imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Isu ini santer beredar dalam beberapa waktu terakhir.

Info yang masih perlu diperjelas ini, tentang “gejolak” (lagi lagi) di tubuh NET TV (NETV). Setelah 4 tahun terakhir menghadapi badai yang berkecamuk, informasi terakhir yang saya dapatkan adalah PHK atau layoff yang terjadi di stasiun TV milik grup Indika ini. Menurut konfirmasi manajemen, ada 30% karyawan terdampak PHK.

Situasi yang sudah terjadi beberapa kali ini memang agak sulit untuk diselesaikan. Apalagi dengan situasi secara komersial NETV menghadapi tantangan penurunan kinerja rating dan share, sejak perpindahan ke siaran teknis TV digital. Selain itu, situasi ini juga ditekan dengan kondisi menurunnya blocking time e-commerce dan brand teknologi, yang pernah marak di era 2018-2021. NETV sangat bergantung dengan iklan yang biayanya besar tersebut.

Meski secara umum topik soal NETV ini saya sudah pernah bahas di tab guide profil Instagram “Nonton Tipi, Asyiknya di NET”, namun saya ingin mencoba mengupas sekilas mengapa fenomena seperti ini terjadi dan berulang lagi - sebelumnya PHK pernah terjadi tahun 2022 di Beritasatu, stasiun TV berita milik grup Lippo (kini BTV, yang diisukan “patungan” Lippo dan konsorsium mantan Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita).

======

Beberapa waktu yang lalu, headline CNBC Indonesia yang membahas fundamental NETV dengan provokatif menyebut NETV “bangkrut”. Yah, bagi kita yang udah ngerti kelakuan ini media, maklum aja dengan kelakuannya. Meski, headline ini memicu kontra di komunitas pertelevisian yang saya ikuti, bahkan salah satu memberinya menyebut ini sebagai “persaingan tak sehat” karena senggol grup media lain.

Apapun alasan judul tersebut dibuat, namun harus diakui dengan struktur modal NETV yang saat ini masih ekuitas negatif, memang secara teknis bisa disebut ke sana. Meski untuk menyebut “bangkrut”, tentu perlu putusan hukum dan terdapat situasi yang memungkinkan itu terjadi. Selama belum ada putusan hukum, katakanlah seperti pailit, maka NETV belum bisa disebut demikian.

(*colek penulis berita CNBC tersebut, yang pernah DM saya di Stockbit, siapa tau baca)

Namun dalam sejarahnya, NETV pernah digugat pailit oleh salah satu suppliernya. Gugatan ini cukup membuat NETV viral di dunia maya, dan rata rata menyayangkan + menyatakan kekangenan dengan situasi NETV era Wishnutama dulu. Kalo soal terjebak nostalgia, netijen memang paling jagonya wkwkwkwk. Gugatan ini kemudian dicabut dan NETV melakukan penyelesaian di balik layar. Sejak itu, NETV relatif sunyi senyap, bahkan saat mereka memutuskan IPO di 2022 lalu.

Saya melihat bahwa IPO NETV saat itu lebih ke arah strategi saja, untuk membuat Tokopedia dan satu investor lainnya (sudah jualan sahamnya semua, btw) bisa keluar. Buktinya, saldo IPO langsung ludes tak bersisa. NETV pun kemudian bergantung pada pinjaman bank, yang jaminannya adalah hampir semua asetnya NETV. Bahkan saldo kas setara kas, yang biasanya untuk tujuan operasional, juga jadi jaminannya. Tentu ini adalah situasi yang memprihatinkan, apalagi kenyataannya manajemen NETV pun terus memperpanjang periode restrukturisasi pinjamannya dengan bank.

Dari sisi kinerja, penurunan kinerja NETV sejak 2019 pun masih terus berlanjut. Tekanan pengiklan E-commerce yang mengurangi budget iklan, di tambah migrasi ke sistem teknis TV digital menjadi tantangan. NETV sempat dilaporkan mengalami kesulitan untuk ditangkap siarannya. Untuk Jakarta sendiri, NETV sampai pindah pindah “tempat mangkal” (baca : MUX) dari MUX TVRI, kemudian MUX TV One dan kini dobel power (dua “tempat mangkal”) dengan MUX Trans TV. Hal serupa dilakukan juga di Medan. Hal ini berdampak pada penurunan rating dan share NETV secara signifikan. Program program NETV banyak yang dibongkar pasang, sementara drama asing seperti Drama Korea belum mampu menyelamatkannya.

Setelah sejak awal saya meragukan langkah bisnis NETV di OTT sendiri, ternyata kehadiran NETV di platform OTT tersebut maupun aktivasi di media Youtube, saat ini belum mampu sepenuhnya mendukung penurunan kinerja. Meski konten konten NETV tetap rame di media sosial, namun kinerja iklan digitalnya pun juga mirip dengan iklan di televisi. Untuk mendanai bisnis OTT NETV, tentu kan perlu duit. Masalahnya, jika televisinya juga struggle, berarti perlu modal baru kan?

Sayangnya, dalam laporan tahunan 2022 lalu, ada pernyataan dari manajemen untuk “hold” bantuan dari pengendali (Indika) dan masih berupaya untuk bisa menyelesaikan sendiri. Sayangnya, boro boro bisa sendiri. Yang ada, dua manajemen NETV, masing-masing pimpinan programming dan produksi, memutuskan resign dengan “alasan pribadi”. Entah ada hubungannya atau tidak dengan situasi gejolak ini.

=====

Harus diakui, industri pertelevisian menemukan tantangan baru dalam 3 tahun terakhir. Selain belanja iklan yang menurun akibat dampak pandemi dan tantangan daya beli, migrasi ke sistem teknis TV digital disebut sebagai biang keladinya. Hampir semua stasiun TV besar, termasuk yang tergolong top 5 ranking, mengeluhkan hal yang sama. Situasi ini, masih berlanjut dalam tahun ini, meski diperkirakan sudah mereda tekanannya.

Disinilah plus minus dan competitive advantage masing-masing grup media dan televisi muncul. Ada grup yang justru memanfaatkan situasi ini dengan memasukkan stasiun TV baru dan makin terlihat kuat, ada grup yang salah satu stasiun TVnya menjadi “kuda hitam” dalam situasi sulit ini, ada grup yang kelabakan meski terlihat strong dari luar, ada juga grup yang seperti NETV dan Beritasatu (BTV) yang bener bener lemah. Situasi ini tergantung pada strategi bisnis mereka di masa lalu dan sekarang, serta kekuatan modal sang pemilik.

Dengan situasi yang beragam ini, saya masih melihat ini sebagai dinamika dan “seleksi alam” siapa yang mampu bertahan dan beradaptasi. Keyakinan saya masih sama seperti dalam episode podcast “Televisi dan Bertahan dalam Gempuran Digital”. Jadi, kita tinggal melihat jika situasi ekonomi makin menunjukkan tren membaik - dan salah satu pedomannya dari emiten konsumer wkwkwk. Saya melihat, stasiun TV eksisting (10 stasiun TV yang lahir duluan) masih relatif mampu bertahan. Tantangan sekarang ada di mereka yang lahir setelahnya, termasuk yang lahir di era TV digital.

=====

Karena “PHK” sudah terjadi, nampak akan ada perubahan strategi masif di NETV. Ketika Beritasatu PHK 70% karyawannya, program berita dan informasi mereka banyak yang dicut (dihentikan). Hanya ada 1 program berita dan program “low budget” (baca : Courtesy of Youtube), sisanya program rerun (ulangan). Ternyata, ada perubahan konsep setelah berganti nama jadi BTV. Apakah artinya NETV akan sama seperti Beritasatu : berubah konsep, berubah model bisnis, berubah kepemilikan (minimal penambahan modal dari Indika) atau bahkan berubah nama? Hmmm ~

Bacaan menarik lain soal saham, investasi dan bisnis lainnya bisa cek dan follow Instagram, Tiktok dan Threads @plbkrinaliando.

$IHSG $NETV $MNCN $SCMA $VIVA

Read more...

1/2

testes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy