Konsep Bandarmologi dan Fundamental
Di postingan sebelumnya saya sudah membahas tentang konsep akumulasi saham dari sisi jumlah investor yang memiliki saham tersebut.
Saya memiliki dua hipotesis yang sedang saya uji terkait hal tersebut
1. Hipotesis Lama Tentang Pengaruh Jumlah Investor pada Pergerakan Saham
https://bit.ly/3vfRRMQ
2. Hipotesis Baru Tentang Pengaruh Jumlah Investor pada Pergerakan Harga Saham
https://bit.ly/3shiX84
Meskipun saya lebih suka melakukan analisis fundamental terutama analisis laporan keuangan sebelum membeli saham, saya percaya bahwa bandar di saham $IHSG itu nyata adanya. Kalau mau belajar melakukan analisis laporan keuangan bisa baca bukunya Pak Toto https://bit.ly/3DClSuL
Realitas bandar saham itu sudah terbukti dari tertangkapnya Bentjok dan Heru Hidayat yang sekarang dipenjara seumur hidup karena dianggap terlibat dalam kasus goreng saham dan cuci duit korupsi Jiwasraya dan Asabri.
Bisa juga lihat realitas bandar pada case Asuransi Wanaartha yang diduga PSP nya menggunakan dana nasabah untuk menggoreng saham BEKS atau istilah kerennya adalah front running. PSP Wanaartha diduga beli saham BEKS di harga murah, lalu kemudian menggunakan dana nasabah untuk menggoreng saham $BEKS sehingga PSP Wanaartha bisa $CUAN lebar dan dana nasabah akhirnya nyangkut. Transaksi jual belinya sudah ditemukan oleh BPK. Tinggal tunggu sidang untuk membuktikan.
Bisa juga lihat kasus Kresna Life yang juga menggunakan dana nasabah untuk beli saham grup Kresna itu sendiri. Endingnya izin asuransi Kresna dicabut oleh OJK karena banyak melanggar.
Bandar menggoreng saham dengan banyak tujuan, beberapa di antaranya adalah:
1. Bandar melakukan markup harga saham agar bisa menjual saham tersebut ke pihak lain seperti dana pensiun yang fund manager nya gampang disuap. Ini lah yang terjadi pada kasus Jiwasraya dan Asabri. Bentjok dan Heru Hidayat menjual saham IIKP MYRX ke Asuransi Jiwasraya dan Asabri.
Sebenarnya fund manager Jiwasraya dan Asabri ini orang pintar semua. Tapi begitu sudah dapat kickback seperti tiket konser Coldplay hingga mobil mewah, kepintaran para Fund Manager itu langsung hilang.
Nasabah Jiwasraya, Wanaartha, dan Kresna Life masih menangis sampai sekarang akibat inkompetensi fund manager. Nasabah percaya pada fund manager Jiwasraya, Wanaartha dan Kresna Life akan mengelola dana mereka dengan sebaik-baiknya tapi ternyata Fund Manager membelikan saham aneh - aneh untuk para nasabah yang endingnya adalah nasabah menderita.
Siapa yang salah dalam case ini? Nasabahnya yang gampang percaya dengan fixed return? Fund Manager yang tiba-tiba buta fundamental mendadak akibat kebanyakan makan LOL Bakery? Ataukah regulator yang kurang pengawasan?
2. Bisa jadi juga bandar melakukan Markup Untuk memuluskan aksi repo. Jadi supaya dapat fresh cash, bandar melakukan cornering sehingga saham bisa dimarkup setelah itu saham di repokan ke sekuritas. Bandar dapat kas yang banyak dikurangi biaya Cornering dan biaya Markup dan biaya Nominee.
Misalnya bandar saham MABA itu butuh dana 250 miliar. Mau ambil pinjaman bank, sudah mustahil karena sudah mencapai limit. Sehingga pendanaan yang masuk akal adalah pendanaan via Repo. Sebab zaman dulu kala syarat pendanaan via Repo jauh lebih longgar ketimbang pendanaan lewat bank. Syarat pendanaan via Bank itu banyak. Dan kadangkala bank hanya mau jaminan aset tetap seperti tanah dan bangunan. Jaminan saham itu sangat beresiko.
Oleh karena itu saham MABA di markup sama Bentjok hingga nilainya mencapai > 1 Triliun. Tapi Bentjok hanya ambil pinjaman 250 Milyar saja. Biasanya nilai jaminan repo harus lebih tinggi minimal 150% dari nilai pinjaman. Jadi kalau kamu mau ambil pinjaman 250 miliar maka minimal jaminan repo yang harus kamu serahkan nilainya minimal 375 miliar. Lebih tinggi jaminan akan lebih baik. Fast forward, sekarang MABA kena sita kejaksaan. Repo nya gagal bayar dan ternyata aksi goreng sahamnya itu bagian dari upaya tindak pidana pencucian uang.
3. Bandar tahu duluan informasi bahwa saham tersebut akan melakukan aksi korporasi besar di masa depan atau bandar tahu duluan bahwa perusahaan akan mencetak laba besar di masa depan sehingga mereka melakukan akumulasi duluan saham tersebut lalu melakukan Markup. Ketika real news keluar, investor ritel euforia, bandar melakukan distribusi.
Ini sudah sering kita lihat seperti pada case KAEF dan INAF itu sahamnya digoreng duluan sampai tembus harga 7000 jauh sebelum vaksin Covid-19 masuk Indonesia. Begitu real news Jokowi divaksin, investor ritel bahagia haka KAEF INAF 7000, bandar dengan senang hati melakukan dump.
Atau bisa lihat case $BRIS. Sebelum real event merger bank syariah Himbara terjadi, saham BRIS sudah naik duluan hingga tembus harga 3600. Tapi pas real event merger terjadi, investor ritel haka di harga >3000, bandar distribusi. Bandar sudah melakukan akumulasi dan markup jauh sebelum real merger terjadi.
Good news tidak selalu bisa menghasilkan good cuan. Pada banyak case, meskipun tidak selalu, good news itu adalah indikator distribusi.
Bandar pada poin 1 dan 2 itu, mereka goreng saham tidak mikir fundamental. Mereka goreng saham seenak udel mereka sendiri karena toh yang penting ada Fund manager reksadana, Dapen atau Asuransi yang mau beli saham mereka di pucuk, mereka bisa tetap cuan. Bisa lihat case SUGI yang mana saham digoreng lalu dijual ke Dapen Pertamina. Mau goreng saham tanpa fundamental pun bisa karena pada akhirnya ada dapen yang mau jadi tukang cuci piring di pucuk.
Sedangkan bandar pada poin 3 itu goreng saham masih mikir fundamental. Mereka sudah hitung potensi laba, dan potensi valuasi, lalu melakukan markup dan distribusi di pucuk ketika investor ritel euforia.
Misalnya kalau sudah dapat kabar suatu saham akan diakusisi atau akan merger maka bandar melakukan akumulasi duluan. Begitu sudah mendekati hari H, saham di markup dengan tujuan supaya harga Akusisi nanti tinggi. Karena ada banyak cara penentuan harga tender Offer jika Akusisi terjadi, salah satunya adalah ikuti aturan OJK, di mana harga tender offer pasca akusisi pakai harga rata-rata dalam 90 hari perdagangan bursa. Jadi harga sengaja di markup sehingga harga mandatory tender offer tinggi. Bisa lihat case MFIN, sebelum ada kabar rencana akuisisi oleh ADMF dan Mitsubishi, harga saham MFIN sudah dimarkup duluan padahal legalisasi nya belum terjadi.
Setelah Akusisi dan tender offer selesai maka itu artinya sudah perfect distribution. Bisa lihat contoh saham yang sudah diakusisi dan sudah tender offer itu harga sahamnya langsung ambruk.
$BDMN pasca tender offer, ambruk
BTPN pasca tender offer, ambruk
BNLI pasca tender offer, ambruk
SUPR pasca tender offer, ambruk
CENT pasca tender offer, ambruk
Dan lain-lain
Jadi kesimpulannya adalah ada 2 jenis bandar di IHSG
1. Bandar yang buta atau tidak lihat fundamental
2. Bandar yang paham fundamental
Bandar jenis pertama ini biasanya yang goreng saham untuk tujuan resmi seperti menaikkan harga saham agar gampang Repo atau bisa juga untuk tujuan kriminal seperti cuci uang contoh pada case Jiwasraya dan Asabri
Sedangkan bandar jenis kedua adalah bandar yang menggunakan fundamental untuk memanfaatkan arbitrage aksi korporasi emiten guna mencari cuan.
Jadi bandar saham itu tidak selamanya jahat. Itu semua tergantung perspektif saja. Ketika cuan, bandar dianggap baik. Ketika loss, bandar dianggap jahat. Posisi menentukan opini. Banyak area abu - abu di bursa.
Pada akhirnya sekuat apapun bandar goreng saham, jika fundamental perusahaan itu buruk maka nasib gorengan nya selalu bad ending seperti saham RIMO MYRX TRAM IIKP IKAI HOME POSA MABA INVS DAJK TMPI SUGI. Sudah banyak investor yang menjadi pahlawan bursa dan akhirnya pensiun dini dari bursa. Oleh karena itu pahami fundamental perusahaan agar tidak terkecoh dengan saham yang harganya naik tapi ternyata hanya jadi alat cuci uang seperti pada kasus Jiwasraya dan Asabri.
Untuk belajar saham bisa baca beberapa rekomendasi buku di sini https://bit.ly/3niMj3v
Untuk mempelajari apa itu saham repo bisa baca beberapa artikel nya di sini https://bit.ly/3pPY1nD
Untuk mempelajari konsep valuasi saham bisa baca artikelnya di sini https://bit.ly/3K3sK7I
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/3SJLT0W
https://bit.ly/3CJthZl
https://bit.ly/3LsxlQJ
1/9