[Series trading essentials: Price action - Seni membaca candle]
Sekarang, di setiap weekend (hopefully), saya akan membuat beberapa mini-series trading knowledge dan investment essentials. Dimana saya akan sharing knowledge yang saya miliki selama trading dan investasi di bursa. Cukup banyak buku, video, analisa yang sudah saya baca, ribuan jam saya habiskan di depan market (main DotA aja saya udah ~6 ribu jam hahaha) entah untuk Analisa technical / fundamental, entah untuk bikin trading formula dan backtesting, atau sekedar mengamati price action. Saya hampir selalu menghabiskan malam depan laptop setelah jam kerja untuk sekedar improving. Mungkin di series ini saya akan sedikit berbagi bagi yang baru memulai. Ilmu saya tentu masih jauh dibawah suhu-suhu. Tapi karena saya beberapa kali pivoting, dari sekedar beli (buy and hold niat invest) ke day dan swing trading ke momentum investing, mungkin beberapa PoV saya bisa membantu teman-teman yang ingin menemukan jati dirinya.
Hari ini saya mau share tentang Price action. Banyak orang mengira bahwa semakin padat sebuah chart dengan indikator (ataupun garis-garis bantu) maka analisa akan makin akurat. Padahal semua garis-garis indikator hanyalah 'pembantu' kita untuk menganalisa trend / momentum / volatility yang terjadi. Indikator menghasilkan data tersebut dari hasil meng 'ekstrak' price candlestick entah itu opening, high, low or close. Semakin banyak indikator bisa membuat kita lambat dan jadi indecisive, karena bingung mau fokus yang mana... trend naik tapi RSI udah oversold, MACD cross up tapi udah kena upper band BB. Kalau tidak mengerti intisari dari indikator dan bagaimana kombinasinya yang efektif, malah jadi makin tidak efektif. Mari pelajari dari fundamentalnya. Jadi sebenarnya ilmu dasar dari semua indikator adalah price action, yaitu ilmu membaca candle. Dengan melihat formasi dan jenis candlestick, kita bisa memprediksi pergerakan dia untuk beberapa langkah kedepan. Beberapa trader dengan aliran SMC (smart-money-concept) lebih menyukai naked price action karena sebenarnya hanya dengan melihat movement dan wave dari sebuah formasi candle kita bisa memprediksi cukup akurat kemana arah market. Sama seperti detak jantung, market itu punya ritme. Level ini bisa dimiliki by experience ketika terus menerus berada depan market.
Sebelum kita lanjutkan ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan:
1. Analisa price action tidak bisa berdiri sendiri
PENTING: Ini konsep yang sering bikin para trader muda salah: analisa tidak bisa berdiri sendiri. Kamu perlu gabungkan konsep price action candlestick ini dengan konsep supply demand atau support resistance, untuk memperkuat analisa dan konfirmasi kamu. Contohnya: apabila harga saat ini berada di support / demand kuat, dan candle yang terbentuk adalah bullish engulfing atau bullish harami (harami versi hijau di candle kedua), maka ada chance besar akan terjadi reversal (atau besoknya harga naik).
2. Hanya perhatikan price action candlestick ketika berada di sekitar support / resistance (supply / demand zone) yang kuat dan (sebaiknya) beli hanya jika trend nya juga uptrend
Apabila kamu menemukan formasi 2-3 candlestick di tengah-tengah trend, bisa jadi sebenarnya itu tidak berarti apa-apa. Lupakan. Karena chance nya masih 50:50. Tunggu di support / resistance yang kuat, barulah cek formasi candlenya seperti apa. Mana yang disebut support / resistance kuat? Biasanya S/R ini menjadi area dimana candlestick beberapa kali sulit menembusnya pada timeframe tinggi (daily, weekly, monthly). Saya pribadi memberikan prioritas lebih tinggi kepada S/R atau S/D zone (horizontal) dibandingkan trendline (diagonal). Walaupun dengan trendline kita bisa menggambar dan melihat chart pattern yang ada seperti Bullish flag, ascending triangle, falling wedge, dkk. Tapi ini akan jadi pembahasan berikutnya saja.
Membeli saham hanya dengan menggunakan S/R namun tanpa melihat trend nya mungkin hanya bisa berhasil pada very short-term trade. Scalper or day-trader you name it. Tapi jika ingin sukses untuk swing-trading dengan RRR lebih baik dan gain yang cukup tinggi (20-30 or more), kita harus trade sesuai dengan arah trend nya. Misalnya menggunakan moving average pada timeframe daily/weekly.
3. Untuk pemula, lupakan penamaan dari candle formation, lihat saja sekilas power dari body candle pada candle kedua atau ketiga bisa menunjukkan siapa yang saat ini lebih kuat, buyer or seller
Gambar di bawah ini adalah beberapa dari banyak candlestick price action yang paling sering muncul. Lupakan penamaannya, fokus saja pada formasi 2-3 candle utama. Bagi para trader muda, pasti kesulitan mengingat namanya. Cara gampangnya adalah ingat saja candle yang kedua: apabila hijau pekat (full body) ataupun closing hijau dengan ekor (rejection wick) dibawah, maka artinya buyer lebih kuat daripada seller, memungkinkan harga memiliki momentum untuk melanjutkan kenaikannya, terutama ketika memantul dari S/R kuat (point 2). Atau bisa juga tidak hanya 2 formasi, 3 formasi bullish candle dengan berurutan, disebut three white soldiers, juga adalah indikasi bahwa buyer power mengambil alih seller.
4. Volume matters!
Formasi candlestick, chart pattern, breakout, reversal dan segala bentuk chart reading tidak berguna tanpa adanya volume confirmation. Beberapa tipe trader suka mengkombinasikan volume dengan Bandarmology nya untuk melihat bahwa siapakah yang melakukan akumulasi dan distribusinya. Ataupun scalper dengan melihat kecepatan running trade (tape-reading). Sering kali price formation tanpa volume hanya membuat jebakan batman saja. Ketika volume tinggi pun kita bisa kena jebakan batman, apalagi ga ada volumenya.
Hanya sekedar sharing knowledge, saya usahakan rangkum se simple mungkin, walaupun realitanya tidak simple 馃槀 Have a nice weekend stockbitor!
Follow & Like jika berkenan tertarik pada series berikutnya.
#tradingessentials #sahambagger #knowledge #diskusi #opini #sharing
$BOSS $GOTO $LAJU $ACES $IHSG