Kalau Foreign/Asing Beli, Harganya Pasti Naik Terus?
Banyak yang beranggapan kalau asing akumulasi saham tertentu, harga sahamnya pasti naik. Pemikirannya sederhana, asing kan duitnya banyak, kalau beli banyak di saham A, masa iya ga punya duit lagi buat naikin? Masa iya beli buat cuci piring?
Awalnya saya termasuk golongan yang cukup percaya dengan pemikiran seperti itu, tapi setelah cukup banyak mencoba untuk menggunakan indikator foreign flow sebagai tambahan dalam melakukan analisis, ada beberapa hal menarik yang sy temukan
1. Asing akumulasi ≠ harga sahamnya auto naik/akan terus naik di masa mendatang. Contohnya $ARTO periode oktober 2021-Januari 2022. Kalau masukin indikator net foreign buy/sell di chartbit @Stockbit , tmn2 pasti nemuin tiap hari saham ini diakumulasi dengan jumlah yang sangat besar waktu di range harga 14-19 ribuan. Sy ingat betul waktu itu saham-saham bank digital lagi ada di masa jaya, spertinya hampir semua harga saham bank digital diapresiasi dengan baik oleh market. Nah waktu periode dengan akumulasi besar hampir tiap hari tsb, ada banyak yang beranggapan bahwa ARTO ini akan mencipatkan ATH baru lagi di atas 20 ribu bahkan lebih karena secara chart pun juga sangat bagus saat itu. Yang terjadi adalah ARTO sempat menyentuh ATH di 19.500 kemudian mulai mengalami koreksi. Yang menarik adalah waktu udah terkoreksi sekitar 30% dari ATH-nya, indikator net foreign buy/sell nya masih menampilkan bahwa ada net buy asing yang banyak selama penurunan ini terjadi. Saat itu, sebagian besar penganut aliran foreign flow pasti berpikir bahwa ini adalah sebuah kesempatan karena harga koreksi, tapi asing terus nampung. Pemikirannya sederhana, sebelumnya asing beli terus nih akumulasi gede-gedean, sekarang harganya koreksi masih net buy terus tiap hari, masa iya rally-nya selesai sekarang? Pasti ga lama lagi naik.
Yap setelah koreksi 30% dari ATH, harganya memang sempat naik lagi sekitar 20% masih dibarengin dengan net buy yang besar. Sekali lagi pengikut foreign flow pasti makin optimis sahamnya otw ATH baru melihat kondisi seperti ini. Tapi faktanya, kenaikan 20% tersebut adalah "bensin" untuk penurunan selanjutnya yang lebih dalam. Bisa dilihat dari chart, sejak kenaikan 20% DCB tsb, ARTO sekarang udah terkoreksi sampai harga 3080 per tulisan ini dibuat. Menariknya, selama penurunan indikator net foreign buy/sell nya malah ga menunjukkan net sell yang masif.
2. Ga semua saham yang ada net buy dari asing pasti sahamnya ikutan naik. Saya juga pernah berpikir demikian karena pemikiran polos yang menganggap asing itu super kaya, super pintar sehingga semua yang mereka beli pasti tujuannya untuk jual lebih mahal lagi. Sampai di satu titik, setelah banyak dikarungin, sy yakin kalau ini pemikiran yang salah. Slaah satu contoh yang masih saya ingat adalah $BUKA . Coba deh buka chart, trus liat indikator net foreign buy/sell nya dari awal IPO sampai sekarang. Apakah setiap akumulasi asing selalu berakhir dengan harga saham yang ikutan naik?
Belakangan setelah mendengar sharing dari berbagai orang, sy baru sadar kalau porsi kepemilikan jadi hal penting kalau mau "ngekor" sama asing. Simpelnya kalau kita mau ngekorin asing, tentu harus cari yang porsi kepemilikan asingnya lebih besar dari lokal. Kebetulan di stockbit bisa dilihat di bagian "profile" di setiap emiten. Singkat cerita saya coba cek beberapa saham bank kesayangan kita semua seperti $BBCA $BBRI BBNI dan BMRI, porsi kepemilikan asing di saham2 ini sangat besar. Kalau pake ilmu cocoklogi, waktu harganya naik biasanya selalu diikuti dengan net buy, sedangkan waktu turun diikuti oleh net sell. Ga selalu begitu setiap saat, tapi mostly yang saya perhatikan begitu sejauh ini. Coba cek lagi sendiri ya. Buat saham-saham yang kepemilikan lokalnya jauh lebih banyak, dari banyaknya kisah cutloss yang pernah sy alami dulu, biasanya sih ga ngaruh2 amat ya kalo tiba2 ada net buy di saham2 tsb. Apalagi kalau akumulasinya itu baru muncul 1/2 hari.
Jadi untuk menjawab pertanyaan di judul, menurut saya sih tidak ya. Menurut kalian gimana?
1/2