Cara screening saham!
Tahun ini mungkin menjadi tahun yang sulit buat saya. Dari awal tahun saya melakukan screening saham untuk melakukan reinvest setelah melakukan take profit dari $ABMM $DOID dan $BSSR. Hasilnya saya tidak menemukan saham yang cocok dengan metode screening saya. Sebenarnya sempat ada yaitu $IPCC ketika harganya masih di 500an. Tetapi baru saja masuk 1/2 total dana yang saya alokasikan sahamnya naik sampai ke 800 rupiah. Saya berusaha tidak mengejarnya.
Lalu bagaimana cara saya menemukan saham” yang siap saya investasikan? Caranya cukup mudah. Saya utamakan mereka berada di industri yang bagus dan berada dalam circle of competence saya. Andaikan berada pada industri yang saya tidak mengerti, maka saya akan mencari data untuk mendukung analisa saya. Contohnya ketika saya membeli IPCC diharga 500an. Saya tidak begitu mengerti otomotif, tapi yang saya tau bahwa IPCC adalah perusahaan yang melakukan quality control kendaraan sebelum di distribusikan kepada konsumen.
Ketika itu saya liat data Gaikindo mengenai jumlah produksi tahun ini. All hasil produksi bertumbuh dan perusahaan alat berat masih mencetak laba yang besar otomatis permintaan atas alat berat masih cukup tinggi. Oleh sebab itu saya memiliki keyakinan bahwa pendapatan IPCC akan ikut meningkat.
Setelah pendapatannya mudah di prediksi, kriteria saham hasil screening saya adalah perusahaan yang memiliki hutang yang kecil. Kalau hutang kecil ini memberi kenyamanan saya untuk menahan saham ini dalam jangka waktu yang panjang. Tetapi ketika hutangnya bertambah dan semakin besar maka saya akan selalu memikirkan untuk menjual perusahaan ini ketika harga sahamnya cukup di apresiasi.
Kriteria selanjutnya saya perhatikan persedian perusahaan. Ini sangat penting terutama untuk industri FMCG dan farmasi. Kenapa ini penting? Karena apabila perputaran persedian terlalu lama, maka ada resiko kerusakan yang terjadi. Hal ini biasanya saya hitung perputaran persediaan dengan sales paling lama 1 tahun. Apabila sales lebih kecil dari persediaan maka saya akan lebih selektif untuk memilih saham ini.
Hal berikutnya yang saya perhatikan adalah uang kasnya. Uang kas perusahaan yang terus bertumbuh akan membuat pemodalan perusahaan semakin kuat. Terutama perusahaan dengan kas besar suka sekali memberikan kejutan kepada kita sebagai investor dengan membuyback sahamnya atau membagikan dividen yang besar.
Tidak kalah penting dengan kas, operating cashflow perusahaan juga harus baik. Saya jarang sekali berinvestasi pada perusahaan yang memiliki operating cashflow yang negatif. Tetapi saya tidak ragu apabila perusahaan mencatatkan kerugian bersih namun operating cashflownya masih positif.
Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah valuasi saham itu sendiri. Ketika saham diperdagangkan pbv 3-4x saya sudah hampir tidak akan meletakan uang pada perusahaan semacam ini. Tapi tergantung juga dengan laba perusahaan, contohnya seperti ABMM walau PBV 1x tapi PERnya hanya 2x, jadi secara valuasi tetaplah murah. Harus dilihat juga perusahaan yang didapatkan apakah dari operasi bisnisnya atau dari menjual aset. Para investor newbie biasanya mudah ditipu dengan PER karena pengakuan laba yang hanya sekedar pembukuan.
Sekarang saya masih belum menemukan saham yang memberikan saya keyakinan yang besar untuk di invest. Semoga saya bisa menemukan saham yang sesuai kriteria saya sebelum tahun 2023 berakhir.