Endowment Effect Plus-Plus

Skenario seorang investor (trader) : Misalkan salah satu saham dalam portofolio anda floating loss 30%. Karena takut kehilangan uang, dan dari upaya keras melakukan analisa sendiri, maka dalam hati tetap yakin, bahwa saham itu adalah saham yang bagus, dan besar kemungkinan harga akan naik kembali, maka anda memutuskan untuk hold.

Terlebih lagi, saat anda mengecek media-sosial komunitas saham, banyak yang buy-and-hold saham tersebut dan memiliki keyakinan yang sama dengan anda .

Teristimewa, ada figur tertentu, seorang investor (trader) yang terkenal sangat sukses , berpenampilan cerdas dan berwibawa , yang dengan penuh data dan pesona mengemukakan bahwa saham tersebut adalah investasi yang sangat baik .

Namun kemudian, terjadi suatu insiden, saat anda sedang membuka portofolio di komputer, keponakan kecil anda yang nakal, mengutak ngatik komputer, dan tidak sengaja menjual saham tersebut.

Pertanyaannya, maukah anda membeli lagi saham tersebut?

Sekali lagi, jawaban paling umum dari survey ini adalah tidak. Tidak ada yang mau membeli lagi saham tersebut, karena setelah saham tersebut bukan milik kita, nilainya secara tidak sadar menjadi berkurang!

Contoh skenario diatas secara keseluruhan disebut dengan endowment effect. Dimana endowment effect menyatakan bahwa seseorang akan menilai lebih tinggi sesuatu yang dia miliki, dibanding sesuatu yang dia tidak miliki.

Manusia cenderung menilai sesuatu yang mereka miliki dengan harga yang lebih tinggi. Dengan kata lain, bila saham A tidak ada di portofolio, itu saham biasa. Bila saham A ada di portofolio, itu saham luar biasa !

Nah, bisa disimpulkan juga, bahwa salah satu indikator valuasi sebuah saham adalah apakah anda memiliki saham tersebut atau tidak.

Dalam contoh skenario investor (trader) di atas, di dalam endowment effect tersebut terdapat pula kombinasi berbagai macam bias pikiran lainnya:

1. Loss aversion : kecenderungan manusia menghindari kerugian, takut kehilangan uang.
2. Effort justification : pembenaran upaya; ketika anda menyalurkan banyak upaya dan waktu ke dalam pekerjaan (analisa), anda cenderung menilai hasilnya terlalu tinggi.
3. Overconfident effect : efek terlalu percaya dengan (analisa, opini dll) diri-sendiri.
4. Confirmation bias : mencari data terbaru yang hanya untuk mendukung analisa awal, mengabaikan data yang tidak mendukung dan menganggapnya ‘noise’.
5. Hope : bias harapan.
6. Sunk-cost fallacy: sesat pikir biaya yang sudah dikeluarkan.
7. Social proof : pengakuan sosial, kadang-kadang disebut “naluri kelompok”, membuat seseorang merasa mereka bertingkah laku dengan benar ketika bersikap sama seperti orang lain.
8. Hallo efect : efek silau, terjadi ketika satu aspek tunggal (misal sosok seorang investor top yang sangat sukses) menyilaukan kita dan mempengaruhi kita dalam melihat keseluruhan gambar.
9. Bias otoritas : Otoritas menginginkan pengakuan, dan terus-menerus mencari cara untuk menegaskan status mereka.
10.Confirmation bias (phase-2) : kita dipaksa untuk membangun keyakinan mengenai dunia, hidup kita, ekonomi, investasi… termasuk valuasi (arah) saham.

Lanjut ke posting setelah ini

sumber :
https://cutt.ly/3wYhhTsU
https://cutt.ly/7wYhhTkU
https://cutt.ly/vwYhhTQb

random tag yg lagi rame
$BREN $CUAN $GJTL $AMMN $BBCA

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy