Gagal Paham Bisnis BFIN
BFIN - salah satu emiten di industry multifinance (leasing) dengan market cap terbesar di bursa saat ini, dengan total market cap sekitar Rp 19 Trilliun. BFIN cukup popular setelah Jerry Ng, bankir kondang dan sukses di Indonesia masuk sebagai pengendali di tahun 2020 lalu. Selain itu, ada nama Northstar Group dan Garibaldi Thohir sebagai pemegang saham tidak langsung BFIN. Ini menjadi keuntungan BFIN karena didukung dan dibacking penuh oleh nama besar di belakangnya.
Tapi banyak investor yang salah kaprah, bahwa semua emiten multifinances itu bergantung dengan pertumbuhan penjualan kendaraan baru, baik roda 2 dan roda 4. Kalau penjualan kendaraan naik, maka emiten leasing akan naik juga dan berlaku sebaliknya. Tak terkecuali si BFIN. Tapi, anehnya ketika saya coba compare pertumbuhan financing BFIN dan industry, ternyata tidak inline. Coba lihat Gambar 1. Disaat industry financing growth melempem selama 2016 - 2018, justru financing growth BFIN bertmbuh kenceng double digit. Hmmm, berarti ada something different dengan BFIN.
Ternyata benar, setelah saya coba kulik data presentation BFIN untuk 9M23, 65% pembiayaan BFIN dikontribusikan dari non-dealer financing (2W & 4W). Non-Dealer Financing (NDF) ini ternyata produce pembiayaan yang berbeda dengan yang selama ini kita kenal.
NDF merupakan pembiayaan dengan jaminan BPKB kendaraan, artinya BFIN memberikan dana cash ke nasabah dan nasabah akan memberikan jamianan berupa BPKB ke BFIN. Jika nantinya nasabah tidak bisa membayar cicilan ke BFIN, maka asset kendaraan akan di tarik dan dilelang oleh BFIN untuk mengembalikan pokok dan sisa cicilan. So, jenis pembiayaan seperti NDF ini, tidak terpengaruh signifikan dengan siklus penjualan kendaraan otomotif seperti emiten leasing lainnya. (Lihat Pada Gambar 2)
Kalau melihat data – data keuangan BFIN, bisa dibilang BFIN sangat sukses dengan jenis pembiayaan NDF-nya. BFIN bisa mencetak ROE konsisten diatas 10%, even waktu covid-19 kemarin. ROE BFIN juga selalu outperform dari angka ROE industry. Suatu performa yang luar biasa. (Lihat Pada Gambar 3)
Dari segi asset quality, NPF selalu terjaga di bawah 2%, meskipun di 9M23 sudah mencapai 2%. Well, ini karena BFIN sempat diserang hacking di bulan May kemarin, sehingga system dan operasional BFIN sempat mengalami masalah. Sehingga proses collection menjadi sedikit bermasalah. Tetapi overall, historicall NPF ratio masih cukup baik.
Satu hal yang menarik adalah ternyata pembiayaan NDF memiliki NPF ratio yang relative kecil dibandingkan jenis pembiayaan BFIN lainnya, sebelum covid-19. Hal ini menandakan bahwa NDF memiliki kualitas asset dan nasabah yang lebih baik dibandingkan pembiayaan lainnya. Even NPF BFIN ini masih lebih baik dibandingkan NPF ratio beberapa bank besar yang ada di bursa.
Jika kualitas asset NDF semakin membaik kedepannya dan BFIN bisa kembali pulih setelah IT issue kemarin, saya kira BFIN bisa kembali ke level ROE 20% seperti yang telah mereka torehkan di tahun 2022 lalu. Menurut saya, BFIN adalah salah satu contoh wonderful company dengan prospek yang cukup menjanjikan dalam jangka panjang. Dengan jumlah kendaraan beredar yang lebih dari 100 juta di Indonesia, maka potensi pertumbuhan pembiayaan NDF masih sangatlah besar. (Lihat Pada Gambar 4)
So, bagaimana menurutmu, apakah setuju BFIN adalah wonderful company? Apakah kamu termasuk orang yang salah kaprah dengan bisnis BFIN? Mari berdiskusi sehat di kolom komentar.
Random Tags : $BFIN $AMDF $MFIN $WOMF $IHSG
INVESTOR LEVEL UP!!!
BERDUIT INVESTING IN VALUE!!
1/4