imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Understanding The Basic: PLTU, Coal and Renewable Energy

====================================================

Net zero emission sudah dicanangkan dalam Paris Agreement, dimana pada tahun 2050-2060 diharapkan target net zero emission bisa tercapai. Artinya semua negara yang berkomitmen dalam Paris Agreement akan melakukan program dalam menghentikan industri yang menggunakan batu bara, atau mensubstitusi energi dengan renewable energy.

Negara-negara di benua Eropa dan Amerika memang sudah berkomitmen mencapai net zero pada 2050, tetapi hampir semua negara Asia seperti Indonesia bahkan China memundurkan target mereka sampai pada tahun 2060.

Negara Asia sendiri memiliki kebutuhan energi yang terus bertumbuh dan dimana konsumsi Listrik per kapita Indonesia saat ini baru 1,17 MWh per kapita, masih jauh dibawah negara di Eropa yang mencapai diatas 6,0 MWh per kapita atau USA 12,3 MWh per kapita. Bahkan di ASEAN sendiri , Indonesia masih dibawah rata-rata konsumsi (average ASEAN adalah 3,5 MWh).
Seiring pertumbuhan ekonomi dan industri, maka forecast konsumsi listrik Indonesia tahun 2060 akan menjadi sekitar 6 MWh per kapita.

Dengan gambaran di atas, maka Negara harus mengimbangi dengan produksi listrik yang stabil, dimana saat ini kenyataanya, PLTU merupakan Pembangkit listrik dengan biaya sangat murah dengan rata-rata cost $ 3 sen per KWh untuk PLTU yang sudah ada, maka masih lebih murah dibandingkan dengan biaya produksi PLTS yang sempat mencapai $ 10 sen/KWh (walau saat ini sudah turun menjadi sekitar $ 5 sen/KWh). Tentu saja dengan kemajuan teknologi, dukungan finansial global dan rekayasa engineering lainya di masa depan, kendala-kendala tersebut akan mulai berkurang. Tetapi sampai saat ini masih sulit menemukan pembangkit listrik seperti PLTU sebagai supply listrik di Base Load yang handal.

Untuk kita ketahui sistem kelistrikan mempunyai beberapa hal yang harus diperhatikan:

1. Listrik harus diproduksi dalam jumlah sama dengan kebutuhan pada suatu waktu
Apabila di siang hari dibutuhkan listrik paling tidak 50 MW, maka 50 MW harus diproduksi pada siang hari. Malam hari 100 MW maka pada malam hari harus diproduksi sejumlah paling tidak 100 MW
2. Apabila supply sedikit lebih kecil daripada demand maka kualitas listrik akan terganggu
Apabila supply jauh lebih kecil daripada demand maka sistem akan runtuh (black out).
3. Load profile sistem kelistrikan terdiri dari base load dimana beban dasar ini flat terus menerus selama 24 jam, Intermediate load yaitu beban sesaat yang fluktuatif selama 24 jam dan peak load yaitu beban puncak dimana hanya akan tinggi selama beberapa jam.
4. Setiap jenis load perlu di supply oleh Pembangki Listrik yang spesifik. PLTU (coal), PLTN, PLTP (Geothermal) dan PLTA konvensional dapat supply base load. PLTG diposisikan sebagai intermediate load, dan terakhir PLTD (oil) dan PLTA peaker diposisikan sebagai Peak Load.
5. Pembangkit listrik Base Load hanya bisa handle Base Load tidak bisa di Intermediate dan Peak Load. Sementara Intermediate dan Peak Load bisa handle Base Load.
6. PLTU, PLTA Konvensional, PLTN dan PLTP diposisikan sebagai base load karena secara ekonomis lebih murah. Selain itu PLTU, PLTN dan PLTP secara teknis sulit memproduksi listrik secara fluktuatif, harus stabil dan continue.
7. PLTG diposisikan Intermediate Load karena lebih fleksibel (bisa di-push produksi tinggi dalam waktu yang cepat), PLTD dan PLTA Peaker diposisikan sebagai Peak Load.
8. Sistem kelistrikan butuh Pembangkit untuk handle Base Load.
9. PLTP dan PLTA adalah Renewable energy yang bisa handle Base Load tetapi "Tidak semua tempat memiliki potensi Geothermal dan Hydro (Volume air dan beda ketinggian) yang memadai. Beberapa negara seperti Norwegia dapat memasok 80% listrik dari PLTA karena secara geografis memiliki potensi volume air dan ketinggian yang memadai.
10. PLTA dan PLTP juga mempunyai resiko besar dan masa konstruksi yang lama, seringkali PLTA membutuhkan tunnel membelah gunung, menenggelamkan area dan terkadang ada resiko "sumur kering". PLTA butuh 4-5 tahun masa pembangunan, PLT bahkan sampai 7 Tahun dan seringkali ada di hutan sehingga kesulitan dalam membangun pipa uapnya (perlu memotong banyak pohon).
11. Solusinya adalah PLTN untuk menggantikan pembangkit listrik sebagai supply base load
12. Faktanya masyarakat banyak menolak pembangunan PLTA, PLTP dan PLTN, bahkan PLTN saat ini menjadi momok bagi masyarakat karena ketidaktahuan dalam pengelolaan energi nuklir di pembangkit.
13. PLTS dan PLTB tidak masuk dalam 3 klasifikasi load yang kita bahas, keduanya tergolong INTERMITTENT karena hanya ada ketika matahari dan angin tersedia (dimana tidak tiap saat).
14 PLTS dan PLTB tidak bisa menggantikan Base Load melainkan Intermediate dan Peak Load.
15. PLTD (oil) dan PLTG bisa dimatikan dengan substitusi PLTS dan PLTB tetapi saat ini tetap butuh PLTU.
16. Negara yangmaju dalam Renewable Energy seperti Jerman bia mengembangkan PLTS dan PLTB yang besar, karena terkoneksi dengan European Super Grid. PLTS dan PLTB Jerman bekerja sama dengan PLTN Perancis dan PLTA Norwegia.
17. Teknologi yang dibutuhkan agar bisa membuat PLTS dan PLTB bisa meggantikan PLTU di Base Load adalah STORAGE SYSTEM yatu Battery. Tetapi saat ini masih belum cukup ekonomis.
18. Jadi PLTS dan PLTB masih harus menunggu teknologi STORAGE ter-unlock.
19 Apabila kita lihat tren nya ke masa kini cukup meningkat, seperti TESLA ekspansi ke Asia dan mungkin nanti ke Indonesia. Apabila ini terealisasi, maka akan menjadi hal yang sangat bagus buat Renewable Energy.
20. PLTU sangat dibutuhkan saat ini paling tidak 10 tahun mendatang, hal ini akan berbeda apabila harga dan kualitas baterai akan bersaing dan mempengaruhi kelistrikan dunia.
21. Anyway bahan baku baterai adalah juga barang tambang seperti Nikel, Lithium. Jadi akan juga mendapatkan tantangan penolakan dari aktivis lingkungan.

Dari fundamental tersebut, maka kita bisa mendapat gambaran besar apa yang terjadi pada bisnis PLTU, PLTA, PLTS, PLTG, serta komoditas coal, nikel dan pendukung lainya.
Jadi kemungkinan masih jauh untuk mengatakan kiamat batu bara, dan kemungkinan kesempatan emas juga 10 tahun mendatang untuk booming komoditas nikel.

Apapun keputusan anda, anda bisa tanyakan ke diri sendiri seberapa besar keyakinan kita untuk berinvestasi pada suatu bisnis tersebut.

Then, invest what you know and know what you invest.

$ITMG $POWR $KEEN $ANTM

Read more...

1/5

testestestestes
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy