SAHAM LO KHENG HONG, GJTL MULTIBAGGER?
Saham GJTL naik 30% di bulan Mei 2023 kemarin, setelah itu pada bulan Juni diperdagangkan di level harga Rp 800an per lembar saham atau sideways. Setelah menyentuh level Rp 800an per lembar saham.
Per tanggal 31 Desember 2022 Lo Kheng Hong memiliki saham GJTL sebanyak 180 juta lembar atau sebesar 5,17% persentase kepemilikan sahamnya. Sejak tahun 2018 hingga 2020 Lo Kheng Hong selalu akumulasi saham GJTL ini di kisaran harga Rp 400-600 per lembar saham, harga tersebut tergolong masih murah pada saat itu. Lalu bagaimana pergerakan harga saham GJTL apabila dilihat dari historis jangka panjangnya?
Apabila dilihat pergerakan harganya, pada tahun 2013 lalu harga saham GJTL menyentuh harga tertingginya di level harga Rp 3.600 per lembar saham. Kemudian harga sahamnya mengalami penurunan hingga pada tahun 2023 harga saham GJLT menyentuh level harga Rp 800 per lebar saham. Dimana harga Rp 800 per lembar saham ini harga GJTL yang sideways yang cukup lama sejak tahun 2018 hingga 2023 ini. Bagaimana bisnis dari GJTL?
Diatas kami memberikan data mengenai beberapa produk dari bisnis GJTL, yaitu ban untuk sepeda motor, ban mobil penumpang, ban untuk truk dan bus dan sebagainya. Penjualan produk GJTL di dominasi oleh pasar domistik. Pada kuartal pertama tahun 2023 penjualan di pasar domestic GJTL mencapai 72% kemudian penjualan ekspor sebesar 28%. Sasaran penjualan produk GJTL yaitu berfokus pada pasar ban pengganti atau replacement.
Pada rincian biaya produksinya terdapat 3 rincian, yaitu rincian biaya produksi, biaya bahan baku dan biaya energi. pada kuartal pertama tahun 2023 biaya produksi GJTL didominasi pada biaya bahan baku sebesar 68% apabila diberikan rinciannya, biaya bahan baku terbesar yaitu biaya untuk karet. Pada tahun 2023 ini harga karet sudah lebih murah dibanding tahun 2022 lalu, sehingga ini akan menguntungkan bagi GJTL. kemudian pada biaya energi di dominasi oleh biaya gas alam, dimana pada tahun 2023 ini harga gas alam juga mengalami penurunan, sehingga ini menjadi sentiment positif bagi GJTL.
Pada kuartal pertama tahun 2023, kinerja GJTL sangat bagus. Dimana pada penjualan bersih naik 5% dari periode sebelumnya, kemudian pada laba kotor naik sebesar 37% dan juga ada kenaikan yang signifikan pada laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yaitu sebesar 272%. Penyumbang tersbesar dari kenaikan laba bersih tersebut yaitu adanya keuntungan kurs dimana GJTL untung sebesar 932%, dari periode sebelumnya mengalami kerugian sebesar 12,9 Miliar menjadi untung sebesar 107 Miliar. Apakah keuntungan kurs ini baik atau buruk?
Kita bisa melihat dari pos liabilitasnya, liabilitas GJTL banyak menggunakan mata uang asing terutama hutang-hutangnya terutama mata uang USD. Dan pada tahun 2022 lalu kurs dolar terhadap rupiah turun cukup signifikan, dimana tahun 2022 lalu USD pernah menyentuh level Rp 16.000 kemudian pada tahun 2023 ini kurs dolar turun menjadi Rp 15.000. Kemudian apakah keuntungan atau kerugian kurs tersebut bisa dipertimbangkan untuk laba bersih atau tidak? kami menganggap selisih kurs dan keuntungan kurs tersebut perlu dipertimbangkan masuk dalam laba bersih. kenapa? karena kita lihat liabilitas perusahaan banyak menggunakan mata uang dolar, dimana perusahaan banyak punya hutang dalam bentuk mata uang dolar, ketika kurs dolar naik maka bebannya juga mengalami kenaikan. karena perusahaan menjual produk-produknya di lokal dan menerima rupiah namun utangnya menggunakan dollar sehingga bebannya naik. kemudian karena laporan keuangannya menggunakan bentuk rupiah, maka utangnya juga mengalami kenaikan. Begitu juga sebaliknya, ketika kurs dolar turun maka bebannya berkurang dan terjadi selisih keuntungan kurs karena laporan keuangannya dalam bentuk rupiah. Sehingga perlu dipertimbangkan untuk menjadi laba bersih.
Salah satu contoh kurs mempengaruhi laba bersih perusahaan. Pada pos pendapatan dari GJTL bisa dikatakan stabil di angka 12 triliun hingga 19 triliun. Namun berbeda dengan laba bersihnya, laba bersihnya bergerak volatile, dimana tahun 2013-2014 mengalami keuntungan namun pada tahun 2015 GJTL rugi padahal pendapatannya stabil. Kemudian pada tahun 2016 pendapatan naik tipis namun labanya naik cukup signifikan, tahun 2017 pendapatan naik namun laba bersih turun, bahkan tahun 2018 pendapatan naik namun perusahaan mengalami kerugian. Di tahun 2023 ini proyeksi laba bersih GJTL memiliki target bisa membukukan laba 700 Miliar. Maka bisa disimpulkan laba bersih yang volatile ini dikarenakan adanya selisih kurs mata uang asing.
Pada ROE perusahaan selalu mengikuti laba bersihnya, dimana laba bersih turun maka ROE juga mengalami penurunan, dan apabila perusahaan rugi maka ROE juga akan minus. Bisa kita lihat ROE perusahaan jarang menyentuh 10%. Jadi pada proyeksi laba tahun 2023 sebesar 700 Miliar, maka proyeksi ROE sebesar 9,8%. Disisi PBV, Historis PBV GJTL jarang menyentuh level 1x, dimana artinya jangan terlalu berharap untuk PBV bisa menyentuh 1x.
Jadi bisa disimpulkan bahwa pada harga Rp 815 per lembar saham saat ini masih menunjukan PBV sebesar 0,4x dengan PER sebesar 3x dan berpotensi ROE naik menjadi 9%-10% dengan catatan kurs dollarnya lebih rendah dari tahun 2022 lalu. Menurut kami valuasi 0,4x ini tergolong masih murah dimana apabila dihitung pada harga saham Rp 1.200 per lembar saham, valuasi pbv hanya 0,6x ini tergolong masih wajar. Dan apabila di harga Rp 1.600 per lembar saham, maka valuasi PBV nya sebesar 0,8x.
$IHSG $GJTL
1/9