Ellen menambahkan, saat pertama bermain saham, tidak langsung memahami apapun soal investasi tersebut. Bagaimana harus jual beli saham, teknikal analisis karena hanya mengandalkan feeling dalam bertransaksi.
"Saat pertama kali saya investasi di 2006, saya dapat keuntungan dari saham pertambangan dan terus untung di 2007. Namun saat krisis di 2008, saya kena imbasnya. Keuntungan dalam dua tahun raib begitu saja hingga sempat vakum selama enam bulan," ceritanya$DAVO
Dari sini Ellen menyadari bahwa kesalahannya saat itu serakah. Akhirnya dia mulai belajar mematok harga jual beli saham dan menerapkan secara disiplin. Inilah yang kerap dilakukan trader pemula terlalu berharap mengejar untung besar.
"Kebanyakan orang trading maunya dapat profit instan. Lebih baik untung sedikit sedikit tapi konsisten daripada untung 100 persen tapi hilang dengan cepat," kata dia.
Lanjut dirinya mengatakan, pada tahun 2008, dirinya pun sempat merasa sakit hati terhadap saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang justru menenggelamkannya dalam kebangkrutan. Akhirnya tanpa pikir panjang, Ellen mulai mengalihkan ke saham lain emiten berkode PT Ciputra Property Tbk (CTRA) yang dia beli dengan harga awal Rp100-Rp 300 per lembar.
"Dan sekarang harganya Rp1.100 per lembar bahkan sempat mencapai level tertinggi Rp 1.500-Rp 1.600 dalam kurun waktu 4-5 tahun. Untungnya berkali-kali lipat sambil tidur, enak tenan," tawa ibu anak dua ini.
Selain itu, dirinya juga mengoleksi saham PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang dibelinya seharga Rp7 ribu-Rp10 ribu bahkan Rp21 ribu per lembar saham. Tapi pernah berada di harga tertinggi Rp 80 ribu per lembar saham.
"Jadi trading saham itu bisa melipatgandakan aset. Kita tinggal beli, lalu tidur. Tidur di sini maksudnya belajar, tinggal klik dan menunggu timing yang tepat," pungkasnya.
ni ellen may aja dah jd korban $BUMI kwkwk