imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$NISP VS $BNGA: THE RACE OF TWO BLACK HORSES

Indonesia sebagai negara emerging market economy memiliki keunggulan yaitu pertumbuhan GDP yang masih sangat menjanjikan. Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Indonesia dilihat dari GDP-nya mencapai 5% per tahun. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi, perbankan di Indonesia menjadi sektor yang cukup dilirik bagi investor karena artinya masih banyak pendanaan dibutuhkan untuk mendirikan dan mengembangkan usaha. Salah satu sumber pendanaan yaitu dengan kredit dari bank. Nah itulah makanya banyak yang bilang perbankan itu cerminan ekonomi suatu negara. Jika kita berbicara mengenai perbankan, mayoritas investor banyak yang lebih memilih 4 big banks seperti $BBCA, $BMRI, $BBNI, BBRI. Wajar saja. Karena keempat bank tersebut terbukti memiliki kinerja yang bagus dan konsisten bertumbuh dalam jangka panjang. Namun valuasi 4 bank tersebut menurut saya sudah tidak murah lagi, ada yang saat ini dinilai pada harga wajarnya, dan ada yang sudah overvalue. Jika kita bicara timing yang tepat untuk entry di big banks, maka sebaiknya kita harus tunggu market crash dulu agar mendapatkan harga diskon.

Saya tidak akan membahas 4 bank tersebut karena secara valuasi sudah tidak murah. Namun ada 2 bank yang akhir-akhir ini mulai menjadi perbincangan dan dianggap murah, terutama setelah investor legendaris, Pak LKH, diketahui memiliki saham tersebut. Yaitu NISP dan BNGA. Lalu kalau disuruh pilih, manakah yang lebih baik dan mana yang lebih murah? Saya akan menggunakan data historis 10 tahun (2013 - 2022) dan beberapa key ratio yang saya rasa penting dalam perbankan untuk membandingkan kedua saham tersebut. Kenapa data yang saya gunakan data 2013 - 2022? Karena pada tahun 2013, NISP sempat melakukan rights issue. Sehingga bila kita bandingkan lebih jauh hingga tahun-tahun sebelum 2013, akan kurang comparable.

Sebelum kalian baca lebih lanjut, silakan kalian like dulu agar artikel ini dapat dilihat lebih banyak orang lagi. Jangan lupa juga untuk follow saya agar tidak ketinggalan analisis-analisis berikutnya 馃槉

Dana Pihak Ketiga (DPK) & Current Account Saving Account (CASA)
Secara historis dalam 10 tahun terakhir, DPK NISP selalu bertumbuh dengan CAGR 11%. Sedangkan hanya berhasil menumbuhkan DPK dengan CAGR 3.7%. DPK NISP bertumbuh konsisten dari Rp 68,9 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 176,1 triliun pada 2022. Sedangkan BNGA juga berhasil menumbuhkan DPK dari Rp 163,7 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 227,2 triliun pada 2022. CAGR DPK NISP (11%) jauh lebih tinggi dibandingkan CAGR DPK BNGA (3.7%).

Sedangkan jika dilihat dari sisi CASA, NISP berhasil meningkatkan rasio CASA dari 38.9% menjadi 54.6%. Sama halnya dengan BNGA berhasil meningkatkan CASA dari 44% menjadi 63.6%. Dalam hal CASA, BNGA jauh lebih unggul dibanding NISP. Artinya dari sisi biaya, lebih murah cost of fund BNGA daripada NISP.

Kredit Yang Disalurkan (Loans) & Loan To Deposit Ratio (LDR)
NISP berhasil menumbuhkan loan dari Rp 64 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 137,6 triliun pada tahun 2022. BNGA pun berhasil menumbuhkan loan dari Rp 157 triliun pada tahun 2013 menjadi 196,6 triliun pada tahun 2022. CAGR NISP 8.9% sedangkan CAGR BNGA hanya 2.5%. Namun dari sisi LDR, NISP hanya berhasil menyalurkan 77.2% dari total DPK. Sedangkan BNGA berhasil menyalurkan 85.6% dari total DPK. Menurut saya, hal ini justru bagus bagi NISP, karena NISP masih punya room lebih banyak dibanding BNGA untuk menyalurkan kreditnya. Jika kita lihat secara historis, baik NISP dan BNGA dalam kondisi normal sebelum pandemi dapat menyalurkan lebih dari 90% DPK-nya. Tahun 2020 memang menjadi tahun yang berat di mana LDR NISP turun jauh menjadi 71.8% saja dan LDR BNGA turun menjadi 82.9%. Namun dengan perbaikan ekonomi pada tahun 2022, sudah terlihat peningkatan menuju rasio LDR yang normalnya. Harapannya kedua bank ini dapat mengembalikan LDR menjadi di atas 90% ke depannya.

Net Interest Margin (NIM)
Pada tahun 2022, NIM NISP sebesar 4%, sedangkan NIM BNGA sebesar 4.7%. Rata-rata NIM NISP memang berada di kisaran 4%. Sedangkan NIM BNGA sekitar 5%. Hal ini wajar mengingat BNGA juga memiliki rasio CASA yang lebih tinggi dibandingkan dengan NISP. Dalam hal ini BNGA lebih unggul dibandingkan dengan NISP.

Operating Income
Operating income (net interest income dan non interest income) NISP tumbuh dari Rp 4 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 10,6 triliun pada tahun 2022. BNGA pun berhasil tumbuh dari Rp 13,6 triliun menjadi Rp 18,9 triliun. CAGR NISP 11.4% VS CAGR BNGA 3.7%. Uniknya, pada tahun 2020 ketika pandemi, ternyata NISP tetap berhasil menumbuhkan operating income ketika rata-rata bank lain mengalami penurunan operating income termasuk salah satunya BNGA.

Non Performing Loans (NPL)
Pada tahun 2022, NPL gross ratio NISP (2.4%) lebih baik dibanding BNGA (2.8%). Namun NPL net ratio NISP (1%) kalah dibanding BNGA (0.8%). Dalam hal ini, menurut saya BNGA lebih baik dibanding NISP. Saya sendiri lebih suka melihat NPL net karena merupakan rasio kredit macet yang dikategorikan telat bayar di atas 180 hari. NPL gross memperhitungkan rasio kredit yang telat bayar di atas 90 hari. Nyatanya masih banyak yang akhirnya bisa membayar sebelum mencapai 180 hari. Jadi untuk perbandingan kinerja NPL, lebih relevan membandingkan NPL net karena ini yang risiko gagal bayarnya cukup tinggi.

Menariknya, hingga tahun 2021, kisaran NPL net BNGA biasanya sekitar 1% - 2%. Dan kisaran NPL net NISP biasanya sekitar 0.8% - 1%. Namun tahun 2022, BNGA berhasil menyalip NISP dalam hal NPL net. Artinya, saat ini BNGA lebih baik dalam memilih pihak-pihak yang diberikan pinjaman.

Beban Operasional / Pendapatan Operasional (BOPO)
Berbicara soal biaya, NISP dari dulu selalu unggul dibandingkan dengan BNGA. Hal ini dapat dilihat dari kisaran BOPO NISP sekitar 70% - 80%. Sedangkan BNGA secara historis rata-rata di atas 80%. Namun pada tahun 2022, BNGA berhasil menurunkan BOPO menjadi 74.1%. Suatu pencapaian yang tidak boleh diabaikan untuk BNGA. Sedangkan BOPO NISP tahun 2022 adalah 71.1%. Overal keduanya secara jangka panjang berhasil menurunkan BOPO. Namun NISP tetap masih unggul sejauh ini. Sangat menarik untuk kita lihat apakah BNGA dapat menyalip NISP juga dalam hal BOPO, sebagaimana BNGA menyalip NPL NISP.

Net Income
Setelah memperhitungkan semua key ratio di atas, bagaimana kah bottom line dari keduanya? Laba bersih NISP bertumbuh dari Rp 1,1 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 3,3 triliun pada tahun 2022. Sedangkan laba bersih BNGA tumbuh dari Rp Rp 4,3 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp 5 triliun pada tahun 2022. CAGR NISP 12.6% sedangkan CAGR BNGA hanya 1.8%. Hal ini wajar karena kinerja BNGA tidak terlalu konsisten sebagaimana NISP. Kadang naik, kadang turun. Earnings predictability dari NISP juga cukup tinggi yaitu 89.3%. Sedangkan predictability dari BNGA hanya 46.9%. Kenapa growth laba bersih NISP lebih baik daripada BNGA. Tentunya hal ini memang tercermin dari growth DPK dan kredit yang disalurkan. Jadi walaupun BNGA lebih unggul dari sisi CASA, LDR, NIM, dan NPL, ternyata efek pertumbuhan DPK dan kredit disalurkan NISP tetap memberikan pertumbuhan bottom line yang lebih baik.

Return On Asset (ROA) & Return On Equity (ROE)
Bila di general industry biasanya hanya melihat ROE, pada dunia perbankan, ROA juga cukup sering diperhatikan investor. Alasannya simpel, yaitu karena business model perbankan yang mana menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke pihak yang membutuhkan pinjaman. Oleh karena itu semakin tinggi ROA, artinya bank tersebut semakin baik dalam menyalurkan kreditnya.

Nah lagi-lagi terjadi hal menarik pada rasio ini. Sampai dengan tahun 2020, NISP memiliki ROA dan ROE yang lebih baik dari BNGA. Namun setelah ekonomi Indonesia recover dari pandemi, tahun 2021 dan 2022, BNGA memiliki ROA dan ROE yang lebih baik dari NISP.
Tahun 2020:
ROA NISP = 1.5% vs ROA BNGA = 1.1%
ROE NISP = 7.5% vs ROE BNGA = 5%

Tahun 2021:
ROA NISP = 1.6% vs ROA BNGA = 1.9%
ROE NISP = 8.3% vs ROE BNGA = 10.2%

Tahun 2022:
ROA NISP = 1.9% vs ROA BNGA = 2.2%
ROE NISP = 10.5% vs ROE BNGA =11.7%

SUMMARY
Nah untuk rekapnya silakan kalian lihat tabel pada gambar pertama. Saya sajikan rekap perbandingan untuk posisi tahun 2022 only. Selain itu, angka-angka yang bersifat nominal, saya lakukan konversi ke nominal per lembar saham per 31 Desember 2022. Kemudian saya coba bandingkan dengan harga saham per penutupan 14 April 2023 (NISP = 845; BNGA = 1300). Dan bagi para dividend hunter, saya juga hitungkan dividend yield dengan harga saat ini. Bagi para value investor, saya hitungkan potential capital gain NISP dan BNGA dengan asumsi PBV wajar = 1X.

Ternyata, DPK dan loans to share price NISP lebih unggul dari BNGA:
DPK to share price
NISP = 9.08X vs BNGA = 7.01X
(Setiap Rp 100 yang kita belanjakan untuk saham ini, maka akan diperoleh DPK sebanyak Rp 908 untuk NISP dan Rp 701 untuk BNGA)
Loans to share price
NISP = 7.1X vs BNGA = 6.06X
(Setiap Rp 100 yang kita belanjakan untuk saham ini, maka akan diperoleh loans sebanyak Rp 710 untuk NISP dan Rp 606 untuk BNGA)

Operating Income to share price BNGA lebih unggul dari NISP:
NISP = 0.55X vs BNGA = 0.58X
(Setiap Rp 100 yang kita belanjakan untuk saham ini, maka akan menghasilkan operating income sebanyak Rp 55 untuk NISP dan Rp 58 untuk BNGA)

Namun earnings to share price dari NISP tetap lebih unggul dari BNGA:
PER NISP = 5.83X vs BNGA = 6.43X
Earnings to share price NISP = 0.17X vs BNGA = 0.16X
(Setiap Rp 100 yang kita belanjakan untuk saham ini, maka akan menghasilkan laba bersih sebanyak Rp 17 untuk NISP dan Rp 16 untuk BNGA)

BNGA lebih unggul dari sisi dividend yield pada harga saat ini:
NISP = 6.9% vs BNGA = 8.9%

Namun bagi para value investor, potential capital gain (asumsi PBV wajar = 1X) untuk NISP masih lebih tinggi:
NISP = 76% vs BNGA = 39%

Btw potential capital gain ini didapat dengan posisi net assets per 31 Desember 2022. Seiring berjalannya waktu, tentunya net asset akan semakin bertumbuh seiring kedua emiten ini mencetak laba tiap tahunnya. Saya yakin baik NISP dan BNGA masih akan terus bertumbuh dan memberikan capital gain yang lebih juga untuk ke depannya.

CLOSING STATEMENT
Demikian sekilas perbandingan NISP vs BNGA. Perlu diingat bahwa analisis ini hanya berdasarkan data historis, bukan data prospek ke depan. Namun saya sendiri lebih memilih NISP karena secara historis growthnya lebih konsisten dibandingkan dengan BNGA. NISP juga cukup terbukti lebih tahan banting ketika terjadi krisis dibandingkan dengan BNGA. Kinerja tidak terlalu fluktuatif seperti BNGA. Nah kalau kalian lebih pilih kuda hitam yang mana nih? Anyways, saya bukan ahli perbankan. Masih banyak juga rasio-rasio perbankan yang sebetulnya dapat dibahas oleh yang lebih expert. Silakan kalian tambahkan data-data menarik lainnya untuk perbandingan NISP dan BNGA di kolom komentar. Silakan tuliskan pilihan, pendapat, dan data kalian di kolom komentar ya.

As always, ini bukan ajakan buy, sell, hold. Saya pun melakukan sharing analisis saya hanya bertujuan mendapatkan tambahan insight dari komentar-komentar para ahlinya. Disclaimer on and DYOR. CMIIW bila ada informasi yang kurang tepat.
Any comments, insights, pros, and contras are very welcome because I believe in knowledge.
The more we share, the more we gain.

Oh iya, pada gambar ke-9 dan ke-10 iseng-iseng saya tampilkan foto ketika saya menghadiri RUPS NISP.
Gambar ke-9: Foto dengan Pak LKH. Sang investor legendaris tiba di ruang RUPS menjelang jam 10.00 WIB, sebelum RUPS dimulai. Seketika itu juga langsung disambut oleh dewan komisaris dan direksi, bagaikan pemegang saham pengendali. Sebagaimana kita ketahui, beliau sangat menekankan hidup sederhana. Penampilannya pun ketika menghadiri RUPS hanya mengenakan batik lengan pendek yang sederhana, tapi sopan. Ya saya tidak tau sih apakah pakaian batik beliau sebetulnya lebih mahal atau tidak. Tapi kami kaum muda yang berfoto bersama beliau, malah terlihat pakaiannya lebih keren dibanding beliau. Terlepas dari mahal atau tidaknya pakaian batik beliau, penampilan sederhananya kembali mengingatkan saya bahwa kita tidak perlu memamerkan kemewahan untuk bisa menjadi orang yang terhormat.

Gambar ke-10: Foto bersama Pak Pramukti Surjaudaja (Presiden Komisaris NISP), anak dari mendiang Pak Karmaka Surjaudaja yang sudah mengabi pada NISP selama 55 tahun. Setelah kursi kepemimpinan beralih ke Pak Pramukti, NISP masih terus melanjutkan pertumbuhan yang baik. Mudah-mudahan pertumbuhan ini dapat diteruskan untuk waktu yang sangat lama. Saya berencana menjadikan NISP sebagai core stock sekaligus dividend stock apabila tiap tahun masih terus mengalami pertumbuhan.

Thanks bagi yang meluangkan waktu membaca postingan ini dan memberikan comment serta insight tambahan. Dan tentunya terima kasih bagi kalian yang sudah follow saya dan like artikel ini. Saya akan mencoba membagikan sebanyak mungkin apapun yang muncul di pikiran saya, terutama untuk emiten yang saya pegang atau berencana beli.

Data Source:
Summarized from NISP & BNGA annual reports

Current holding : MAPA TKIM INKP IPCC NISP ARCI
Current watchlist: INTP ACES GPRA WOOD WEHA PJAA

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit 路AboutContactHelpHouse RulesTermsPrivacy