Market Commentary: Kenaikan Pesat Saham-Saham Renewables Energy
Dalam 1 bulan terakhir, harga saham-saham renewables energy terbang tinggi di mana $PGEO naik +60,9%, $BRPT +47,1%, $KEEN +6,96%, dan $ARKO +10,77%. Spekulasi mulai bermunculan di pasar mengenai alasan kenaikan ini, mulai dari isu fundamental seperti katalis polusi udara di Jakarta, isu carbon trading, hingga rumor IPO BREN. Tulisan ini akan coba menanggapi beberapa isu yang beredar dari sudut pandang saya. Selamat menikmati!
Disclaimer: tulisan ini bukan merupakan rekomendasi jual atau beli saham tertentu. Always do your own analysis!
1. Faktor fundamental: belum terjadi perubahan besar, hanya lebih agresif dalam target ekspansi
Dari beberapa analyst meeting yang saya ikuti, belum ada PLTP yang baru beroperasi sehingga dapat menaikkan kinerja dalam waktu dekat. Akan tetapi, kedua emiten menaikkan target kapasitas terpasang mereka dalam waktu dekat.
• PGEO: mempercepat target kapasitas terpasang menjadi 1.012 MW dalam 2 tahun (sebelumnya: target 1272 MW dalam 5 tahun) di bawah kepimpinan Direktur Baru, Julfi Hadi. Target ini mengimplikasi kenaikan kapasitas terpasang sebesar +51% dari kapasitas terpasang saat ini sebesar 672 MW.
• BRPT: menargetkan total kapasitas terpasang menjadi 1.000 MW hingga 2030. Target ini mengimplikasi kenaikan kapasitas terpasang sebesar +13% dari kapasitas terpasang saat ini sebesar 885 MW.
• KEEN: menargetkan total kapasitas terpasang menjadi 500 MW dengan jangka waktu yang tidak ditentukan. Target ini mengimplikasi kenaikan kapasitas terpasang sebesar 7,7 kali lipat dari kapasitas terpasang saat ini yang mencapai 65,3 MW.
• ARKO: menargetkan total kapasitas terpasang menjadi 82,5 MW dengan jangka waktu yang tidak ditentukan. Target ini mengimplikasi kenaikan kapasitas sebesar 4,7 kali lipat dari kapasitas terpasang saat ini yang mencapai 17,4 MW.
2. Faktor perdagangan karbon: bonus laba tambahan namun belum signifikan
Seperti yang sudah dijelaskan di Stockbit Snips (https://snips.stockbit.com/snips-terbaru/aturan-carbon-trading-terbit-emiten-apa-yang-diuntungkan), perdagangan karbon ini berpotensi menguntungkan perusahaan renewable energy. Meski demikian, perusahaan baru bisa memperdagangkan kredit karbonnya setelah memverifikasi aset yang dimiliki untuk mendapat total nilai unit karbon yang dapat dijual.
Per FY22, hanya PGEO dan BRPT yang pendapatan dari penjualan kredit karbon. PGEO mencatat pendapatan dari kredit karbon sebesar 747 ribu dolar AS (setara 0,94% EBITDA) sedangkan BRPT mencatat pendapatan dari kredit karbon sebesar 3,57 juta dolar AS (setara 0,75% EBITDA BREN, anak usaha Barito yang bergerak di bidang Geothermal).
Walaupun pendapatan dari carbon trading masih <1% dari total EBITDA, pendapatan dari carbon trading masih berpotensi dapat naik ke depannya. Beberapa potensi peningkatan ini berasal dari:
• Volume unit karbon naik dari aset-aset tambahan yang baru diverifikasi. Sebagai catatan, PGEO baru memverifikasi 55% dari total aset PLTP yang sudah beroperasi. Di sisi lain, BRPT baru memverifikasi 15% dari total aset PLTP yang sudah beroperasi.
• Kenaikan harga rata-rata penjualan karbon kredit. Dari informasi yang saya dapatkan, rata-rata harga penjualan karbon kedua emiten masih di sekitar USD 1-3 per ton CO2. Dilansir website 8 billion trees, nilai kredit karbon dari emiten geothermal dapat mencapai USD 2,5-8 per ton CO2.
Apabila kedua emiten memverifikasi seluruh aset PLTP diikuti harga jual rata-rata naik 2 kali lipat, potensi kenaikan laba dari penjualan kredit karbon mencapai 4 kali lipat untuk PGEO (2,72 juta dolar AS) dan 13 kali lipat untuk BRPT (47,6 juta dolar AS). Jumlah ini setara dengan 3,4% EBITDA PGEO FY22 dan 10% EBITDA BREN FY22. Akan tetapi, perlu diingat potensi kenaikan ini masih dapat dipengaruhi beberapa faktor lainnya seperti perbedaan jumlah unit karbon yang didapat per unit serta mekanisme transaksi unit karbon yang memungkinkan penjualan kredit karbon pada harga yang lebih rendah.
3. Faktor Sentimen Market: isu re-rating energi terbarukan dan gosip market mengenai IPO Barito Renewables Energy (BREN)
Walaupun faktor fundamental dan pendapatan tambahan dari carbon trading diprediksi belum akan berpengaruh terhadap laba bersih emiten dalam waktu dekat, faktor sentimen market lebih berperan banyak dalam kenaikan harga saham akhir-akhir ini. Beberapa sentimen market yang sedang mempengaruhi saham renewables antara lain:
• Maraknya polusi udara di daerah Jakarta sehingga meningkatkan urgensi transisi energi terbarukan
• OJK yang baru resmi menerbitkan peraturan perdagangan karbon di Indonesia melalui POJK 14 nomor 2023.
• Saham-saham renewables energy dipandang memiliki prospek yang lebih cerah dibanding saham-saham energi lainnya seperti emiten batu bara dan PLTU sehingga menyebabkan re-rating (investor bersedia membayar harga saham lebih tinggi) untuk saham-saham renewable energy.
• Isu re-rating akibat rumor IPO Barito Renewables Energy (BREN), anak usaha Barito yang memiliki Star Energy, dalam waktu dekat. Tidak diketahui secara pasti tanggal pelaksanaan, jumlah saham yang ditawarkan, serta valuasi perseroan. Namun dengan mengasumsikan profitabilitas perseroan sama, market cap BREN diprediksi berada di atas PGEO (53,6 triliun rupiah) akibat jumlah kapasitas terpasang perseroan yang lebih besar (BREN: 885 MW vs 672 MW).
Pertanyaan terpentingnya, apakah masih telat apabila beli sekarang? Tidak ada yang tahu pasti, namun untuk sekarang we provide, you decide!
Disclaimer: penulis memegang posisi di salah satu saham yang berada dalam tulisan ini dengan transaksi yang dilakukan sebelum tulisan ini dipublikasikan. Data diambil per 29 Agustus 2023
1/6