Bear Case $BTPS
Bulan lalu, saya bertanya tentang bear case BTPS (https://stockbit.com/post/11810071) untuk menguji conviction saya.
Bear case paling convincing, datang dari @StrongholdFund:
"Kualitas asset $BTPS ternyata lebih buruk dibanding perkiraan management. Apabila pembiayaan restruk covid telah di cadangkan semua, namun impairment masih naik, big red flag.
Banking is about managing risk, kalau asset kualitas terus memburuk akan menurunkan kepercayaan nasabah dan depositor."
Berikut ini adalah respon saya.
---
Saya sangat sepakat "banking is about managing risk". Bisnis ini secara natural memang punya high leverage (meskipun leverage BTPS termasuk rendah dibanding peers-nya) dan beroperasi di atas kepercayaan antara deposan kepada bank dan bank kepada debitur. Pemberi dana percaya dana yang dititip-kelolakan akan kembali + mendapat imbal hasil yang sepadan sesuai dengan risiko yang ditanggung.
Karena itulah bank dituntut untuk beroperasi secara konservatif dalam menyalurkan pinjaman/pembiayaan, menjaga ketersediaan likuiditas, mengelola risiko perubahan suku bunga, dan memastikan kecukupan permodalan.
Ada setidaknya 4 risiko tersebut yang harus dikelola oleh manajemen bank. Dari 4 risiko tersebut, BTPS hanya punya catatan di risiko pembiayaan.
Dari aset Rp 21,3 triliun, ada aset likuid (di luar cadangan wajib) sebesar Rp 7,3 triliun. Dengan asset yield 30%, peningkatan cost of fund juga bukan masalah berarti bagi BTPS. BTPS juga ekuitas yang melimpah dengan CAR 48,5%.
---
"Kualitas aset $BTPS ternyata lebih buruk dibanding perkiraan management" ini sudah terjadi. Beban CKPN meningkat signifikan karena CKPN yang sudah dibentuk di masa lalu terbukti tidak cukup untuk meng-cover potensi hapus buku di masa depan.
Pada tahun 2020, BTPS membentuk CKPN baru sebesar Rp 850 miliar. Cukup besar dibanding hapus buku di tahun 2020 yang "cuma" Rp 297 miliar. Namun, pada 2021-2022, nilai piutang yang dihapus buku oleh BTPS selalu lebih tinggi dari tambahan CKPN yang dibentuk (lihat gambar 1).
Kenapa hapus buku BTPS tinggi sekali? Padahal NPF-nya tidak pernah lebih dari 3%?
Justru itu!
NPF BTPS tidak pernah lebih dari 3% karena pembiayaan bermasalah BTPS cepat sekali dihapus buku. Dua hal ini tidak kontradiktif, justru punya hubungan sebab akibat.
Sebelum dihapus buku, pembiayaan bermasalah BTPS coba diperbaiki oleh manajemen dengan mekanisme restrukturisasi. Karena POJK 11/2020 dan perubahan-perubahannya, bank boleh mengkategorikan kredit/pembiayaan yang direstrukturisasi sebagai kredit/pembiayaan lancar.
Inilah bom waktu yang meledak di neraca BTPS sejak tahun 2021. Gelombang kedua dan ketiga covid serta peningkatan inflasi yang menggerus daya beli membuat pemulihan pemulihan repayment capacity nasabah BTPS jadi lebih lambat.
Sebagian restrukturisasi yang diberikan oleh BTPS ke nasabahnya pun gagal. Hal ini bahkan diakui secara terbuka oleh manajemen BTPS di AR 2022 (lihat gambar 2).
Namun, apakah semua restrukturisasi yang diberikan oleh manajemen BTPS ke nasabahnya gagal dan berujung pada hapus buku?
Tidak juga.
Pada Q2 2020, BTPS ada hampir Rp 6 triliun pembiayaan BTPS yang di-restrukturisasi. 69% dari total pembiayaannya saat itu.
Sejak tahun 2020 hingga 1H 2023, sudah ada total Rp 2,8 triliun pembiayaan yang dihapus buku. Ada Rp 1,1 triliun pembiayaan restrukturisasi yang pahit-pahitnya juga berpotensi akan dihapus buku. Namun, yang jarang dibahas, ada Rp 2,1 triliun pembiayaan yang BERHASIL direstrukturisasi dan kini menjadi pembiayaan lancar non-restru.
Sejak Q2 2023, BTPS selalu bisa meningkatkan saldo pembiayaan non-restru (lihat gambar 3). Baik dari penyaluran pembiayaan baru yang berkualitas maupun pemulihan repayment capacity dari nasabah restu yang Rp 2,1 triliun tadi.
Saya tidak akan mengecilkan masalah kualitas aset yang sedang berusaha diperbaiki oleh manajemen BTPS. Namun, menurut saya, masalahnya tidak sebesar yang sebagian investor kira.
---
Kalau bukan NPF dan NPF coverage, terus apa dong yang bisa digunakan sebagai acuan untuk progress perbaikan kualitas aset BTPS?
Fokus ke Financing at Risk (FAR). Di bank konvensional disebut Loan at Risk (LAR). FAR/LAR ini mengikutsertakan kredit/pembiayaan dalam perhatian khusus (kolek 2) dan restrukturisasi era covid (POJK 11/2020).
Per 1H 2023, FAR BTPS ada di 17% dari total pembiayaan. Buruk? Gak terlalu ya kalau kita bandingkan dengan LAR BBRI dan BBNI yang saat ini masih di level 16% (lihat gambar 4).
Kualitas aset BTPS saat ini hanya nampak sangat buruk, jika dibandingkan dengan 2 pembanding:
1. Kualitas kredit $BBCA yang memang memanfaatkan keunggulannya dalam perbankan transaksi untuk hanya masuk ke debitur rendah risiko.
2. Kualitas pembiayaan BTPS sebelum pandemi.
BTPS tidak perlu jadi sebagus BBCA. Cukup jadi sebagus BTPS sebelum pandemi saja. Saya sudah happy.
---
Analisis yang lebih komprehensif tentang BTPS bisa dibaca di sini:
- https://cutt.ly/ewjGjUvd
- https://cutt.ly/0wjGjU6S
- https://cutt.ly/IwjGjI3M
1/4