Kalau kita sebut nama Warren Buffet, Charlie Munger, Peter Lynch semua orang sudah familiar.
Tapi mungkin belum banyak yg kenal dengan Li Lu, termasuk saya beberapa tahun lalu.
Dalam sebuah obrolan saat itu, seorang teman mengirimkan link youtube ketika Li Lu mengajar di salah satu universitas.
Saya mencoba menonton video tersebut. Komentar saya kala itu, nothing special ya. Yang dia ajarkan basic.
Seorang teman memberikan teguran pada saya atas komentar tersebut. Saya lupa kalimat persisnya tapi inti nasihat yg saya dengar adalah:
“Jangan sombong kamu, diluar sana masih banyak yg lebih pintar daripada kamu.”
Nasihat yg menampar saya dan membuat saya teringat sampai sekarang. Membuat saya penasaran siapa Li Lu ini?
Ternyata dia adalah salah satu orang yg sangat dipercaya Munger untuk memilih investasi di Asia. Bahkan saking dipercaya, Munger selalu menyisihkan waktu seminggu sekali untuk dinner bersama Li Lu untuk berdiskusi.
Orang yang begitu didengar oleh living legend stock market bisa2nya saya bilang basic aja yang diajarkan padahal level achievement beda bagai bumi langit.
Level tertinggi dari sebuah kompleksitas adalah bagaimana mencapai keberhasilan dari sesuatu yang basic.
Suatu fase tersulit ketika orang baru mulai paham adalah dia sudah merasa paham sudah merasa paling expert. Semua pendapat bertentangan dengan dia adalah salah dan pedapat dialah yang paling benar.
Saya ingat obrolan saya dengan salah seorang senior ketika saya cek keanehan di akun aset suatu emiten yg dia pegang.
Saya bertanya keanehan itu dan dia bisa menjelaskan dengan baik tanpa ada ketersinggungan emiten doi saya toel bahwa ada keanehan di akun aset emiten itu. Akhirnya dia jelaskan dengan baik dan saya paham bahwa pencatatan itu sah dan dilakukan emiten lain di industri yang sama.
Ada yang aneh lagi Thom? Let’s discuss jika ada. Itu kalimat yang dia lontarkan pada akhir diskusi kami.
Orang yang paham selalu punya conviction pada thesis investasinya. Tapi sisi lain orang yang paham juga tahu bahwa dia bisa salah dan mau open mindset untuk berdiskusi karena bisa jadi dia melakukan kesalahan. Kalau dia merasa benar dan bisa convice orang yg meragukan tadi maka dia memperoleh conviction yang semakin kuat bahwa thesisnya valid.
Terlalu berpacu pada pemikiran sendiri akan membuat pandangan kita menjadi sempit. Kita hanya melihat dari satu buah sisi tanpa memandang dari sisi lain. Ambillah sisi lain dari pandangan orang mau itu point bagus atau jelek. Lakukan pengecekan apakah point bagus/jelek itu valid atau tidak. Selalu gunakan data dan fakta bukan hanya berdasarkan rumor semata.
Investor yang bijak akan mendengarkan pandangan dari semua sisi. Eliminasi pandangan yang tidak valid setelah lakukan pengecekan, ambil yang valid lalu rangkum semuanya dan berpikir apakah risk dan reward dari thesis investasi ini sebanding atau tidak.
Itulah bagaimana seorang investor bisa menurunkan ego nya dan mengambil keputusan secara lebih objektif.
Setiap orang mudah untuk merasa paham bahwa dia mengerti, karena level awal dari fase baru mulai belajar adalah dia merasa paham. Fase selanjutnya ketika dia lebih paham adalah bahwa banyak hal yang masih dia belum paham. Itulah kenapa investor yang memiliki suatu level kedewasaan tertentu justru mau menerima kritikan dan mau berdiskusi ketika ada pandangan yang berbeda.
Investor yang baru sampai level paham merasa dia sudah level tertinggi dan tidak perlu mendengarkan masukan yg lain, itu kenapa akhirnya ada orang yg tidak bisa naik level dan disitu2 saja level pemahamannya.
Jangan sombong, selalu ada yang lebih pintar dari anda. Mau orang itu lebih tua atau lebih muda dari anda. Karena setiap orang siapapun itu selalu punya kemungkinan memiliki knowledge lebih dalam suatu hal dibanding kita.
Thanks buat orang yg menegur saya kala itu, suatu teguran yang membuat saya menjadi lebih dewasa.
Karena kedewasaan itu bukan dari umur atau berapa lama kita di market. Ada investor yang umur lebih muda dari saya, umur di market jauh lebih muda dari saya tapi saya merasa punya kedewasaan dalam berinvestasi yg lebih baik dari saya.
Jadi mari kita tutup tulisan ini dengan pesan moral dari tulisan ini:
Jangan sombong, selalu ada yang lebih pintar dari anda.
-THOWILZ-