MAPI VS MAPA VS MAPB (PART II)

Sebelumnya saya sudah membahas background, bidang usaha, dan kinerja dari $MAPI , $MAPA , dan $MAPB . Pada postingan ini, saya akan membahas risiko-risiko yang dihadapi dan valuasi wajarnya menurut saya.

RISKS
Ada beberapa risiko yang dapat kita cermati terkait MAP group. Di antaranya:
1. Persaingan usaha
Segmen retail dari MAP sepertinya tergolong minim pesaing. Dengan target pasarnya kalangan menengah ke atas (lebih banyak kalangan atasnya), tampaknya sedikit kompetitor yang dapat menyaingi MAP. Hal ini akibat tingginya biaya untuk mengimpor serta mengakuisisi brand-brand ternama. Berbeda dengan segmen F&B yang mana walaupun targetnya menengah ke atas, namun cenderung lebih banyak kalangan menengahnya. Simpelnya, coba kita bandingkan saja berapa sih pengeluaran untuk membeli produk-produk fashion dan active dari MAP? Tentunya bisa ratusan ribu atau jutaan Rupiah. Namun untuk beli makan dan minum tentunya masih banyak yang terjangkau hanya dengan puluhan ribu Rupiah saja. Menurut saya banyak sekali restoran yang menjual makanan dan minuman yang tidak kalah enaknya dan juga harga bersaing. Kompetitor dari MAPB cenderung banyak sedangkan kompetitor MAPI dan MAPA cenderung sedikit. Apalagi MAPI dan MAPA cukup ekspansif dalam melakukan akuisisi brand-brand ternama sehingga mayoritas brand ternama di Indonesia dimiliki oleh MAPI dan MAPA. Menurut saya, risiko persaingan usaha untuk MAPI dan MAPA tergolong low risk, sedangkan untuk MAPB medium risk.

2. TIngkat inflasi dan daya beli masyarakat
Tingkat inflasi membuat harga barang-barang meningkat dan menggerus daya beli masyarakat. Beruntungnya Indonesia masih tetap menjaga tingkat inflasi di sekitar 5%. Daya beli masyarakat Indonesia juga masih termasuk baik ditunjukkan dengan tingginya tingkat indeks keyakinan konsumen (IKK) pada bulan Desember 2022 di angka 119.9. Sehingga bagi saya ini bukan high risk bagi MAP group. Kalau kita coba lihat lebih detil lagi breakdown inflasi berdasarkan kelompok pengeluarannya, ternyata inflasi untuk kelompok pakaian dan alas kaki pada tahun 2022 hanya sebesar 1.4%. Sedangkan inflasi untuk kelompok makanan dan minuman (5.83%) dan restoran (4.49%) relatif lebih tinggi. Maka saya nilai risiko inflasi dan daya beli masyarakat adalah low risk untuk MAPI dan MAPA, sedangkan medium risk untuk MAPB.

3. Harga bahan baku
Harga bahan baku seperti ayam, telur, dsb tentunya akan membuat COGS dari MAPB berfluktuasi. Namun kontribusi COGS terhadap sales hanya sekitar 30%. Sehingga risiko harga bahan baku dari MAPB saya nilai hanya low risk. Hal yang sama juga untuk MAPI dan MAPA. Selain membeli import, ternyata ada sebagian kecil produk-produk yang dijual berasal dari pabrik entitas anaknya, yaitu PT Mitra Garindo Perkasa dan PT Out Of Asia. Karena porsi lokal juga hanya sedikit, maka saya nilai risiko bahan baku rendah.

4. Kurs USD
Sebagian besar barang jualan segmen retail dibeli dari luar negeri menggunakan USD. Sehingga bila kurs USD menguat, HPP / COGS juga akan meningkat. Namun seperti yang saya sampaikan pada risiko persaingan usaha, karena target pasarnya lebih banyak kalangan atas, dan juga minimnya kompetitor, maka MAPI dan MAPA cenderung dapat meningkatkan harga jual tanpa mengorbankan kehilangan market sharenya. Oleh karena itu, risiko ini tidak saya kategorikan high risk, melainkan medium risk saja. Sedangkan untuk MAPB asumsi saya, porsi pembelian dari luar negeri sekitar 50:50. Pembelian terbesar dari luar negeri adalah untuk Starbucks yang mana berkontribusi sekitar 38% dari total pembelian. Bahan-bahan makan dan minum lainnya saya rasa cukup banyak yang dibeli dari lokal. Oleh karena itu, saya juga tempatkan risiko kurs USD sebagai medium risk.

5. Dividend
Terakhir kali MAPA dan MAPB membagikan dividen adalah untuk tahun buku 2016 pada tahun 2017, yang mana tahun buku sebelum IPO. Sejak IPO, belum ada dividen yang dibagikan oleh MAPA dan MAPB. Sedangkan MAPI terakhir kali membagi dividen untuk tahun buku 2018 pada tahun 2019 dengan dividend payout ratio 22.5%. Kemungkinan karena saat pandemi kinerja MAPI memburuk, maka perusahaan memutuskan untuk menahan labanya. Patut dicermati apakah akan ada dividen yang dibagikan untuk tahun buku 2022. Namun berdasarkan public expose pada bulan Juli 2022, sepertinya management masih akan menggunakan laba dari MAP group untuk meneruskan ekspansi besar-besaran bahkan sampai ke luar negeri seperti di Filipina. Tidak adanya dividen dapat berpotensi membuat harga saham berfluktuasi bila kinerja dari MAP group mulai menunjukkan perlambatan. Dalam hal ini, saya menilai risiko dividen tergolong medium risk untuk MAPI dan MAPA. Sedangkan saya kategorikan high risk untuk MAPB mengingat kinerja yang belum pulih sepenuhnya dari pandemi.

6. Free float ratio
Sampai dengan saat ini, kepemilikan publik pada MAPB masih sangat kecil, yaitu 1.2% saja. Sedangkan BEI mewajibkan minimum free float shares sebesar 7.5%. Bila hingga 21 Desember 2023 MAPB tidak memenuhi minimum free float, bisa saja sahamnya di-suspend. Namun pada akhir Januari 2023 kemarin, ada berita bahwa GARFBC akan melepas sebagian atau seluruh kepemilikannya di MAPB. Ada kemungkinan ini salah satu upaya untuk memenuhi 7.5% minimum free float sebagaimana aksi yang dilakukan MCL pada MAPA dulu melepas sebagian kepemilikannya ke publik. Karena sudah ada tanda-tanda GARFBC akan melepas kepemilikannya, maka risiko ini saya kategorikan risiko medium risk. Sedangkan MAPI dan MAPA sudah memenuhi minimum free float shares.

7. PPKM
Risiko PPKM untuk saat ini sudah tergolong rendah untuk MAP group. Hampir seluruh masyarakat sudah divaksin dan tingkat penyebaran Covid juga sudah dapat dikendalikan. Sekarang Covid sudah menjadi endemi. Selama tidak ada varian-varian atau virus mematikan lainnya yang dapat menyebar dengan cepat, saya tidak melihat kita akan kembali menerapkan PPKM lagi. Oleh karena itu saat ini saya menilai risiko terjadinya PPKM sudah rendah.

8. Pendiri MAP group
Sebagaimana kita ketahui bahwa MAP didirikan oleh Sjamsul Nursalim. Walaupun tidak terdapat namanya pada daftar pemegang saham. Namun kemungkinan Sjamsul Nursalim masih memiliki MAP group melalui PT Satya Mulia Gema Gemilang (51% shareholders MAPI). Sjamsul Nursalim merupakan pihak yang terlibat dalam kasus korupsi BLBI yang merugikan negara hingga IDR 4.6 T. Apakah ini serta merta membuat MAP group jadi tidak dipercaya? Rasanya tidak. Pertimbangannya karena Sjamsul Nursalim tidak terlibat secara aktif dalam mengurus MAP group dan juga kasus ini sebetulnya sudah lama dari sejak 1998. Hanya saja beberapa tahun terakhir ini sempat mencuat kembali. Namun harga saham MAP masih tetap stabil walaupun ada berita negatif tersebut. Oleh karena itu, menurut saya risiko ini tergolong low risk.

FAIR VALUE DARI MAPI, MAPA, MAPB
Dalam menghitung fair value atas ketiga emiten ini, saya menggunakan metode yang simpel yaitu Price/Earnings to Growth Ratio (PEG). Pertimbangannya karena prospek pertumbuhan dari ketiga emiten ini masih sangat besar. Saya juga coba buatkan beberapa skenario tergantung dari future growth rate-nya.

Hasil valuasi menggunakan PEG berdasarkan current CAGR (serta potensi gain / loss dari harga penutupan Jumat, 24 Februari 2023):
- MAPI = 2516 (+57%)
- MAPA = 12069 (+147%)
- MAPB = 562 (-77%)

Sedangkan bila kita gunakan skenario yang super konservatif (growth MAPI = 10%, growth MAPA = 15%, growth MAPB = 5%), didapatkan:
- MAPI = 1158 (-28%)
- MAPA = 5652 (+16%)
- MAPB = 328 (-87%)

Jika kita fast forward ke 2025, dengan skenario yang super konservatif tersebut juga maka valuasi 3 tahun ke depan sebagai berikut:
- MAPI = 1542 (-4%)
- MAPA = 8596 (+76%)
- MAPB = 380 (-84%)

Yang menarik adalah bila MAPA dihitung dengan skenario yang super konservatif sekalipun (growth turun ke 15%), masih tetap ada potential gain dari harga saat ini. Selengkapnya silakan lihat tabel pada gambar valuasi.

SUMMARY & CLOSING STATEMENT (PART II)
Untuk rekap perbandingan antara MAPA, MAPI, MAPB silakan refer ke gambar terakhir.

Nah saya sudah membagikan dan menganalisis perbedaan MAPI, MAPA, dan MAPB sebanyak mungkin. Saya sendiri sudah buy and hold MAPA dari sekitar akhir bulan September 2022 dan saat ini Puji Tuhan sudah floating profit sekitar 70%. Saat ini saya masih hold dan baru akan sell bila ada indikasi growth rate MAPA turun hingga di bawah 20%. Selama growth rate masih tinggi, saya akan tetap hold. Kalau kalian pilih yang mana nih? Silakan tuliskan pendapat kalian di kolom komentar ya.

As always, ini bukan ajakan buy, sell, hold. Disclaimer on and DYOR. CMIIW bila ada informasi yang kurang tepat.
Any comments, insights, pros, and contras are very welcome because I believe in knowledge.
The more we share, the more we gain.

Thanks bagi yang meluangkan waktu membaca postingan ini dan memberikan comment serta insight tambahan. Silakan follow dan like bila kalian suka. Saya akan mencoba membagikan sebanyak mungkin apapun yang muncul di pikiran saya, terutama untuk emiten yang saya pegang atau berencana beli.

Data Source:
Summarized from each companies financial statements
Public expose from each companies
Annual report from each companies
Tingkat inflasi: Badan Pusat Statistik
Indeks Keyakinan Konsumen: Bank Indonesia
Grafik kurs USD: Bank Indonesia
Free float shares MAPB: IDX (Laporan bulanan registrasi pemegang efek MAPB)

Tag current holding : MAPA TKIM $INKP IPCC BJTM ARCI
Current watchlist: INTP, GPRA, WOOD, DSFI
$IHSG

Read more...

1/7

testestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy