kelewatan peluang mengambil cuan besar dari market crash di 2020 yang sudah saya nanti2kan dari awal saya invest di pasar modal. Namun di satu sisi alhamdulillah keputusan saya untuk cutloss TOTL di 400an sepertinya tidak begitu buruk juga, mengingat harga TOTL hari inipun masih di 400an, yang buat nyesek dikit adalah ketika melihat TOTL membagikan dividen 100 / lembar kemarin aja 馃榿, walaupun dengan harga beli 600 yieldnya "hanya" 16,7%, yang berarti belum cukup untuk menutupi kerugian dari capital lossnya sebesar 30%an.

~Kalau boleh mengulang waktu, apa yang akan saya lakukan berbeda?~

Sejatinya masa lalu tidak akan bisa kita ubah, dan tidak ada renkarnasi di kehidupan kita seperti di anime Mushoku Tensei, hidup (di dunia) kita hanya sekali, yang terjadi terjadilah, yang bisa kita lakukan adalah mengambil pelajaran sebanyak mungkin dari pengalaman kita di masa lalu. Oke, cukup nostalgianya. Terus pelajaran apa yang bisa kita petik dari cerita pengalaman saya di atas?

1. Jangan jadikan opini jual beli saham orang lain sebagai first opinion

Teorinya sih sepeti itu ya, tapi mungkin ntah karena rasa malas atau rasa kurang pede analisa dan buat keputusan sendiri, jadilah terkadang investor level beginner akan mengambil shortcut dengan mengikuti stockpick orang yang mereka rasa lebih ahli. Bukannya menjadikan pendapat mereka sebagai tambahan untuk bahan analisis, tapi malah plek keteplek mengikuti apa kata orang tersebut bahkan sampai mengikuti isi portonya juga! In the end, mau investor sehebat WB pun pasti ada saja salahnya, perbedaannya adalah karena keputusan jual belinya dilakukan oleh analisa pribadi mereka lebih tahu apa yang harus dilakukan either ketika sahamnya naik atau turun, ketika LKnya tidak sesuai yang diharapkan d.l.l. Dan bagi kita yang hanya ikut-ikutan pastilah akan banyak ketinggalan keretanya, contoh riil sudah terjadi di $WIIM kemarin ya.

Poin ini memang easier said than done, karena pola pikir yang saya pribadi alami pada saat itu adalah "kalau ada yang udah lebih pengalaman dan apalagi sampai sudah jadi full time investor berarti udah terbukti dong jagonya? Mana mungkin analisa saya pribadi bisa lebih tepat dari orang tersebut". Apalagi orangnya sudah rutin mengisi seminar mengenai saham d.s.t

Perlu saya ingatkan artikel ini bukan ingin menyalahkan pihak yang menyarankan saya beli TOTL pada masa itu ya, gimana juga dia guru value investing yang sampai hari ini masih saya hormati. Ditambah juga semua orang bebas berpendapat kan, keputusan jual beli murni di tangan kita kecuali memang dana kita dikelola oleh orang tersebut. Terkait pro kontra analisa saham berbayar saya juga mengambil sisi netral dengan berpendapat bahwa wajar jika guru dibayar akan ilmunya, lebih tepatnya atas waktu dan tenaga yang sudah mereka keluarkan. Tidak mutlak salah, terutama jika iklannya tidak misleading seperti "jika mengikuti rekomendasi saya pasti bisa cuan sekian persen blablabla". Hanya saja untuk menggantungkan keputusan berinvestasi solely berdasarkan rekomendasi2 dari beliau sekalipun terbukti sangat berisiko, dan untuk mengurangi risiko tersebut mau tidak mau memang kedepannya harus riset dan membuat keputusan yang lebih mandiri, sehingga ketika ada perubahan-perubahan situasi seperti kinerja perusahaan, kondisi makro d.l.l kita bisa lebih sigap menanggapinya. Bahasa kerennya "do your homework dood"

2. Kinerja masa lalu adalah masa lalu, tugas investor adalah "menebak" bagaimana kinerja perusahaan di masa depan

Persis seperti kata2 om Jim di tulisan yang ini https://stockbit.com/post/14077007, saya pribadi baru mengerti ilmu ini setelah harus berdarah-darah di TOTL kemarin. Semoga teman-teman tidak perlu mengulangi kesalahan yang sama ya kedepannya. Fokuslah pada bagaimana perubahanvalue perusahaan kedepannya. bisa dalam beberapa kuartal ke depan atau beberapa tahun ke depan. Apakah laba di masa itu jika benar terjadi dengan valuasi di hari ini masih menawarkan margin of safety? Seperti misalnya ADES jika kita yakin di 2025 labanya akan menjadi 600 M apakah valuasi di 6 T yang membuat PEnya di 10x wajar atau masih kemahalan? Poinnya adalah jadikan kinerja di masa lalu sebagai acuan, bukan sebagai tujuan.

3. Diversifikasilah,

Jujur floating loss saya di $BTPS saat ini juga hampir -30% seperti di TOTL kemarin, namun karena money management yang lebih baik porto saya secara keseluruhan alhamdulillah masih positif di 2024 ini. Mengingat BTPS klasifikasinya adalah turnaround sehingga wajarnya max 20% porto saja di saham ini. Begitupun dengan TOTL dulu, harus diingat TOTL itu klasifikasinya lebih ke cyclical, sehingga seharusnya porsinya secukupnya aja (5-10% sudah cukup, atau kalau mau lebih agresif max bisa di 20% juga). Kesalahan saya kemarin adalah karena porsi cyclical malah yang terbesar di porto, dimana cyclical kalau timing masuknya ga dekat-dekat di bottom ya bakal sangat besar risikonya.

Saya pribadi akan menyarankan maksimal 1 saham di porto kita adalah 30-40% saja, kecuali memang modal kita masih < 100jt atau ilmu kita sangat mendalam mengenai suatu saham tersebut kayak temen kita yang all in di $ITMG. Tapi dengan asumsi mayoritas temen-temen yang baca tulisan saya adalah investor biasa-biasa saja (bukan yang full time investor atau maniak di dunia saham yang sampai mengulik saham2 unik seperti $BRAM) maka untuk mengurangi risiko kita harus berhenti total dari invest di saham alangkah baiknya tidak bermudah-mudahan dalam all in, apalagi di perusahaan yang kinerjanya lagi downtrend kayak BTPS 馃榿

Sebagai penutup, pasar yang lesu 3 bulan ini mungkin bisa menjadi momen temen-temen untuk bisa lebih banyak mengalokasikan waktunya untuk hal lain selain saham terlebih dahulu, apalagi mengingat Ramadhan sudah di depan mata, semoga 1 bulan ke depan kita bisa lebih banyak dan khusyuk dalam beribadah dan semoga amal kita semua diterima Allah swt. Sekian tulisan saya kali ini, semoga bermanfaat, selamat berpuasa guys! 馃槝

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit 路AboutContactHelpHouse RulesTermsPrivacy