TIGA AYAT KLASIK INVESTASI (Howard Marks)
Disclaimer: Tulisan ini bukan merupakan ide original penulis, melainkan berasal dari presentasi Howard Marks di Google Talks tahun 2015.
Benang merah dari ketiga proverbs berikut yaitu mengajarkan kita sebagai investor mengenai humility (kerendahan hati) dan modesty, serta menghindarkan kita dari kecongkakan dan ignorance yang merupakan sebuah resiko terbesar dalam berinvestasi.
1. What the wise man does in the beginning, the fool does in the end.
Apa yang dilakukan oleh seorang bijak di awal, seorang yang tidak bijak (fools) melakukan hal yang sama di akhir.
Di semua tren dalam investasi, ketika anda pertama kali menemukan aset yang masih belum dilirik oleh kebanyakan orang (beberapa orang menyebutnya "hidden gem"), dan dengan demikian anda dapat membelinya di harga murah, maka anda lah yang disebut "wise man". Apabila di kemudian hari ada beberapa orang yang melihat aset tersebut dan mulai membeli, maka harga dari aset tersebut akan mulai merangkak naik. Ketika harga naik, semakin banyak orang yang ingin membelinya. Dan di suatu titik dimana harga sudah skyrocketing, maka pembeli terakhir yang membeli di harga sangat mahal adalah "the fools".
Kenyataannya, siapa saja bisa menjadi the fools. Bisa saya. Bisa anda. Bisa newbie. Bahkan bisa fund managers atau smart money terkemuka sekalipun. Kita semua pernah menjadi "the fools" (termasuk saya). Kita semua membeli aset yang sama, namun pembelian the wise man dan the fool tentu di harga yang berbeda. Tugas kita sebagai investor adalah mencoba untuk menjadi lebih bijak setiap harinya, agar kita tidak menjadi the last fools standing.
Howard Marks mengatakan," First - the innovator. Then the imitator. And last is the idiot."
2. Never forget the six-foot-tall man who drowned crossing the stream that was five deep on average.
Artinya, tidak cukup bagi anda untuk hanya "bertahan" di rata-rata (on average). Anda harus bisa survive in bad days. Anda harus mampu melewati spot-spot terdalam sepanjang "sungai investasi" yang kita lalui. Secara matematis, orang yang tingginya 6 feet harusnya mampu melewati sungai yang secara rata2 dalamnya hanya 5 feet. Tetapi kenyataannya orang tersebut tetap tenggelam, karena dia tidak bisa bertahan di titik terdalam di sungai yang dilewatinya.
Begitupun dengan portfolio kita. Portfolio kita harus didesain sedemikian rupa hingga mampu melewati bad days dan bertahan dimasa-masa krisis.
3. Being too far ahead of your time is indistinguishable from being wrong
Terkadang thesis yang kita miliki itu tidak salah, tetapi apabila thesis tersebut "being too far ahead", itu sama saja dengan suatu kesalahan.
Ini merupakan suatu challenge, karena segala sesuatu yang kita pikir harus terjadi atau akan terjadi ternyata tidak terjadi. Ataupun kalau betulan terjadi, hal ini akan terjadi jauh di kemudian hari, bahkan jauh melampaui prediksi waktu yang kita pikirkan.
"And you'll need to be able to live until the wisdom of your decision is proved, if at all" - Howard Marks
"The market can stay irrational longer than you stay solvent" - Keynes
$BMRI $ASII $ANTM $PTBA $UNTR