ROIC and the Investment Process ROICs,
How They Change, and Shareholder Returns
AUTHORS Michael J. Mauboussin michael.mauboussin@morganstanley.com
Dan Callahan, CFA dan.callahan1@morganstanley.com
Sudah cukup lama saya mencari indikator dari rasio keuangan yang mana indikator tersebut bisa membantu seorang pemilik bisnis dalam menganalisa kondisi perusahaannya dari berbagai sisi, terutama tentang apakah uang yg diinvestasikan bisa memberikan return yg sesuai ekpektasi atau layak dilakukan dan kesempatan berhasilnya besar ( optimis ), dimana perusahaan tersebut bisa tertutup maupun terbuka.
Namun memakai ratio keuangan saja tanpa mempertimbangkan hal Qualitatif tidaklah cukup/ beresiko, sebagai investor kecil / retail, saya mencoba mencari kesempatan untuk mencari nafkah di bursa saham Indonesia dengan mencari perusahaan yang potensial untuk saya miliki sebagian kecil sahamnya, namun hal ini tidaklah gampang / kalo mau dibilang sangat sulit.
Di youtube sering di sharing oleh investor tentang bagaimana cara menganalisa / memperhitungkan dengan detail / mungkin rumit dan sekalian prediksi ttg saham tertentu yg dibahas, atau juga oleh interviewer yang membahas tentang investor tertentu yang kaya dari saham hanya dengan trik tertentu.
Dan zaman sekarang, hanya bermodalkan data / pulsa kita bisa mendapatkan berbagai cara / teori / modus dari youtube / podcast / website tentang saham tertentu yang dibahas, kadang kita sangat ingin membeli saham tersebut tanpa kita melakukan riset lebih jauh, yang mana saham tersebut kita miliki bisa jadi tidak sesuai ekpektasi dan muncul keinginan untuk melepasnya ( cuan / rugi ).
Saya juga termasuk investor yang saya jelaskan diatas ( rugi banyak & capek hati ), namun keinginan untuk menjadikan investasi saham sebagai pasif income tidak bisa saya hilangkan dari diri saya ( walupun saya coba dengan berbagai kesibukan dan tidak memperdulikannya ), setelah 3 - 6 bulan, saya kembali membuka stockbit dan berinvestasi kembali ( seperti candu ).
Jadi setelah saya amati dan introspeksi, saya menyadari ada berbagai kelemahan didalam diri saya didalam menganalisa lebih dalam dari sisi Qualitatif & Quantitatif serta ketahanan / kesabaran tentang investasi yg saya miliki.
Berbagai buku investasi telah saya baca dan tealah, berbagai youtube ttg investasi telah saya dengar dan lihat, namun belum juga memberikan pola investasi yg bisa memberikan saya pemahaman yang dalam dan konkrit, ini yg juga membuat saya tidak bisa menjadikan investasi sebagai pasif income saya di bursa saham.
Prolog diatas sdh cukup, mari kita dengar sebuah analisa & riset mengenai sebuah ratio dari sisi quantitatif yang bisa membantu investor didalam memilih & memilah perusahaan yang ingin dimilikinya.
Saya mencoba mengintisarikan tulisan / riset dari Morgan Stanley yang ditulis oleh Michael J Maubossin, salah satu pengurus Morgan Stanley pada Investment management, Counter point Global, dan juga seorang adjunct professor of finance at the Columbia Business School.
Orang kedua yaitu Dan Callahan, CFA, anggota dari Consilient Research on Counterpoint Global at Morgan Stanley Investment Management dengan pengalaman investasi 18 tahun.
Didalam tulisan tersebut mereka mengambarkan bahwa sebuah perusahaan mempunyai tugas utama didalam mengelola uang yg diinvestasikan, konsepnya adalah ” Menginvestasikan modal / uang untuk bisa menghasilkan uang “.
Goal pada perusahaan adalah menjalankan usaha pada bidangnya, menginvestasikan sejumlah modal + kemampuan baik hard skill & soft skill, lalu membandingkan dengan biaya modal yg dibebankan/bunga ( modal sendiri / modal pinjaman ), dan menghitungnya apakah setelah dikurangi berbagai beban, perusahaan yang dikelola mampu mengembangkan nilai investasinya atau menghancurkan / melemahkan investasinya.
Sebagai contoh konkrit, jika perusahaan menginvestasikan modal 1.000 milyar untuk project yang akan dikerjakan, dan investasi diatas bisa 50% modal sendiri ( equity ) dan 50% adalah modal pinjaman ( berbunga ), artinya perusahaan menghitung cost of capitalnya sebagai WACC ( Weight Average Cost of Capital) contoh 10 %, maka jika didalam perjalanan 3 – 5 tahun perusahaan tersebut berjalan, harapan pemilik perusahaan adalah bahwa minimal ROIC ( Return of Invested Capital ) adalah > dari WACC + risk ( 3 % ).
Dari contoh diatas, jika perusahaan hanya menghasilkan ROIC 13% atau dibawahnya, maka perusahaan ini tidak akan bertumbuh ( atau malah mengurangi Nilai / value destroyer ), dan sebaliknya, semakin tinggi hasil ROIC, maka semakin sehat perusahaan tsb, jika ROIC tinggi otomatis FCF ( Free Cash Flow ) akan mengikutinya ( banyak ) dan perusahaan semakin bernilai.
Jadi sebagai seorang investor, Goal kita adalah mencari ( pilih & pilah ) perusahaan yang mempunyai ROIC yang relatif tinggi pada sektornya dan cenderung stabil ( fluktuasi wajar ), dan memegangnya selama mungkin ( jika fundamental perusahaan tidak tergerus ).
Tulisan ini bukan untuk mengajak anda memilih perusahaan yg ROIC tinggi saja tanpa menganalisa faktor lainnya, ini hanya sebagai sharing dan mudah mudahan memberikan manfaat.
Jika berminat lebih dalam dan mau membaca tulisan originalnya, silakan akses ke https://cutt.ly/PwbyoSNy
Salam Investasi
Salimin Djohan
( tinggal di kota Medan, seorang Pebisnis & Investor di pasar modal )
RANDOM TAGS $BTPS $BJTM $ANJT $MPMX $INKP