Share konten Premium Bisnis,Com
$ADRO $ADMR $PTBA $ITMG $INDY
SEDERET PROYEK LISTRIK JUMBO ADARO (ADRO), TRANSISI BISNIS BATU BARA
Bisnis,com, JAKARTA - Transisi PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) dari produsen batu bara menjadi perusahaan energi terintegrasi kian terlihat. Grup yang dinakhodai Garibaldi Thohir ini memiliki sederet proyek jumbo di sektor kelistrikan, termasuk energi baru dan terbarukan (EBT).
Proyek terbesar yang sedang dijalankan Adaro ialah pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Mentarang Induk berkapasitas 1.375 MW. Adaro menargetkan dapat melakukan perjanjian pembelian tenaga listrik (Power Purchase Agreement/ PPA) dalam 12 bulan ke depan. Dengan demikian, pengelola PLTA tersebut dapat melakukan pemenuhan pembiayaan (financial close).
PLTA Mentarang Induk milik PT Kayan Hydropower Nusantara (KHN) merupakan PLTA terbesar di Indonesia. Perkiraan nilai investasi US$2,6 miliar atau sekitar Rp40,3 triliun (estimasi kurs Rp15.500 per dolar AS). Nantinya, PLTA akan memasok listrik 9 Terawatt jam (TWh) per tahun.
PLTA Mentarang Induk nantinya akan mensuplai pasokan listrik untuk Kawasan Industri Hijau Kalimantan Utara. PLTA Mentarang Induk akan menjadi bangunan bendungan Concrete Face Rockfill Dam (CFRD) kedua tertinggi di dunia dengan tinggi 235 meter dan panjang 815 meter, serta berpotensi membuka peluang kerja kerja bagi lebih dari 5.000 tenaga kerja.
Danuta Komar, Investor Relation Adaro Energy Indonesia, menyampaikan groundbreaking PLTA Mentarang Induk sudah dilakukan pada Maret 2023. Rencana terdekat dalam 12 bulan ke depan diharapkan dapat melakukan PPA sehingga bisa ke tahap financial close.
"Pilar Adaro Green mengembangkan PLTA Mentarang Induk yang menjadi PLTA terbesar di Indonesia. Dalam 12 bulan ke depan diharapkan masuk tahap PPA sehingga bisa financial close," paparnya dalam Public Expose Live 2023, Selasa (28/11/2023).
Adapun, PT Kayan Hydropower Nusantara (KHN) merupakan perusahaan holding penanaman modal dalam negeri dan asing yang dimiliki oleh PT Kayan Patria Pratama (25%), Sarawak Energy Berhad (25%), dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (50%).
Tahapan konstruksi PLTA Mentarang Induk mulai dilaksanakan pada kuartal I/2024, diperkirakan dapat beroperasi komersial (COD) pada 2030.
Pengembangan PLTA Mentarang Induk seiring dengan pembangunan smelter aluminium Adaro Minerals berkapasitas 1,5 juta ton. Untuk pengembangan tahap pertama, diharapkan smelter dapat memproduksi 500.000 ton per tahun pada 2025.
PLTB dan PLTS
Selain itu, Adaro juga mengembangkan proyek pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) atau tenaga angin di Tanah Laut, Kalimantan Selatan, dengan daya 70 megawatt (MW) dengan sistem penyimpanan energi baterai 10 MWh. Proyek ini merupakan konsorsium yang terdiri dari Total Eren, PT Adaro Clean Energy Indonesia, dan PT PJBI (anak perusahaan PLN).
"Diharapkan proyek ini beroperasi komersial (COD) pada 2025," jelas Danuta Komar.
Sementara itu, pada Maret 2023, PT Adaro Clean Energy Indonesia (Adaro Green), PT Medco Power Indonesia (Medco Power), dan PT Energi Baru TBS (Energi Baru) menandatangani nota kesepahaman pengembangan EBT melalui penguatan rantai pasok Solar Photovoltaic (PV) dan Sistem Penyimpanan Energi Baterai (SPEB).
Perjanjian dilakukan dengan beberapa pabrikan manufaktur PV dan baterai (OEM/Original Equipment Manufacturer). Ketiga perusahaan tersebut merupakan anak usaha dari PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), PT Medco Energy Internasional Tbk. (MEDC), dan PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA).
Pengembangan EBT dan peluang industrialisasi rantai pasok Solar PV dan SPEB dilakukan Adaro Green, Medco Power dan Energi Baru bersama dengan beberapa pabrikan manufaktur PV dan baterai dari dalam dan luar negeri, antara lain PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia, LONGi Solar Technology Co., Ltd, Jiangsu Seraphim Solar System Co., Ltd, Znshine PV-Tech Co., Ltd, Sungrow Power Supply Co., Ltd, PT Huawei Tech Investment, dan REPT BATTERO Energy Co.,Ltd.
PLTU Jumbo
Adaro Power juga telah merampungkan beberapa proyek PLTU yang dikelola perusahaan-perusahaan anaknya yakni PT Makmur Sejahtera Wisesa (MSW), PT Tanjung Power Indonesia (TPI), dan PT Bhimasena Power Indonesia (BPI).
ADRO menyebut MSW menjadi hilirisasi pertama ke sektor ketenagalistrikan pada 2013. MSW membangun, memiliki, dan mengoperasikan proyek pembangkit listrik pertama ADRO berkapasitas 2x30 MW di Tabalong, Kalimantan Selatan, yang memasok listrik untuk operasi ADRO.
MSW melanjutkan kegiatan mengoperasikan dan memelihara kelistrikan untuk perusahaan anak ADRO, yakni PT Indonesia Bulk Terminal (IBT), yang pada tahun 2022 mencatat suplai listrik sebesar 6.797 MWh untuk operasional IBT.
Anak usaha selanjutnya adalah TPI yang merupakan perusahaan konsorsium antara Adaro Power dengan kepemilikan 65%, dan PT EWP Indonesia dengan kepemilikan 35%. TPI membangun dan mengoperasikan PLTU 2x100 MW di kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, untuk dijual ke PLN di bawah Perjanjian Jual Beli Listrik selama 25 tahun sejak tanggal operasi komersial (COD).
Pada tahun 2022 atau tahun ketiga operasinya, TPI mencapai faktor ketersediaan aktual rata-rata 89,71% dari target 82,5%, dan menghasilkan 1.214.214 MWH listrik untuk PLN Kalimantan.
Selain MSW dan TPI, Adaro Power bersama dengan Electric Power Development https://cutt.ly/YwAVG404. (J-Power) dan Itochu Corporation mendirikan PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) pada 2011 untuk membangun PLTU 2x1.000 MW di Batang, Jawa Tengah (PLTU Batang). PLTU ini merupakan PLTU pertama dan terbesar di Asia Tenggara dengan teknologi boiler ultra-supercritical (USC).
BPI mencapai financial close pada Juni 2016 dengan total biaya proyek sekitar US$4,2 miliar, dan mendapatkan komitmen pendanaan proyek sekitar US$3,4 miliar dari Japan Bank for International Cooperation dan beberapa lembaga keuangan komersial.
BPI memiliki Perjanjian Jual Beli Listrik dengan PLN untuk periode 25 tahun, proyek kemitraan pemerintah-swasta pertama yang terealisasi di bawah jaminan Indonesia Infrastructure Guarantee Fund (IIGF) dan bagian Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia.
Pada 15 Agustus 2022, BPI mencapai COD untuk Unit 1, disusul dengan COD Unit 2 pada 31 Agustus 2022. Per kuartal III/2023, PLTU Batang mencapai faktor ketersediaan aktual rata-rata 81,5%.
Seimbangkan Bisnis Batu Bara
PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) sendiri menargetkan kontribusi pendapatan bisnis batu bara termal dan batu bara non termal seimbang 50:50 pada 2030.
Oleh karena itu, ADRO akan memacu bisnis smelter aluminium, energi baru terbarukan (EBT), dan batu bara metalurgi (coking coal).
Lie Luckman, Chief Financial Officer (CFO) ADRO, saat ini Grup Adaro membagi lini bisnisnya menjadi tiga pilar, yakni Adaro Energy, Adaro Minerals atau PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR), dan Adaro Green.
Adaro Energy membawahi sejumlah bisnis batu bara Adaro, mulai dari tambang, logistik, jasa pertambangan, hingga Adaro Power untuk proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Adapun, ADMR mencakup bisnis batu bara metalurgi hingga mineral yang saat ini sedang mengembangkan smelter aluminium di Kalimantan Utara.
Sementara itu, Adaro Green menjadi pilar bisnis Grup Adaro di sektor EBT, mencakup pembangkit listrik tenaga air, solar, hingga angin. Ke depannya, Adaro akan menyeimbangkan bisnis Adaro Energy dengan Adaro Minerals dan Adaro Green.
"Pilar Adaro Minerals dan Adaro Green kami harapkan bertumbuh ke depannya sehingga pada 2030 Grup Adaro memiliki 50% pendapatan dari batu bara non termal. Jadi, Pilar 2 dan 3 akan seimbang dengan Pilar 1," jelasnya dalam Public Expose Live 2023, Selasa (28/11/2023).
Sebagai informasi, batu bara terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu batu bara termal (thermal/steaming coal) yang biasa digunakan bahan bakar (fuel) sebagai pembangkit listrik. Adapun, batu bara metalurgi (coking coal atau metallurgical coal) yang biasa digunakan sebagai salah satu bahan utama dalam industri metalurgi (mineral dan logam).