$EKAD dan Bisnis Lakban Indonesia : Dampak COVID, Invasi Rusia, hingga Uniknya PSP Ekadharma
-----------------------------------------------------------------------------
Halo, selamat siang. Saya harap pembaca menjalani hari yang baik saat membaca tulisan ini
Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak pembaca untuk berdiskusi mengenai emiten dengan bisnis sederhana bernama PT Ekadharma International Tbk. Walau senada dengan tulisan lain saya yang bertujuan untuk mendiskusikan cara mengerti sebuah model bisnis, emiten yang dipilih kali jauh lebih mudah diulas sehingga membutuhkan energi mental yang lebih sedikit dibanding tulisan saya yang lain. Fyuuh...
Tulisan ini dapat pula dibaca di https://cutt.ly/zwsYRGmG untuk experience interpretasi gambar dan grafis yang lebih baik.
Kali pertama saya terekspos dengan emiten berkode EKAD ini tidak jauh berselang setelah saya kenal nama Warren Buffett di tahun 2019 lalu. Media beberapa kali menyebutkan bahwa Pak Buffett menyukai bisnis yang sederhana karena masa depannya mudah ditebak (atau di-forecast). Alasan suka yang sama juga ada pada saya ketika menemui EKAD saat itu. Bisnisnya simpel. Mmm... sebenarnya bukan cuma simpel tapi membosankan. Nihil adrenalin. Makanya menarik.
Tulisan ini setidaknya akan memuat:
1. Apa bisnis yang dijalankan PT Ekadharma International Tbk? Mereka jualan apa?
2. Analisis keuangan berdasarkan Laporan Tahunan 2022
3. Temuan unik mengenai EKAD
4. Opini saya
Sebelum melanjutkan, saya menghimbau pembaca untuk tetap kritis terutama saat membaca poin 2 atau analisis keuangan karena besar kemungkinan tendensi "suka-tidak suka" saya akan mempengaruhi cara penyajian data. Data keuangan itu objektif, penulis juga (sebisanya) demikian, namun manusia secara default itu subjektif.
But anyway, mari kita mulai.
-----------------------------------------------------------------------------
1. Apa bisnis yang dijalankan PT Ekadharma International Tbk? Mereka jualan apa?
EKAD merupakan produsen perekat. Sudah.
Tepatnya, EKAD merupakan pemain lama di industri pita perekat yang memproduksi beragam jenis lakban untuk kebutuhan industri dan retail. Jika pembaca sering membeli supplies, agaknya aman jika saya asumsikan setidaknya pernah dengar nama brand Daimaru. Daimaru merupakan brand unggulan Ekadharma, dan di bawah brand ini sendiri terdapat setidaknya 19 jenis perekat, meliputi selotip biasa (ini namanya selotip OPP) hingga glue stick yang sering dipakai anak sekolahan. [Gambar 1]
Lengkapnya, produk Ekadharma meliputi Cloth Tape, Double Sided Tape, Kraft Paper Tape, Masking Tape, OPP Tape, PVC Insulation Tape, Stationery Tape, PVC Marking Tape, Fiberglass Tape, Stretch Film, Water Glue dan Glue Stick. Produk-produk ini dipasarkan melalui empat brand yang mereka miliki yakni Daimaru (sudah disebut tadi), Superfix, Ekatape, dan Bestpack.
Pokoknya ini jualan perekat.
Kita dapat merangkum kategori produk Ekadharma sebagai berikut.
- Produk OPP, dan
- Produk non-OPP
Nah, apa sih OPP? OPP itu sebutan untuk plastik bening yang sering kita lihat sebagai media utama lakban.Ciri-ciri utamanya itu ringan dan ga berbau. Semoga dengan brief ini jadi sudah tahu sebenernya makhluk apa OPP itu.
Produk OPP Ekadharma perlu melalui tiga tahap untuk merubah lembaran plastik menjadi lakban dan siap dirilis ke pasar. Tiga tahap itu meliputi:
a) Printing (logo dan gambar di-print/dicetak di atas roll lembar plastik)
b) Coating (proses melapisi roll lembar plastik dengan resin)
c) Sliting (proses memotong roll lembar plastik super gede jadi ukuran kecil seperti yang kita temui)
Jadi, ketika masih berupa lembar plastik tanpa perekat apapun, kita belum bisa menyebut makhluk ini sebagai lakban. Ada nama panggilannya, yakni film.
Menariknya adalah, proses utama produksi ada pada poin b) dan c). Poin a) justru opsional ketika Ekadharma menerima request dari pelanggan yang ingin mencetak logo pada pita perekat atau lakbannya.
Adapun untuk non-OPP, sederhananya produk ini juga pita perekat tapi tidak menggunakan plastik OPP sebagai film. Begitu saja. Kita dapat masukkan Glue Stick, Aluminium Foil Tape, dkk dalam kategori ini juga.
Supaya lebih jelas lagi, Flow bisnis Ekadharma itu seperti ini.
beli bijih plastik -> diolah menjadi film -> film + resin = lakban -> lakban dijual -> revenue
Sudah? Maka selamat, pembaca telah menyelesaikan kuliah kilat business model perusahaan pita perekat.
-----------------------------------------------------------------------------
2. Analisis keuangan berdasarkan Laporan Tahunan 2022
a) Balance Sheet
Secara total, aset tumbuh 4,8% di akhir tahun 2022. Sebenarnya tidak banyak yang bisa diulas dari kesehatan keuangan Ekadharma di laporan tahunan terakhir. Seluruh akun bergerak cukup wajar keculai dua akun.yakni Cash dan Aset Tetap. Tapi saya bilang begini sebenarnya cukup bias juga. Mari saya tampilkan saja rasio-rasio financial health agar pembaca dapat mengerti sedikit banyak tentang EKAD.
Per laporan tahunan 2022, balance sheet EKAD mencatatkan
Current Ratio 11.76
Quick Ratio 8.9
Debt to Asset Ratio 0.01
Benar, pembaca tidak salah lihat. Debt-to-Asset hanya 0.01x. Jika ditanya apakah ini sehat? Ya, sangat sehat. Interest Coverage pun mencapai 37.65x yang artinya pendapatan operasional setara 37 kali pembayaran bunga. Hampir tidak memiliki risiko default.
Ekuitas juga menunjukkan kabar yang baik dengan tumbuh 8% yang merupakan kombinasi dari laba perusahaan di tahun 2022 + surplus dari revaluasi aset dikurangi oleh dividen tunai.
b) Income Statement
Ya walaupun neraca sangat sehat dan bikin senyam-senyum, urusan laba rugi sepertinya bikin mood investor sangat down. Ekadharma membukukan pendapatan RP614.47 milyar di tahun 2022 atau lebih rendah 2,45% dibanding tahun 2021. Angka pendapatan ini juga meleset 11% lebih rendah dari target penjualan tahun 2022 yang ditetapkan sebesar Rp695 milyar. Perusahaan menyebutkan bahwa penurunan pendapatan terjadi karena penurunan volume penjualan dan berargumen ini terjadi karena melemahnya daya beli masyarakat.
Tapi mari kita lanjut dulu.
Lanjut scroll pada laporan keuangan dan kita akan temui laba bersih sebesar Rp76.72 milyar yang meleset -26% dari target laba bersih tahun 2022 yang ditetapkan sebesar Rp104 milyar.
Saya ulangi dan lengkapi.
Penjualan -2,54% yoy
Laba bruto -15.12% yoy
Laba bersih -26.52% yoy
Saya tebak pembaca menghela nafas setidaknya sekali ketika melihat data di atas.
Namun meskipun terlihat mengenaskan sekali jika dilihat dari upperline dan bottomline -- dan saya akui ini sangat parah, ternyata dari sisi operasional, beban usaha EKAD hanya naik 0,5% secara yoy dari Rp101.8 milyar di tahun 2021 menjadi Rp101.59 milyar.
Manajemen berargumen, merosotnya profitabilitas ini lebih disebabkan oleh menipisnya marjin laba kotor dari yang sebelumnya mencapai 35.66% di tahun 2021 menjadi hanya 31.03% di tahun 2022.
Mengapa bisa terjadi? Jawabannya adalah karena bahan baku Ekadharma alias komoditas plastik dan minyak mengalami peningkatan harga yang cukup signifikan sepanjang tahun 2022 yang pada imbasnya membuat Ekadharma dan pemain lain dari industri pita perekat harus merogoh kantong lebih dalam dalam penyediaan bahan produksi.
Mari kita lanjut ke arus kas.
c) Cash Flow Statement
Arus kas dari aktivitas operasi berakhir positif Rp96 milyar di tahun 2022, meningkat +109% dibanding tahun sebelumnya. Unik sekali, sangat berbanding terbalik dengan apa yang terjadi pada laporan laba-rugi, setidaknya pembaca yang awam bisa semakin mengerti bahwa hasil kedua laporan ini bisa saja bertolak belakang.
Lanjut
Arus kas dari aktivitas investasi berakhir negatif Rp5.5 milyar. Nothing special.
Arus kas dari aktivitas pendanaan negatif Rp60.7 milyar. Ketika pembaca lihat, porsinya 55-45 antara pembayaran dividen dan pembayaran utang bank.
And voila, semua pergerakan kas tadi akhirnya menuntun pada peningkatan kas neto sebesar Rp30 milyar di akhir tahun 2022.
Kurang menantang memang arus kas Ekadharma ini. Jadi mari kita lanjut.
-----------------------------------------------------------------------------
3. Temuan unik mengenai EKAD
Di tahun 2016, EKAD memulai langkah baru dengan bekerjasama dengan beragam retailer seperti Indomaret, Alfamart, dan Ace Hardware. Pada awalnya saya masih bingung kerja sama apa yang dimaksud, dan secara tidak sengaja saya temukan hal menarik. Ternyata sebagaian besar selotip berlabel "Indomaret" di daerah saya merupakan produksi Ekadharma, hanya saja brand yang dipakai itu "Indomaret". Berikut contoh produk yang saya potret sendiri. [Gambar 2]
Jadi jika terdapat satu lakban Indomaret dan satu lagi lakban Daimaru pada rak yang sama, mereka bukan saingan tapi saudara kandung. Sama-sama diproduksi EKAD. Unik, EKAD seakan-akan memanfaatkan brand name dari Indomaret.
Saya belum tahu bagaimana di Ace Hardware, jadi jika pembaca menemukan hal yang sama tolong kabari saya dan pembaca yang lain ya.
Baik, masuk ke sesi opini.
-----------------------------------------------------------------------------
4. Opini saya
Mari mulai dengan kabar yang buruk dahulu. Pertama, saya tidak suka dengan konsistensi penurunan revenue yang terjadi pada EKAD. Volume penjualan EKAD sudah konsisten turun selama 3 tahun sejak 2020. Tidak menampik fakta bahwa hal ini disebabkan banyak oleh pandemi dan invasi Rusia, namun faktor lain juga bermain banyak. Faktor yang saya maksud adalah pricing power. [Gambar 3]
Meskipun menghadapi kenaikan biaya bahan baku, EKAD tidak bisa semerta-merta meningkatkan harga jualnya karena produk yang mereka miliki bersifat indifferent alias ga ada bedanya sama kompetitor. "Kalau satu lakban A lebih mahal daripada lakban B, untuk apa beli lakban A? kan sama-sama lakban" merupakan persepsi konsumen di industri ini.
Tantangan ini saya yakini tidak hanya dihadapi oleh Ekadharma, tetapi juga pemain lain seperti Joyko dan Nachitape yang menjadi kompetitor. Marjin kotor EKAD yang terus tergerus sejak 2022 menjadi bukti langsung yang pembaca dapat lihat.
Sebenarnya wajar saja EKAD dkk kewalahan, karena harga minyak bumi yang menjadi bahan pembuatan OPP meningkat drastis beberapa waktu terakhir. Hal ini bisa kita lihat pada indeks Brent Crude Oil yang terus meningkat sejak tahun 2020 lalu. [Gambar 4]
Tapi bicara soal ini, bagaimana cara marjin kotor EKAD pulih? Jawabannya ialah ketika harga komoditas minyak dan plastik stabil lagi. Dan saya belum tahu itu kapan (saya belum pernah update soal ini, jadi tolong komentar jika pembaca tahu sesuatu ya).
Baik mari bicara kabar baik. Setidaknya ada tiga kabar baik.
1) Bisnis lakban itu sustain
2) Brand Daimaru milik EKAD itu kuat
3) Pemegang saham pengendali EKAD konsisten beli saham EKAD
Poin pertama itu mudah sekali asumsinya, bisnis pita perekat memiliki karakteristik yang unik yakni (sesuai namanya) ia merekat pada aktivitas industrial dan pengiriman. Pita perekat itu produk unik, sulit dicari substitusinya. Ini memang tidak mengindikasikan EKAD sebagai perusahaan yang profitable, tapi setidaknya mengindikasikan bahwa industri ini tetap dibutuhkan. Entah siapa nanti pemenangnya.
Bisnis lakban dipengaruhi secara drastis oleh keadaan industrial. Apabila manufaktur dipacu kencang, maka permintaan atas lakban secara langsung juga ikut terkerek oleh ini.. Apa jadinya produksi manufaktur pada packaging? Inilah mengapa pembaca perlu turut memperhatikan industri lakban secara seksama.
Poin kedua itu didapat dari konsitensi EKAD mendapatkan penghargaan Top Brand melalui Daimaru untuk kategori Lakban. Setidaknya hal ini mengindikasikan bahwa Daimaru sudah menjadi Top of Mind konsumen dan memastikan adanya pembelian kembali di masa depan. [Gambar 5 dan 6]
Poin ketiga yang paling unik. Pemegang Saham Pengendali EKAD PT Ekadharma Inti Perkasa secara konsisten selalu membeli saham EKAD. Bahkan bisa lebih dari sekali dalam sebulan. Hal ini sejak tahun 2020 lalu. Saya sering temui Stockbitor yang memperhatikan EKAD sadar akan hal ini, tapi mayoritas pelaku pasar tidak. Padahal ini menarik.
Rangkuman data riwayat pembelian saham oleh PSP di atas dapat kita akses dengan mudah melalui fitur "Insider" milik @Stockbit [Gambar7].
Tapi ini loh yang lucu. Pembaca pernah penasaran ga, siapa yang pegang saham PT Ekadharma Inti Perkasa? Jawabannya ada di laporan tahunan, nama beliau adalah pak Judi Widjaja Leonardi, pemilik 92% saham PT Ekadharma Inti Perkasa selaku induk EKAD. [Gambar 8]
Tapi siapa orang ini? Jawabannya juga ada di laporan tahunan.
Beliau adalah Presiden Direktur dari EKAD sendiri. Iya benar, jadi yang beli saham EKAD selama ini ya presdirnya. Mari kita hitung berapa banyak Pak Judi ini mengendalikan EKAD. Lihat fotonya pada [Gambar 9]
92% (kepemilikan Pak Judi atas Ekadharma Inti Perkasa) dikali dengan 81.6% (kepemilikan Ekadharma Inti Perkasa atas Ekadharma International, 30 Juli 2023)
= 75,07%
Saya pribadi jarang menemukan ada presdir yang memegang 75% saham perusahaan yang ia pimpin sendiri. Ini keren loh, berarti Pak Judi sebagai presdir terekspos risiko besar sekali. Dan ini menjadi poin plus untuk EKAD. Perusahaan dipegang langsung oleh pemilik. Besar pula porsinya.
Ya kembali lagi ini opini, tidak baik jika jadi landasan. Mari kritik tulisan ini agar diskusi kita hidup.
That's all.
I hope you have a nice day.
Not really a random tag $INKP $SMGR
1/9