Cadangan tanah $DMAS mau habis!!!
DMAS ini cuma buat setoran ke Sojitz sana biar makin kaya orang Jepang, makanya laba bersih semua dibagi jadi dividen, nanti gak bisa beli tanah baru lagi, DMAS ditinggal pulang ke Jepang.
Narasi macam apa pula ini. Gak kalah sama hoax pilpres.
Soal DMAS yang laba bersih tiap tahunnya semua dibagi jadi dividen, ya emang kenapa?
Duitnya habis terus gak bisa beli tanah lagi?
Jawabnya pakai akuntansi dasar banget ini sebenarnya.
Laporan Laba Rugi itu ada unsur yang namanya Beban Pokok Pendapatan.
Artinya, setiap kali DMAS jual tanah/bangunan, maka DMAS akan memotongkan biaya perolehan sebesar harga tanah/bangunan waktu dibeli atau didirikan. Itulah Beban Pokok Pendapatan.
Selisih antara Pendapatan dengan Beban Pokok Pendapatan, didapatlah laba kotor. Lalu setelah dipotong semua biaya-biaya, diperolehlah Laba Bersih.
Nah yang dibagi jadi dividen itu laba bersih, bukan dari laba kotor, bukan dari omset.
Jadi, DMAS ini sudah mencadangkan duit buat beli persediaan tanah/bangunan lagi, ya sebesar angka beban pokok pendapatan itu. Lah kalau gini gimana ceritanya DMAS gak bisa beli tanah lagi?
Pake logika pedagang pasar atau toko kelontong aja gak masuk akal. Mereka tentu akan menyisihkan uang buat belanja barang lagi besok, sebelum mereka bisa pakai hasil jualan hari ini.
Nah, kalau dibilang Persediaan Tanah/Bangunan (Cadangan Lahan) DMAS berkurang, iya itu betul. Tapi bukan dinarasikan DMAS gak bisa beli tanah baru lagi, jelas ngawur.
DMAS punya tanah 'belum' dikembangkan per Sep 2023 itu 2.791.630 m2, berkurang dari Des 2022 sebanyak 3.118.830 m2.
Kalau lihat detailnya, ada penambahan tanah 'belum' dikembangkan sebesar Rp 6 miliar, artinya DMAS masih terus mengisi cadangan tanah baru, walaupun ada Rp 235 miliar yang direklasifikasi menjadi tanah yang 'sedang' dikembangkan.
Sementara, tanah yang 'sedang' dikembangkan per Sep 2023 itu 6.712.033 m2, lebih banyak dibanding Jun 2023 sebesar 6.621.636 m2, dan Des 2022 sebanyak 6.645.684 m2.
Artinya, beberapa bagian tanah DMAS yang semula 'belum' dikembangkan, saat ini sudah mulai digarap sehingga masuk kategori 'sedang' dikembangkan.
Selanjutnya, ada pula uang muka pembelian tanah per Sep 2023 itu untuk beli tanah baru seluas 460.626 m2.
Nilai ini bertambah dibanding Jun 2023 sebanyak 456.906 m2 dan juga Des 2022 sebanyak 454.156 m2.
Artinya, DMAS masih terus ekspansi beli tanah baru lagi untuk restock.
Dari penjabaran di atas setidaknya bisa memberi gambaran kalau DMAS ini masih terus beli tanah baru di wilayah Cikarang.
Walaupun laju pembelian tanah barunya saat ini belum mengimbangi jumlah tanah yang terjual.
Jika ditotal (tanah yang sedang dan belum dikembangkan, juga uang muka pembelian), maka Des 2022 cadangan lahan DMAS ada 10.218.671 m2 (1.022 hektare), berkurang menjadi 9.964.289 m2 (996 hektare) pada Sep 2023.
Ada pengurangan sekitar 26 hektare.
Tapi jika melihat total aset lancar DMAS yang stabil di kisaran sekitar Rp 3-4 triliun, dan total aset keseluruhan DMAS yang bertahan sebesar Rp 6-7 triliun, walaupun laba bersih selalu dibagi semua jadi dividen.
Tentu ini menandakan DMAS masih sangat mampu untuk terus-menerus beli tanah baru lagi. Seandainya belum dalam bentuk tanah (Persediaan), artinya "kemampuan" itu masih tersimpan dalam bentuk Kas atau aset lainnya.
Beban Pokok Pendapatan itu ibarat pedagang warung menyisihkan uang untuk besok belanja lagi ke agen ciki, dan si pedagang tersebut sudah boleh pakai sisa hasil jualannya hari ini untuk jajanin anaknya dan buat dapurnya ngebul.
Lah kalau si pedagang gak boleh ambil hasil usaha warungnya, terus mau ngapain dia dagang? 馃
Jangan tanya emiten Sinar Mas Land lain macam $BSDE $DUTI. Apalagi BSDE yang udah lama gak bagi-bagi dividen.
Itu beda case lagi, karena sedang dalam fase "ultra ekspansif". Benar-benar lagi ngebut akuisisi lahan dan pembangunan kawasan baru BSD Tahap 3 beserta segala fasilitasnya (Jalan Raya, Jalan Tol, dll), sehingga harus punya cadangan laba yang cukup banyak, bahkan harus dibantu leverage (utang berbunga/debt).
Kalau DMAS kan masih ekspansi "normal", cuma isi tanah baru sebagai ganti tanah yang terjual, dengan tidak punya utang berbunga/debt.
Dividen jumbo adalah hal wajar.
1/10