Fin... Kamu Jahat!

Pada tanggal 23 September 2008, di ruang rapat Dewan Direksi Goldman Sachs (GS), terjadi suatu keputusan yang sangat kritikal. Warren Buffet sepakat untuk menggelontorkan 5 miliar USD (sekitar 75 triliun rupiah) membeli saham GS yang sedang terjun bebas. Namun, berita ini baru diumumkan menjelang senja, tepat pukul 6 sore setelah bursa saham New York (NYSE) tutup. Sebelum pengumuman tersebut, Raj Rajaratnam membeli 175 ribu saham GS. Keesokan harinya, saham GS betul naik sebesar 6.4%.

Dari penyelidikan SEC (OJK-nya Amrik), dengan menelusuri setiap phone-call yang keluar masuk kantor mereka, terkuak sebuah cerita menarik. Rajat Gupta, ex-CEO McKinsey yang merupakan salah satu anggota Dewan Direksi GS saat itu, selalu melakukan phone call ke Raj Rajaratman setiap kali setelah sebuah keputusan kritikal dibuat. Dan setiap kali pula selalu di-ikuti dengan pembelian saham GS oleh Raj. Rajat Gupta dan Raj Rajaratnam memang sudah sejak lama berteman-baik.

Mulai dari tanggal 11 Juni sampai dengan 24 Oktober 2008, Raj-pun berhasil mengantongi keuntungan sebesar 17.5 juta USD (sekitar 263 miliar rupiah) ketika pasar keuangan secara keseluruhan tengah merosot. Dari penuntutan atas kasus ini dan kasus2 lain yang melibatkan diri-nya, Raj Rajaratnam akhirnya divonis penjara 11 tahun dan membayar ganti rugi sebesar 64 juta USD (hampir 1 trilyun rupiah). Selain case ini, Rajat Gupta sendiri juga pernah dikaitkan dengan skandal McKinsey-Enron 7 tahun sebelumnya, dimana waktu itu dia masih menjabat sebagai CEO dari McKinsey. Rajat Gupta sendiri juga akhirnya divonis penjara 2 tahun.

Ini adalah salah satu cerita klasik dari yang namanya kejahatan financial.

Kejahatan financial biasa-nya selalu bermain di area abu2 -- area yang susah dibuktikan secara hukum -- dan kerugian-nya hanya terjadi kepada para investor & spekulator yang dianggap sudah merupakan risk-nya masing2. Di sisi lain-nya adalah para player yang mendapatkan keuntungan dari kerugian yang terjadi -- sehingga tidak ada impact-nya secara langsung terhadap ekonomi alias zero-sum-game. Jadi tidak aneh juga jika kasus2 yang melibatkan kejahatan financial -- sering kali terlihat hanya sebagai dinamika market yang kontroversial.

Walaupun modus-nya sebetul-nya tidak canggih2 amat, seringkali kita tidak sadar sudah menjadi korban sebuah kejahatan financial -- bahkan setelah kerugian terjadi. Basis teknik2-nya mostly berdasarkan social-hacking. Social-haking yang memanfaatkan greed dan fear-nya seseorang untuk menimbulkan rasa panik yang menutupi akal-sehat-nya. Greed dan fear memang tool social-hacking yang sangat ampuh. Saya jadi teringat satu kisah dimana seorang korban penipuan undian mobil -- yang setelah diberi-tahu bahwa dia sudah tertipu -- tetapi komentar pertamanya justru adalah... Wah saya jadi tidak mendapat mobil donk!

Dalam artikel kali ini kita akan membahas macam2 kejahatan financial supaya kita bisa terhindar dari kerugian2 yang tidak perlu. Saya tidak akan membahas sisi etika dari kejahatan financial -- saya tidak mau berdebat hal useless apakah ini etis atau tidak. Yang menjadi poin utama tulisan ini adalah, apapun itu bentuknya, yang namanya kejahatan financial SELALU menyebabkan kerugian ke sebagian orang ( dan keuntungan untuk sebagian orang yang lain ) -- sehingga bagaimana kita bisa waspada dan menghindari trap2 kejahatan financial menjadi penting. Make sure bahwa kita SELALU berada di sisi yang menguntungkan.

Dan semoga juga, tidak justru tergoda untuk menjadi pelaku-nya sendiri. Hati2 tergoda -- karena reward dari kejahatan financial sangatlah nyaman dibandingkan dengan effort yang dikeluarkan dan risk-nya.

Ada 5 macam kejahatan financial yang akan kita bahas:

1. Insider trading
2. Market manipulation
3. Financial manipulation
4. Ponzi scheme
5. Phising

1. INSIDER TRADING

Cerita di atas adalah contoh kejahatan financial yang disebut sebagai insider trading. Insider trading terjadi jika ada seseorang atau institusi mempunyai informasi private mengenai sebuah saham dan menggunakan informasi itu untuk keuntungan diri-nya. Misalnya mengatahui hasil sebuah net-income quarter-an sebelum informasi itu di-publish. Berdasarkan informasi tersebut, jika hasil net-income ini bagus, dia bisa melakukan pembelian saham atas company tersebut -- atau sebaliknya menjual saham tersebut untuk menghindari kerugian karena penurunan harga saham. Dengan informasi tersebut, si pelaku dianggap mempunyai keunggulan yang tidak fair terhadap market -- thus dianggap sebagai sebuah kejahatan.

Insider trading adalah contoh kejahatan financial yang sangat abu2. Bahkan ekonom paling terkenal-pun, Milton Friedman, beragumen bahwa insider trading bukanlah kejahatan financial karena membuat market lebih transparent dan men-drive manajemen company untuk lebih perform daripada meng-cover-up sebuah informasi. Sebagai investor, saya pun ber-anggapan insider trading bukanlah kejahatan financial -- selama bukan saya korban-nya :Ppp

Abu2-nya hal ini karena bahkan fundamental-investor pun, termasuk Warren Buffet, mendapatkan gain dengan membeli stock yang terlalu murah secara rakus atau menjual stock yang terlalu mahal ke "korban2" yang bodoh. Sama pertanyaan-nya -- apakah hal ini fair dan etis?? Apa beda-nya mempunyai kemampuan melihat insight sebuah company secara tajam dan mendapatkan informasi dari si insider?? Kalau informasi dari si insider dianggap tidak fair, bagaimana dengan orang yang dibekali keunggulan IQ sehingga bisa mengambil kesimpulan yang tajam tanpa informasi dari insider -- tetapi impact-nya sama2 menimbulkan kerugian di player2 lain yang kurang beruntung.

Kemudian apa batasan-nya yang disebut sebagai insider?? Kalau ada sebuah perusahaan distribusi, dan saya tanya kepala cabang-nya apakah terjadi peningkatan penjualan -- apakah ini bisa dianggap sebagai insider trading?? ( Informasi dari kepala cabang biasanya tidak dianggap sebagai insider information -- karena mereka dianggap bukan pengambil keputusan tertinggi. ) Informasi yang sama-pun bisa saya dapatkan dengan mengirim spy ke cabang tersebut dan melakukan pengamatan dari luar. Nilai dari informasi ini sama karena sama2 akan memberikan gambaran hasil quarter-an tersebut akan seperti apa sebelum publik mengetahui-nya.

Kalau bicara fairness dari keuntungan informasi, bagaimana dengan investor2 yang bisa melakukan due-diligence secara intensif dan kemudian negosiasi jual-beli company di luar market -- bahkan untuk perusahaan publik -- apakah ini fair dibandingkan investor2 retail yang tidak mempunyai kapabiliti melakukan itu? Apakah fair TikTok membeli GOTO dengan harga setara 13 rupiah per lembar saham -- sebelum menawarkan hal yang sama ke investor retail?? Menurut saya ini jauh lebih tidak fair daripada insider trading.

Dalam cerita di atas, investor2 yang telah memegang saham GS, tetapi tidak memiliki informasi mengenai deal-nya GS dengan Warrent Buffet, dan kemudian menjual-nya, menjadi pihak yang dirugikan.

Investor dengan metode insider-trading paling legendaris adalah Steve Cohen, kisah-nya bisa dibaca di sini: https://cutt.ly/SwS7weiv. Tidak pernah dihukum masuk penjara dan membayar denda yang relatif kecil. Hukuman terberat-nya mungkin adalah dilarang mengelola dana publik. Denda yang dia bayar pun, bisa dia dapatkan kembali hanya dalam waktu satu tahun. Caranya dengan melakukan kegiatan investasi menggunakan dana pribadi-nya sendiri -- yang diduga juga dilakukan dengan metode yang sama.

2. MARKET MANIPULATION

Market manipulation di Indo, popular dengan istilah goreng2 saham. Inti dari market manipulation adalah membuat sebuah saham seolah2 harga-nya akan naik terus tanpa henti. Ketika market sudah hype atas saham tersebut -- si player akan menjual saham tersebut dengan keuntungan yang fantastis. Penjualan saham ini tidak perlu dilakukan secara buru2 tetapi bisa dilakukan bertahap -- bahkan dalam hitungan bertahun2 -- jadi seolah2 si player itu mempunyai peternakan uang yang bisa dipanen sesuka-hati-nya.

Kalau mendengar istilah bandar atau market-maker -- sebetulnya kelas mereka masihlah kelas pekerja. Ya lah -- yang beneran punya duid gak akan sibuk2 berkeringat dingin mantengin belasan monitor dan meng-komando lapangan. Player sesungguh-nya adalah investor2 di belakang mereka.

Project goreng-menggoreng ini bisa di-initiate oleh investor-nya sendiri, bisa juga di-initiate dari proposal yang diajukan oleh bandar. Bandar ini juga bisa bekerja sama dengan bandar2 lain karena biasa-nya saham2 tertentu sudah ada penunggu-nya -- at-least meminta ijin-lah. Ini penting juga -- karena jangan sampai lagi enak2 melepas saham -- dibom oleh jin bandar lain yang punya saham tersebut dalam jumlah yang jauh lebih masif. Boncos-lah. Yes -- jadi bandar dan investor-nya juga mempunyai risk tersendiri. Jangan coba2 nge-bandarin kalau modal-ya pas2an.

Investor ini-lah yang memberikan modal awal ke bandar2 tersebut. Sebagai keamanan tentu modal ini ditempatkan di akun2 yang tersebar di banyak tempat -- tetapi semua-nya dikontrol oleh si investor-nya (bukan bandar-nya). Modal ini juga bisa didapat dari broker2 saham -- karena mereka mempunyai kepentingan sama -- menaik-kan fee dari transaksi goreng-menggoreng yang terjadi plus bagian keuntungan dari goreng-menggoreng ini. Satu bandar pernah bercerita dia bisa mendapatkan credit sampai dengan 10x dari nilai saham yang dimiliki-nya.

Broker2 ini juga bisa bekerja-sama dengan broker2 lain. Jadi yang suka main2 saham dengan menebak2 nama broker -- lupakanlah. Lebih baik Anda belajar jadi bandar sekalian.

Cara kerja-nya dimulai dengan mengumpulkan saham yang akan dimanipulasi. Pengumpulan saham tentu dilakukan dengan membeli-nya secara diam2 di market. Pengumpulan saham ini yang biasa-nya memakan waktu lebih lama daripada execution meng-goreng-nya sendiri -- bisa memerlukan waktu berbulan2 karena jangan sampai market menjadi aware. Bandar2 ini juga suka iseng2 mencicil pembelian saham2 tidur selama bertahun2.

Pengumpulan saham bisa di-skip, kalau si bandar ini dipinjamkan akun-nya si investor yang memang pemilik company dari saham tersebut berserta modal-nya. Hebat-nya lagi, bahkan ada pemilik bisnis -- yang sebetul-nya tidak butuh modal -- tetapi meng-IPO-kan perusahaan-nya dan menjadikan-nya ajang goreng-menggoreng. Memanipulasi saham dari company milik sendiri jelas lebih aman -- karena si investor ini adalah pemilik jumlah saham dengan jumlah yang mungkin hampir mencapai 100% sehingga anti kena bom2 kejutan dari bandar lain.

Dan ada keuntungan sendiri karena company yang tidak perlu modal ini biasa-nya adalah company yang sehat secara keuangan sehingga story-nya lebih gampang untuk dijual. Dengan melakukan ini, si empunya bisnis tahu2 seperti mempunyai bisnis baru: casino. Yang paling membuat saya terbengong2 adalah retail2 yang justru menunggu2 saham yang akan digoreng2 ini -- merekalah customer2 setia dari casino tersebut.

Menggoreng2 saham2 dengan nilai transaksi harian yang kecil tidaklah sulit. Saham ADES misalnya -- total nilai transaksi-nya pada hari Jumat minggu lalu hanya 1.2 milyar. Untuk mendongkrak harga-nya dari harga 9375 menjadi 9800 -- atau 4.5% -- kurang lebih hanya membutuhkan dana sebesar 400 juta saja ( hitung cepat saja dengan asumsi tidak ada holder atau bandar2 yang mendadak nyelak di tengah2 ). Kalian bisa coba sendiri iseng2 -- dan akan tersenyum2 melihat harga-nya naik setelah dilakukan pembelian.

Oleh karena itu, bandar2 dengan modal kecil akan cenderung bermain di saham2 dengan karakteristik seperti ini, yaitu yang jumlah transaksi harian-nya kecil dan yang bukan merupakan darling-nya market. Pengumpulan saham bisa dilakukan dengan lebih tenang karena tidak banyak yang watching.

Bandar2 ini tentu saja tidak bekerja-sendiri. Mereka biasa-nya mempunyai team inti -- dan puluhan team follower -- yang siap mengikuti komando-nya untuk buy and sell melalui group2 Telegram. Jadi bandar2 ini sering-kali memposisikan diri-nya sebagai influencer dan sebagai pemilik group2 saham di Telegram -- yang rajin memberikan rekomendasi. Rekomendasi yang lumayan bagus -- karena saham-nya memang sedang dia goreng.

Bandar2 ini bervariasi dari yang masih mempunyai moral lumayan sampai yang moral zero dimana bahkan follower-nya sendiri kalau diperlukan juga disikat. Jadi hati2 juga jangan main tubruk saja rekomendasi bandar2 tersebut.

Apapun metode-nya, ketika jumlah saham yang terkumpul sudah cukup, bandar2 ini akan mulai bekerja memanipulasi market. Mereka adalah pelaku market yang berpengalaman tentu sudah tahu bahwa retail terbagi dalam dua aliran besar fundamental dan technical.

Untuk menjaring investor fundamental, influencer2 mereka akan mulai bergerak dengan menyebarkan rumor atas sebuah potential business yang luar biasa. Mereka akan membuat cerita2 yang seperti-nya masuk akal. Termasuk menggunakan media2 ternama -- yang tentu seberapa masif-nya tergantung dari bujet masing2 bandar. Bukan menuduh, tetapi artikel2 salah total seperti ini: https://cutt.ly/uwS7wez9, akan banyak bermunculan. (Salah total, karena harga per lembar saham sebesar 345 adalah harga per lembar saham-nya Tokopedia -- BUKAN GOTO. Jadi boro2 premium -- yang ada malah urinium.)

Dan tentu akan menggunakan influencer2 yang akan buat artikel panjang2 comot2 istilah fundamental seenak-jidat-nya sendiri -- dengan kesimpulan akhir model2 valuation tidak penting -- yang intinya mencoba meyakinkan retail bahwa saham ini adalah saham mercon -- dibeli pasti meledak. Kemudian penyebaran info2 seperti ada Om-om nakal yang akan invest besar2an. Atau kakek-guru yang sudah semedi 10 tahun sampai turun gunung, yang jangankan hanya turn-around company nyaris bangkrut, gunung-pun bisa di-turn-around menjadi ice-cream.

Influencer2 ini umum-nya juga tentu saja mengerti seluk-beluk dunia investment dan tampil dengan gayanya masing2 yang memikat hati. Dari yang gaya-nya mengaku2 Oracle-nya Oracle, ahli cuan 1000%, penemu metode tolmek investing, capture screen cuan jadi2-an, picture profile hidup menyendiri di desa pinggir laut, mulut comberan model manusia emas otak perak, atau sebalik-nya yang ber-tutur-kata sangat halus sampai kyai-pun malu dibuat-nya, yang mengaku2 kaya secara mendadak, youtuber2 dengan penampilang ganteng dan cantik mengkilat, yang tampil sebagai ahli-nya-ahli valuation karena mengerti puluhan metode menghitung "valuation" (investment itu hanya cukup satu metode valuation: akal sehat), dan lain sebagai-nya. Itu contoh2 style-nya influencer saja ya -- bukan merefer ke orang atau setan tertentu. Kemiripan yang terjadi, niscaya-nya hanyalah sebuah kebetulan belaka.

Untuk menjaring aliran technical, tentu di-mulai dengan menggambar grafik saham. Ya betul, dengan modal yang cukup, Anda bisa menggambar grafik saham. Tentu saja bisa karena mereka mengerti belasan pola2 moving2-an dari yang hitungan detik sampai kalau perlu ratusan tahun. Mau gambar pola gunung kembar dua, kembar tiga, naga mengeong, kucing kaget, duren terbelah, sampai gambar yang paling nggak keru2an model kapal karam dengan ikan kebesaran -- kalau mau semua-nya bisa digambar sesuai selera strategi goreng yang akan mereka pilih.

Bersamaan dengan pembentukan hype tersebut, dimulai-lah menaik-kan harga saham tersebut. Proses-nya tidak terlalu sulit -- tinggal menugaskan satu team untuk menjual dengan harga yg tinggi -- yang kemudian disambut oleh team lain-nya. Setelah harga dirasa cukup tinggi, dan market mulai berebut membeli, execution penjualan seluruh saham2 yang sudah dikumpulkan ini bisa selesai dalam hitungan hari. Tinggal retail2 yang terbagong2 di satu hari yang cerah mendadak melihat seluruh lot yang tadi-nya di sisi kiri, berpindah semuanya ke sisi kanan.

Dan tentu execution bisa diulang2 berkali2 -- karena why not. Begitu panik mulai mengalahkan hype, desparate terjadi, kenapa tidak buyback ulang di harga lebih rendah dan repeat.

Variasi dari market manipulation bisa juga menggunakan institusi2 fund manager, dimana fund manager ini akan membeli secara masif saham dalam jumlah tertentu -- atau sebuah produk reksadana yang berisi sekumpulan saham2 gorengan. Cara ini lebih simple karena tidak perlu repot2 mengatur ritme market -- berapapun harga saham yang di-offer sudah dijamin akan ada yang membeli -- karena duid-nya memang duid orang lain yang sudah dikuasakan untuk di-invest sesuka-hati-nya -- tinggal nanti pemilik duid asli-nya yang akan bengong2 mau mengadu ke siapa.

Variasi lain lagi-nya bisa dengan melalui mekanisme repo saham atau pinjam duid dengan jaminan saham. Ada dua macam modus di sini. Ada yang modus-nya memang hanya mau meminjam duid dengan jumlah sebanyak2nya tetapi tetap mau menjaga nama baik supaya bisa pinjam duid lebih banyak lagi hehe Atau yang model-nya buru-sergap alias memang sudah niat mau ngemplang dari awal. Jadi setelah duid di dapat, itu saham ditinggal begitu saja peduli setan harga-nya mau jadi berapa.

Modus ini pun bisa digunakan untuk melakukan suap terselubung. Si penerima suap akan diminta untuk melakukan pembelian saham tertentu dalam jumlah sebanyak2nya. Kemudian si pemberi suap akan melakukan buyback atas saham2 yang telah dibeli tersebut -- dengan harga yang tidak masuk akal. Voila -- suap sudah diberikan secara sah dan auto-rinso. Perhatikan saham2 yang terafiliasi dengan politik.

Walaupun tidak secara langsung memanipulasi market, ada juga metode yang namanya front running. Metode ini paling simple karena paling aman dan tidak perlu modal. Hanya mengandalkan keberuntungan belaka. Front running bisa dilakukan jika ada sebuah broker yang mendapatkan order membeli saham tertentu dalam jumlah besar. Order ini tentu bisa terjadi atas inisiatif dari si pemilik dana sendiri -- atau broker bisa melakukan influencing dengan mengeluarkan report terbatas (non-publik -- ya iya-lah kalau publik ya namanya market manipulation) yang sudah di-dressing seolah2 sebuah saham akan berpotensi naik secara significant. Broker ini tahu jika pembelian saham ini dilakukan oleh si pemilik dana besar tersebut -- harga saham pasti akan naik secara lumayan. Nah tinggal sebelum pembelian dilakukan -- broker2 ini sudah mendahului membeli saham tersebut untuk diri-nya sendiri.

Terakhir, di dunia yang sakit ini, tentu selalu ada juga beberapa orang sakit jiwa -- yang harga saham-nya dimanipulasi sekadar untuk mendapatkan status orang terkaya. Ini dugaan semprul saya sendiri -- karena tidak habis pikir apa alasan beliau untuk menggoreng saham-nya sendiri. Mungkin virus millennial sudah menyebar lebih luas dari yang kita duga.

Saya buka rahasia dapur sedikit. Sebagai guidance, company yg bisa growth 30% per tahun sampai dengan minimal 5 tahun ke depan P/E-nya maximal di 15, yg growth-nya 50% P/E-nya maximal di 30, dan yg growth-nya 100% P/E-nya maximal di 110. Jadi berhati2lah kalau ada saham yang P/E-nya mendadak -- maupun yang sudah bertahun2 -- jauh di atas rata2 peer-nya sampai berkali2 hingga belasan kali lipat. Hanya segelintir business di dunia yang P/E-nya worth di atas 30 -- so jika menemukan saham2 model begini -- skip saja -- most likely you are wrong!

Company terbaik di IHSG adalah UNVR ( COMPANY-NYA YAAAAA BUKAN HARGA SAHAM-NYA -- BEDAKAN -- DAN JANGAN BELI! ) -- P/E-nya pun tidak mencapai 30. Company kedua terbaik mungkin adalah ADES, P/E-nya pun hanya 13-an. ( ADES secara company mungkin hanya terbaik nomor dua -- tetapi harga saham-nya terbaik -- so boleh beli -- hehe jangan2 saya pun anak-buah-nya bandar -- so ber-hati2-lah selalu! )

Saham2 yang nilai-nya naik2 mendadak sampai ratusan dan ribuan persen dalam waktu yang relatif singkat -- coret saja itu semua. Gak ada company normal dengan owner yang jujur bisa seperti itu.

Tokoh legendaris-nya tidak perlu cari jauh2 ke luar-negeri, ada di sini, yang sayang-nya sekarang sudah masuk penjara. Gak ada loe gak rame. Tahu donk siapa dia dan siapa investor yang lebih besar lagi di belakang-nya.

3. FINANCIAL MANIPULATION (ACCOUNTING FRAUD)

Financial manipulation atau accounting fraud biasa-nya dilakukan dengan menaik-kan hasil revenue atau net-profit lebih besar dari yang seharus-nya dengan tujuan jelas untuk menaik-kan atau mempertahankan harga sebuah saham, atau mendapatkan kompensasi bonus lebih besar untuk para eksekutif-nya. Tetapi ada juga yang menurunkan hasil net-profit, dengan tujuan mendapatkan kenaikan net-profit yang lebih besar di periode selanjut-nya. Walaupun jarang, juga ada yang menurunkan net-profit untuk mencegah hostile take-over.

Insentif untuk melakukan financial manipulation juga besar karena cara-nya tidak sulit2 amat. Banyak sekali celah2 interpretasi dalam aturan akunting yang bisa dimanfaatkan. Kemudian yang lucu-nya juga adalah para auditor biasa-nya dibayar oleh company itu sendiri -- sehingga conflict-of-interest (COI) jelas terjadi di sini. You cerewet2 amat -- ya gw ganti-lah auditor-nya.

Teknik2-nya secara umum adalah:

1. Menarik maju atau memundurkan revenue

Salah satu-nya bisa dilakukan simply dengan bermain2 dengan invoice (tagihan ke customer). Invoice dikeluarkan untuk sebuah pekerjaan atau produk yang belum selesai dikerjakan seluruh-nya. Atau sebalik-nya penerbitan invoice ditunda ke periode berikut-nya.

Ada juga yang melakukan-nya dengan mencatat sebuah penjualan services jangka panjang yang dibukukan sebagai revenue saat ini. Misalnya menjual 1st level support untuk 1 tahun yang dibayar di depan. Harus-nya tidak dibukukan sebagai revenue saat ini, tetapi sebagai credit atas revenue masa-depan.

2. Membuat revenue fiktif

Teknik ini inti-nya biasa dilakukan dengan me-reroute penjualan dari sebuah company lain ke diri-nya sendiri. Misalnya company A akan menjual ke company B, tetapi penjualan ini dilakukan oleh company A ke company yang akan dimanipulasi terlebih dahulu -- baru kemudian dijual ke company B. Fee untuk company A kemudian dibukukan di akun lain sebagai expenses di luar operation expenses.

Bisa juga dengan menjual aset atau mendapatkan keuntungan dari investasi -- yang kemudian penerimaan-nya dibukukan sebagai revenue -- walaupun ini jelas2 bukan-lah bagian dari core-business.

3. Menarik maju atau memundurkan expenses dan mengecilkan expenses

Seperti hal-nya invoice, demikian juga billing (tagihan dari supplier) bisa dicatat maju-mundur.

Bisa juga dengan meng-kapitalisasi expenses sebagai capex -- padahal expenses itu adalah expenses yang habis pakai sekali.

Bisa juga dengan mengecilkan amortisasi dan depresiasi, atau membesarkan-nya jika di-inginkan net-profit yang lebih rendah.

Bisa juga dengan tidak membukukan hutang terhadap expenses yang sudah di-deliver tetapi belum dibayar.

Bisa juga dengan tidak meng-impair aset2 yang jelas2 sudah tidak ada nilai-nya seperti piutang macet karena yang berhutang-nya sudah pindah ke alam lain.

4. Merger & acquisition (M&A)

M&A itu selalu luar-biasa kompleks sehingga tidak mungkin untuk bisa dijelaskan secara detail di artikel ini.

So saya hanya akan memberikan satu contoh transaksi yang menurut saya menimbulkan tanda tanya besar apakah ada financial manipulation yang terjadi. Sebut saja ada company G yang meng-akuisisi / merger dengan company T. Pada saat M&A terjadi akun Goodwill-nya, thus juga equity-nya, meningkat dari 727 milyar menjadi 94 trilyun.

Saya jelaskan lebih detail kenapa ini menjadi pertanyaan besar.

Jika kita mau meng-akuisisi company X yang katakanlah nilai buku-nya hanya 1 T, tetapi kita value company-nya sebesar 100 T -- boleh2 saja donk -- kan duid-nya duid kita ya suka2 kita saja mau bayar berapa. Dalam dunia normal seharus-nya ada pembayaran sebesar 100 T ke pemilik company X dan karena kita kemudian menerima equity sebesar 1 T, bersih2-nya kita keluar duid sebesar 99 T. Dalam dunia normal -- jarang ada orang yang sakit jiwa seperti ini yang mau buang2 duid 99 T begitu saja. Jadi secara tidak langsung -- karena harus keluar duid dari kantong sendiri sebesar 99 T -- dengan sendiri-nya menjadi jagaan terhadap penggelembungan equity seenak-jidat sendiri.

Nah dalam dunia yang tidak normal ini, si pemilik company X mau menerima pembayaran dari kita dalam bentuk saham di company kita. Selisih 99 T ini cukup kita bukukan sebagai Goodwill -- ya that's it -- tinggal ketik saja beres. Persis kayak The Fed. Karena tidak ada duid yang keluar sama sekali -- jadi jagaan-nya hilang -- so bebas2 kita saja mau kasih nilai berapa. Yang bikin saya bingung2 berikut-nya hanya tinggal satu pertanyaan: kenapa gak sekalian dinilai saja sebesar seribu trilyun.

Saya menjadi tertawa karena memikirkan ada magic apakah yang mungkin terjadi -- sehingga tepat pada saat sebelum dan sesudah tanda-tangan jual-beli selesai dibubuhkan -- hanya dalam jangka waktu yang tidak lebih dari 1 detik -- equity-nya bisa secara tiba2 meningkat sebesar 93 trilyun??? Apakah ada pembayaran dengan cash yang membuktikan ada independent 3rd party yang betul rela membayar penambahan Goodwill sebesar ini???

Tujuan-nya apa melakukan ini?? Tebak sendiri-lah.

Secara umum financial manipulation terhadap earning bisa di-detect lewat cash-flow statements. Bahkan manipulator paling nekat-pun biasanya jarang berani mengutak-atik cash-flow statements karena so obvious adalah penipuan thus bisa langsung masuk penjara. Jadi cash-flow statements memang lebih aman. Sayang-nya cash-flow statements bisa sangat berfluktuasi dalam jangka pendek, dan baru memberikan gambaran yang cukup jika periode-nya minimal lebih dari 5 tahun. Untuk investor jangka-panjang tentu tidak masalah bukan.

Misalnya, pelaku mengecil-kan depresiasi aset yang seharusnya berumur hanya 5 tahun, menjadi 10 tahun. Pada tahun ke-6 pasti akan terjadi pengeluaran cash untuk menggantikan aset yang secara fisik sudah habis alias tidak bisa digunakan -- walaupun di buku masih dicatat mempunyai sisa nilai 5 tahun lagi. Iya lah kalau gak beli lagi ya berhenti produksi dan jualan donk.

Cash-flow statements juga bisa digunakan untuk men-detect manipulator yang menarik aset company secara tidak fair melalui mekanisme di luar dividend. Biasa-nya dilakukan dengan pengeluaran capex seperti membayar ruko yang misalnya harga hanya 1 milyar tetapi dibayar dengan harga 10 milyar (mau dibayar 100 milyar sekalian juga boleh2 saja). Atau mengeluarkan uang utk memberikan pinjaman dan investasi kepada pihak ketiga yang ntah kapan akan dikembalikan.

Ciri2-nya financial statements yang dimanipulasi adalah net-profit-nya positive terus, tetapi free-cash-flow-nya negative terus. Ada banyak sekali company seperti ini di IHSG dan merupakan group2 dengan nama besar. So, be-careful ya. Jangan percaya begitu saja dengan nama2 besar -- lihat buku-nya -- then you will see his true character. Then you juga bisa liat influencer-mengaku-investor siapa saja yang pom2 company2 tersebut -- then so is his character too. Sama2 lo-maling gitu.

Tetapi hati2 juga, walaupun cash-flow statement itu relatif lebih aman, bukan berarti kebal terhadap manipulasi. Salah satu cara-nya adalah dengan melakukan pembelian aset melalui pihak ketiga yang kemudian dibayar cicil. Pihak ketiga ini diberikan pinjaman untuk melakukan pembelian aset -- tetapi karena bentuk-nya pinjaman -- tidak dicatat sebagai capex. Thus seolah2 company ini akan mempunyai free-cash-flow yang positif padahal sebetul-nya tidak. Ini jelas misleading walaupun sah secara hukum.

Ok sampai di sini saja utk bagian financial manipulation. Untuk yang tertarik mengetahui lebih detail sinting2-nya para manipulator2 financial ini, bisa baca buku-nya Howard M Schilit: Financial Shenanigans. Ini link-nya: https://cutt.ly/CwS7wry6.

Kasus paling legendaris-nya, apalagi kalau bukan Enron ( https://cutt.ly/IwS7wrQJ ).

4. PONZI SCHEME

Kata Ponzi berasal dari seseorang berkebangsaan Italy yang bernama Charles Ponzi. Legenda-nya, Charles Ponzi ini adalah orang pertama di dunia yang menerapkan teknik ini dengan sukses. Yes, dia adalah seorang inventor yang visioner.

Inti dari ponzi scheme adalah membayar return investasi yang fantastis dengan uang dari investor berikut-nya. Return investasi yang fantastis berfungsi sebagai daya-tarik untuk terus mendapatkan investor baru. Demikian seterus-nya akan berjalan dengan mulus sampai akhir-nya tidak ada lagi yang investor yang mau masuk -- rugi-bombay-lah semua investor yang masuk paling belakangan. Surat-berantai, robot-trading dan investasi bodong adalah contoh2 dari ponzi scheme.

Contoh ponzi scheme paling legendaris adalah penipuan investasi bodong yang dilakukan oleh Bernie Madoff ( https://cutt.ly/fwS7wrHx ). Ponzi scheme-nya Madoff berjalan begitu mulus sehingga bisa bertahan lebih dari 30 tahun sampai dengan tahun 2008 dengan total dana yang dikumpulkan mencapai USD 65 milyar (sekitar 975 trilyun rupiah). Jika saja tidak terjadi krisis keuangan 2008, dimana semua pelaku pasar menahan investasi-nya dan bahkan menarik investasi-nya, mungkin akan terus berjalan mulus hingga dia meninggal. Bisnis yang bisa berjalan mulus hingga pemilik-nya meninggal dunia adalah bisnis yang sukses -- tetapi tentu tidak begitu cerita-nya untuk para investor-nya.

Contoh ponzi scheme terbesar sepanjang sejarah mungkin adalah crypto-currency. Total nilai crypto-currency di seluruh dunia diperkirakan sudah mencapai USD 3 trilyun (sekitar 45 ribu trilyun rupiah). Lho kok... ?? Yes, seluruh aset yang nilai-nya ada hanya semata2 karena ada orang lain yang mau membayar lebih mahal bisa dikategorikan sebagai ponzi scheme.

Alasan crypto-currency bisa digunakan sebagai pengganti mata uang adalah omong-kosong belaka. Mata uang sebuah negara dijamin oleh negara itu sendiri untuk setidak2-nya bisa ditukar dengan aset yg bisa memberikan kenikmatan duniawi nyata di negara tersebut. Crypto-currency siapa yang mau menjamin -- hanya pembeli berikut-nya yang setiap saat bisa mendadak hilang.

Seperti hal-nya case Madoff, hanya masalah waktu saja sebelum orang2 mendadak meninggalkan crypto-currency dengan seribu-satu-macam-alasan yang tidak jelas -- sama seperti alasan-tidak-jelas mereka pada saat membeli crypto-currency. Pada saat krisis ekonomi terjadi, dan krisis ekonomi selalu terjadi, hampir dipastikan pemilik crypto-currency terakhir akan boncos-ludes. Lihat kejatuhan nilai Bitcoin -- crypto-currency terkuat di dunia -- pada saat resesi ekonomi di dunia mulai membayang. Apalagi jika resesi ekonomi betul terjadi seperti tahun 2008.

Hebat-nya crypto-currency dibandingkan ponzi scheme klasik, hanya satu: tidak ada bandar-nya. Jadi lebih2 hebat lagi karena tidak ada yg bisa diperkarakan. Sedangkan Madoff masih sempat mencicipi dingin-nya penjara sebelum meninggal dunia.

Bagaimana dengan gold? Yes in-a-way ini termasuk ponzi scheme dengan alasan mempunyai nilai karena ada pembeli berikut-nya yang mau membeli-nya. Beda-nya gold dengan crypto currrency adalah sudah digunakan selama ribuan tahun. Nilai kepercayaan-nya yang dibangun selama ribuan tahun sudah sangat tinggi. Tingkat kepercayaan-nya sangat jauh jika dibandingkan dengan crypto-currency.

Disamping itu hingga saat ini tidak ada yang bisa menciptakan gold out-of-thin-air begitu saja -- jadi jumlah-nya memang selalu terbatas. Tidak demikian hal-nya dengan crypto-currency yang mana setiap orang bisa setiap saat mengeluarkan crypto-currency baru.

Jika ada yang menawarkan investasi dengan return tidak wajar -- kaburlah secepat2-nya. Karena satu2nya cara memberikan return yang fantastis adalah hanya dengan melalui ponzi scheme.

5. PHISING

Phising inti-nya adalah melakukan penipuan sehingga seseorang atau institusi tanpa sadar memberikan akses ke orang lain untuk mengambil dana simpanan-nya. Contoh2-nya seperti: meminta kode OTP dengan embel2 sebagai verifikasi atas hadiah yang dimenangkan, mengatakan korban telah memenangkan undian tetapi harus membayar pajak-nya terlebih dahulu, menawarkan barang dengan harga super-miring tetapi meminta DP sebelum barang diantar, dan lain-sebagai-nya.

Ini adalah cara yang paling kampungan sehingga hasil-nya biasa-nya tidak terlalu besar dan paling tidak aman karena begitu ketahuan -- jelas2 masuk ke dalam pasal penipuan. Pelaku-nya biasa-nya memang orang2 yang tidak berkeberatan untuk keluar-masuk penjara.

Biasa-nya ya... tetapi ada juga tokoh legendaris-nya: Jho Low. Kisah-nya bisa dibaca di sini: https://cutt.ly/uwS7wtIb. Dana Malaysia government yang di-phising-nya (di-tipu-nya) mencapai USD 4.5 milyar (sekitar 68 trilyun rupiah).

Metode yang digunakan juga sama -- sangat kampungan. Jho Low membuka rekening pribadi yang mengandung nama "Malaysia" di dalam-nya. Kemudian para investor yang melakukan kontrak investasi dengan Malaysia government diminta melakukan transfer ke rekening pribadi tersebut. Mereka percaya karena mereka tahu Jho Low sangatlah dekat dengan Najib Razak -- PM Malaysia waktu itu -- dan ada "verifikasi" berupa kata "Malaysia" di rekening pribadi itu.

Modus operandi Jho Low adalah me-lure para investor dan kaki-tangan-nya dengan party2 jetset dengan para celebrities Hollywood. Gak tanggung2 memang cara-kerjanya. Ngapain pakai Yusuf Mansur kalau bisa pakai Leonardo DiCaprio. Ngapain pakai artis lokal -- kalau bisa Paris Hilton. Tentu pernah lihat party2 happy-birthday dimana ada cake besar masuk ke ruangan kemudian cheerleader-nya secara mengejutkan keluar dari dalam cake disertai mercon. Jho Low juga suka party2 model begini -- bedanya hanya cheerleader-nya itu ya si Britney Spears. Konon Jho Low pernah menghabiskan uang sebesar USD 100 juta (1.5 trilyun) hanya untuk party satu malam. 68 trilyun uang-nya -- so why not.

Rakyat Indo jangan berkecil-hati dulu, karena konon istri dari Jho Low adalah orang Surabaya -- anak seorang crazy rich pengusaha tambang.

Bagi penggemar drakor dan K-pop, ada juga gosip2 yang menarik untukmu. Jho Low yang masih buron hingga sekarang, konon adalah pemilik club paling mewah di Seoul yang di tahun 2019 terlibat scandal besar prostitusi artis2 Korea yang sedang hot. Seperti-nya dia masih menggunakan modus yang sama, hanya kali ini yang digunakan adalah artis2 Korea, dan target-nya adalah orang2 China yang mau mengamankan uang-nya keluar.

Saya tidak akan menjelaskan ini lebih panjang lebar lagi karena walaupun variasi2 teknik-nya luar biasa banyak tetapi lama2 cenderung menjadi membosankan. Untuk lebih aware terhadap phising, ada ads jenius dari BCA yang bisa ditonton sendiri di sini: https://cutt.ly/IwS7wtVs. Betul kata Elon, ads yang baik adalah content.

Terakhir tentu saja pasti ada kejahatan financial yang menggabungkan berbagai teknik di atas. Kasus-nya SBF (Sam Bankman-Fried) adalah contoh lengkap-nya. Financial manipulation sudah jelas ada di situ dengan main2 penggelembungan aset seperti G dan T merger yang diceritakan di atas. Me-lure orang utk ber-investasi di cryto-currency adalah ponzi scheme. Tampil bak dermawan dan di Forbes adalah bagian dari market manipulation. Menggunakan dana investasi orang lain secara tanpa ijin utk berspekulasi adalah simply phising. Setelah terkuak dia menempatkan cheat-code di software-nya -- tidak tertutup kemungkinan juga mereka bermain2 model2 order-matching -- thus insider trading (karena mempunyai keuntungan informasi dibandingkan publlik).

Karena tulisan ini di-inspirasi oleh ads jenius itu, saya pun mau menutup-nya dengan meng-quote kata2 bijak darinya.

Don't Know Kasih No: AB*, AR*, AS*, AT*, BA*, BA* lagi, BA* lagi lagi, BB*, BB* lagi, BC*, BE*, BE* lagi, BE* lagi lagi, BH*, BG*, BH*, BM*, BN*, BR*, BU*, BY*, CE*, CU*, DC*, DI*, DM*, ED*, EM*, GO*, HD*, HI*, IA*, JA*, KI*, KP*, MC*, MN*, MS*, NF*, PG*, PP*, RE*, RU*, TF*, VT*, WE*, WI*, WI* lagi, YE*, ZB*. --Outdro--

Good-luck -- and may the qi be with you!

$IHSG

Read more...
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy