Keunggulan Investor Ritel dibandingkan dengan Bandar (Big Fund/Smart Money)
=======================================================================
Saya memang tidak mendalami ataupun memperhatikan analisa bandarmologi, akan tetapi beberapa waktu terakhir ramai diperbincangkan dimana JP Morgan memberikan analisa underweight untuk harga saham ASII dan banyak individual investor atau ritel panik dan ikut buang barang. Tidak ada yang salah ketika kita sebagai individual investor ikut buang barang, atau malah mengumpulkan barang. Yang penting kita harus tahu kenapa kita melakukan aksi jual atau aksi beli tersebut.
Kilas balik 5-6 tahun yang lalu, saya sangat percaya Big Fund (baca: bandar) sangat berpengaruh dalam pergerakan saham, saya katakan ini tidak salah, tetapi seperti yang dikatakan Benjamin Graham bahwa "In the short run, the market is a voting machine but in the long run it is a weighing machine." sehingga saya saat ini percaya bahwa pergerakan harga saham dalam jangka waktu cukup panjang akan selaras dengan peningkatan kinerja perusahaan khususnya dalam mencetak laba.
Di berbagai sumber baik Buku Peter Lynch (One Up On the Wall Street) ataupun Warren Buffet di Berkshire Letter to Shareholder seringkali disebutkan mengenai keunggulan kita sebagai investor ritel dibandingkan dengan Investor Institusi atau Big Fund.
"Stop Listening the professional" (Peter Lynch)
"This is investing where the smart money isn't so smart and the dumb money isn't really as dumb as it think. Dumb money is only dumb when it listens to the smart money" (Peter Lynch)
"Wall Street is the only place that people ride to in a Roll Royce to get advice from those who take the subway" (Warren Buffet)
Big Fund atau banyak orang menyebut juga smart money (atau dipercayai dengan Bandar), akan sangat sensitif terhadap perubahan harga, karena performance mereka akan diukur dari kenaikan dan penurunan portofolio dalam periode baik bulanan, kuartalan ataupun tahunan.
Kita harus memahami bahwa Big Fund akan sangat memperhatikan "keluhan" ataupun "komplain" dari para investor yang menitipkan dana mereka di Big Fund tersebut, sehingga mereka akan coba mengikuti pskilogi pasar dan euforia ataupun fear yang terjadi. Ketika ada suatu saham yang tidak disukai, maka mereka akan mendengarkan suara pasar dan membuang saham tersebut walaupun mungkin fundamental perusahaan masih sangat baik.
Begitu juga ketika ada saham yang sangat disukai, mau tidak mau mereka akan coba balancing portofolio untuk memanfaatkan euforia tersebut. Secara garis besar maka mereka akan melihat preferensi pasar untuk menjadi pedoman penyusunan portofolio mereka.
Situasi tersebut bisa kita manfaatkan untuk keunggulan kita dimana portofolio kita tidak ada yang menuntut untuk dihitung secara bulanan, kuartalan ataupun tahunan. Karena ketika ada suatu saham yang tidak disukai pasar, maka biasanya valuasinya akan sangat menarik.
Maka untuk bisa memanfaatkan keunggulan tersebut, kita harus mengerjakan PR kita sebagai berikut:
1. Memahami bisnis perusahaan tersebut, meyakini bisnis tersebut adalah bisnis bagus yang terus mencetak laba,
2. Membelinya di harga murah atau sangat murah
3. Berteman dengan waktu untuk melihat hasil investasi kita.
Dan syarat mutlak lain adalah kita harus memakai uang dingin, dimana uang tersebut sudah siap untuk tidak kita pakai at least 5 tahun mendatang. Apabila belum ada uang dingin, maka siapkan alokasi untuk uang dingin tersebut sedikit demi sedikit sehingga tidak mengganggu kebutuhan keluarga kita.
Happy Investing all
$ASII $INDF $BBRI $ITMG $BREN