"Overview & the prospect of nickel"

Pada kesempatan kali ini saya akan sharing analisa saya plus pendapat saya mengenai sektor nikel. Apakah sektor nikel akan manggung? apakah sektor nikel hanya euphoria belaka? bagaimana investor harus menyikapi keputusan WTO atas penolakan di tutupnya ekspor nikel dari Indonesia? emiten nikel apa saja yang kira2 menarik dan apakah saya pribadi masuk ke nikel? semua akan saya usahakan ulas dalam thread kali ini.

Thread ini akan di bagi dalam beberapa bagian, yakni:
-The overview & prospect of nickel
-Haruskah kita khawatir dengan WTO?
-Apakah sektor nikel sedang euphoria?
-Apakah saya sudah masuk nikel?

Sebagai tambahan, seperti biasanya saya selalu menginformasikan kepada teman2 semua bahwa saya aktif sharing mengenai ekonomi & saham melalui Insta story saya, apabila anda berkenan, bisa follow Instagram saya:

Instagram: @James.Jayadi
Link Insta: https://www.instagram.com/james.jayadi/

NOTE:
-Sebenarnya sektor nikel sendiri sudah saya pelajari semenjak tahun 2022 kemarin dan akhirnya baru niat buat bahas sektor nikel sekarang. Apa yang akan saya bahas kali ini beserta data yang saya pakai tentu saja berdasarkan apa yang saya temukan pada saat itu (walaupun ada saya adjust dengan data terkini).

-Kedua, MOHON baca hingga akhir agar benar2 dapat intinya (tulisan kali ini akan cukup panjang).
==========================================

"The overview & prospect of nickel"

Saya rasa ada baikny kita mengerti dulu cara kerja, istilah dan juga processing di sektor nikel itu seperti apa dan apa saja kegunaan dari nikel itu sendiri.

>NICKEL DEMANDS

Seperti yang kita ketahui, kenaikan nikel selau di hubung2kan dengan battre lithium dan juga EV, apakah benar demand dari nikel ujung2nya di pakai untuk EV? tentu saja memang benar. Tetapi patut di catat bahwa kurang lebih demand dari nikel yakni sebesar 60-70% itu di dominasi oleh produk2 stainless steel (Note: di berbagai sumber ada yang mengatakan sekitar 60%, ada yg 66%, ada yang 70%, but in this case it doesn't really matter karna intinya adalah stainless steel ngedominasi demand dari nikel itu sendiri), sedangkan untuk EV kurang lebih dari 5% hingga +10%an (Ada perbedaan percentage dari berbagai sumber, tetapi sekali lagi, it doesn't really matter karna porsinya termasuk yang minoritas). Kemudian sisa dari demand nickel sendiri ada yang di pakai untuk alloy steel, NF alloy, plating dan juga foundry (dan tentu saja stainless steel masih mendominasi dari demand nikel hingga kini). Sebagai tambahan, apabila anda kurang tau stainless steel yang sedang saya maksud, yup benar, stainless steel tersebut benar2 stainless steel yang anda ketahui pada umumnya, bisa buat sendok, panci, dan segala produk berbahan stainless steelnya.

Kemarin saya sempat coba cari data dari trend penggunaan nikel buat battre lithium dan juga stainless steel yang menurut saya mungkin bakal berguna buat di bahas (Buat angkanya, lebih baik langsung cek gambar yang saya lampirkan di bawah). Terlihat memang ada kenaikan trend akan demand nikel untuk battre lithiumnya EV, kenapa trendnya naik? apabila battre lithium buat EV naik maka ya itu jelas karna demand dari EV sendiri memang naik.

Mengingat memang saya tidak berdomisili di Indonesia, mungkin saya kurang tau penerapan EV di Indonesia sudah seperti apa. But as far as my understanding, EV sendiri termasuk masih kurang convinient di Indonesia karna mesin chargernya sendiri belum terlalu nyebar dimana2 + harga EV in general memang mahal, walaupun terlihat juga ya bahwa pemerintah terlihat jelas memang lagi dorong penggunaan EV bahkan anda pun di beri subsidi dan kemudahan apabila membeli EV (Toh pemerintah memang sedang hilirisasi nikel bukan?). Tapi apakah dengan kondisi seperti ini, apakah hilirisasi nikel oleh pemerintah Indonesia bakal sia2? Mohon baca terus hingga bagian "Apakah sektor nikel sedang euphoria?"

Di negara tempat saya berdomisili, sangat terlihat jelas memang penggunaan EV belum menyebar dimana2, tapi sangat terlihat jelas memang sudah agak banyak orang yang memang ngendarain EV (mobil listrik ga cuman Tesla ya). Bus kota pun sudah electric + di area pusat kota sendiri sudah ada beberapa tempat charging buat EV. Lastly, taxi pun setau saya ada yang electric atau at least mentok2 di mobil hybrid. Kenapa saya membahas kondisi EV di luar Indonesia? tentu saja akan terjawab di bagian "Apakah sektor nikel sedang euphoria?"

Tetapi untuk demand nikel untuk stainless steel memang di proyeksi menurun (Mohon cek gambar yang saya lampirkan di bawah). Ingat, yang di maksud bukan penggunaan "stainless steel" yang nurun ya, tetapi yang di maksud adalah "penggunaan nikel untuk stainless steel", jadi kadar nikel untuk produk berbahan stainless steelnya seolah2 bakal berkurang, kenapa bisa demand akan nikel buat produk stainless steel berkurang? ya karna untuk memproduksi stainless steel sendiri bahannya ga mesti dari nikel, jadi produsen bisa ngeadjust kadar dari penggunaan nikel di stainless steelnya, terlebih juga harga nikel termasuk lumayan.

>MANUFACTURING PROCESS

Apabila anda mengira bahwa "nikel" itu hanyalah 1 dan namanya adalah "nikel", maka bisa di bilang anda salah besar. Kalo ngomongin tambang nikel, maka ada 2 kelompok besar biji nikel, yakni:
-Laterite Ore
-Sulfide Ore

Nah perbedaan utama dari laterite dan sulfide itu ada 3 macam, yakni:
-Pembentukannya
-Kadar nikelnya
-Penggunaannya

Secara pembentukan, laterite sendiri terbentuk dari proses kimia dan fisika dari perubahan udara, air serta pergantian panas dingin yang terjadi terus menerus (Bisa di bilang mungkin perubahan cuaca atau iklim yang biasa terjadi di negara tropis dan ini cukup menjelaskan kenapa laterite ore sendiri lebih banyak di temukan di Indonesia yang notabene negara tropis). Berbeda dengan sulfide ore yang terbentuk dari proses volcanic (Tapi di Indonesia sendiri keknya memang lebih banyak laterite, sedangkan sulfide sendiri ada di Canada, Russia, South Africa ma Australia).

Note: Sebagai tambahan, saya bukan orang background tambang dan juga saya sempat berkali2 mempelajari proses pembentukan sulfide dan laterite, tapi harus saya akui memang sulit bagi saya untuk benar2 mengerti proses pembentukannya jadi mungkin penjelasan saya di atas bisa saja sedikit keliru. Saran saya lebih baik teman2 coba research sendiri. Mohon pengertiannya apabila ada kekeliruan.

Kembali lagi ke perbedaannya, perbedaan keduanya yakni di kadarnya, yang dimana sulfide sendiri punya kadar nikel yang lebih gede ketimbang laterite, nah karna perbedaan kadar nikel inilah yang membawa kita ke perbedaan ketiga, yakni perbedaan di penggunaannya. Mengingat sulfide ore sendiri kadar nikelnya lebih tinggi dan juga apabila di proses secara pyrometallurgy, maka proses tersebut bakal ngubah sulfide ore jadi "Nickel Matte" yang dimana memang bisa ujung2nya di pakai buat battre lithiumnya EV (Kita sebut nickel ini sebagai nickel class 1, yang dimana bisa di pakai untuk battre lithium). Berbeda dengan laterite yang dimana mostly memang karna kadarnya lebih rendah maka ujung2nya lebih terpakai untuk stainless steel (kita sebut nikel yang ini sebagai nickel class 2).

Kemudian, untuk laterite sendiri, perlu kita ketahui bahwa turunannya ada 2, yakni limonite dan saprolite. Limonite itu sebenarnya bisa jadi nickel class 1 yang ujung2nya di pakai untuk battre lithium apabila di proses lewat HPAL. Berbeda dengan saprolite yang dimana saprolite sendiri apabila di proses secara pyrometallurgy, maka turunannya ya nickel pig iron (NPI) dan ferronickel yang dimana cocoknya di pakai untuk stainless steel (Btw limonite sendiri bisa turun jadi NPI juga). In conclusion, sebenarnya laterite melalui biji limonitenya, sebenarnya bisa buat battre lithium (Oleh karena itu, apabila emiten anda ga punya nickel matte, tapi punya cadangan biji limonite dan juga akses ke HPAL, maka emiten tersebut punya prospek menuju battre EV).

Apa itu HPAL?
High pressure acid leach (HPAL), bisa di bilang semacam smelter yang extract unsur nikel dan juga cobalt dari laterite (soalnya laterite emang ada unsur cobalt). Patut teman2 ketahui, apabila teman2 ingin emiten teman2 punya prospek ke EV tapi ga punya nickel class 1, maka akses ke HPAL dan juga cadangan nickel limonite SANGATLAH HARUS.

Sekian buat manufacturing process, lets continue to the next part, which is "Haruskah kita khawatir dengan WTO?"

===========================================

"Haruskah kita khawatir dengan WTO?"

Saya rasa beritanya sudah dimana2 dan sudah di ketahui oleh teman2, bahwa di tutupnya akses ekspor nikel oleh pemerintah Indonesia yang merupakan bagian dari strategy hilirisasi nikel, tidak di terima oleh beberapa negara barat, yang hasilnya pada rapat WTO sendiri memang Indonesia di haruskan untuk membuka kembali ekspornya.

Ada baiknya teman2 mengerti dulu dari hasil rapat WTO tersebut. Yang di permasalah di WTO adalah di tutupnya akses ekspor "biji nikel" bukan produk turunan nikel ya.

Tujuan pemerintah kita hilirisasi nikel adalah untuk bikin negara kita stop biji nikelnya, yang dimana harganya murah apabila di bandingkan dengan produk jadi berbahan nikel (Masa kita jual biji nikelnya tapi kita malah impor produk jadinya dengan harga yg lebih mahal?), oleh karena itu maka pemerintah akhirnya ingin ke depannya Indonesia bisa jual saja produk jadinya ketimbang jual biji nikelnya.

Apakah hasil WTO tersebut "a big deal" banget buat kita? saya rasa tidak ya, di saat kita tetap ekspor biji nikel, maka hilirisasi pun sebenarnya tetap berjalan dan ini terbukti dari berbagai aksi pemerintah seperti:

-Kasih subsidi EV
-Menarik investor mancanegara buat masuk ke sektor nikel Indonesia
-Menarik pabrikan2 EV luar negri agar produksi EV mereka di Indonesai

Buat sekarang memang kita bakal masih ekspor biji nikel (untuk sementara waktu), tetapi setelah hilirisasi sudah 100% selesai atau at least sudah cukup memadai, maka seluruh nikel kita atau secara perlahan2 akan di pakai oleh pabrikan2 EV atau pabrikan2 yg produknya butuh nikel, bisa di katakan sebenarnya perlahan2 biji nikel tersebut ya di pakai kita lagi juga. Di saat biji nikel tersebut perlahan2 berkurang dari daftar ekspor kita kemudian di pakai untuk produksi EV dan produk2 berbahan nikel oleh pabrikan2 di Indonesia, maka Indonesia pun tidak akan bisa menjual nikel lagi ke luar negri. Bukannya tidak bisa jual nikel karna tidak mau, tapi karna memang tidak ada nikel surplus yang seolah2 bisa di jual ke luar (atau kalaupun di ekspor maka ya sedikit saja volumenya), maka at the end of the day, kita yang dulu jualan biji nikel, nantinya bakal jual produk jadinya. Saya rasa dengan ini maka negara2 barat tersebut pun tidak akan bersuara lagi karna ya kita memang tidak bisa menjual nikel lagi + mereka bisa beli produk jadinya saja (Ingat, di WTO sendiri tidak begitu mempermasalahkan produk jadiny).

Bukankah dengan di suruh bukanya ekspor nikel oleh WTO, justru itu memberikan jalan bagi perusahaan2 tambang nikel kita buat ekspor? apabila di tutup akses ekspornya maka sama saja dengan menutup sebagian jalur pendapatan perusahaan nikel bukan? jadi saya dengan di bukanya akses ekspor nikel maka itu sedikit memberikan dampak positif buat perusahaan2 nikel kita.

Tapi bagaimana apabila akhirnya kita tidak ekspor biji nikel lagi? ntah karna pemerintah maksa nutup (agak unlikely) atau mungkin karna hilirisasi nikel sudah cukup memadai nantinya? apakah itu akan menutup pendapatan tambang2 nikel kita? sebenarnya ada beberapa skenario, yakni:

-Pertama, apabila ekspor kita berkurang karna alasan2 di atas, maka most likely ekspor nikel ga yg tiba2 hilang karna di lahap pabrikan2 di Indonesia, jadi lebih tepatnya bakal perlahan2 penjualan nikel tersebut bakal beralih ke pabrikan2 EV dan pabrikan2 yang butuh nikel yang ada di Indonesia.

-Patut di ketahui juga, tidak semua perusahaan tambang nikel di Indonesia punya nickel class 1 dan tidak semua perusahaan tambang nikel di Indonesia punya akses ke HPAL, jadi mungkin penjualan perusahaan tersebut akan tetap di ekspor atau akan di lahap perlahan2 oleh pabrikan yang produknya berbahan nikel (seiring hilirisasi berhasil membawa pabrikan2 yg butuh nikel buat beroperasi di Indonesia)

-Tetapi skenario ketiga adalah...mengingat demand dari nikel sendiri banyak ke stainless steel, kemudian produk2 stainless steel berbahan nikel sendiri di proyeksi akan menurun demandnya, maka saya rasa ini akan sedikit berdampak buruk ke pendapatan perusahaan nikel class 2 dan yang ga punya akses ke HPAL atau ga punya investasi yang mengarah ke EV dan battrenya. Oleh karena itu saya rasa cukup masuk akal apabila anda tertarik masuk nikel, maka belilah emiten nikel yang punya nickel class 1 atau punya akses ke HPAL atau punya investasi yg bertuju pada EV (kenapa? karna in the long term, demand nikel ke EV berserta battrenya di proyeksi akan naik).

In conclusion, saya rasa dengan segala keputusan WTO yang di gadang2 bakal bikin susah proses hilirisasi nikel kita, saya rasa ini bukan a big deal (as a problem).

==========================================

"Apakah sektor nikel sedang euphoria?"

Ada orang yang berpendapat bahwa pasar sedang euphoria terhadap nikel dan juga ada yang menganggap bahwa kenaikan saham2 nikel bukanlah euphoria. Tapi bagaimana dengan pendapat saya?

Saya rasa kenaikan harga saham2 nikel memang benar ya bahwasannya ada faktor euphoria (terlebih di tahun2 kemarin ada sentimen masuknya Tesla dan sebagainya). TETAPI di sisi lain saya juga harus mengakui bahwa buat nikel (dalam konteks sektornya) ga bisa cuman di anggap sebagai sektor yang lagi euphoria, kenapa? ya at the end of the day kita sebagai investor apa2 harus makai data, dan untuk nikel sendiri secara data sudah sangat jelas bahwa prospeknya cerah dan menarik menurut saya, walaupun memang harus di ingat bahwa sebagian emiten2 nikel uda ada yang agak naik harganya pasca sentimen2 nikel kemarin2.

Sebagai tambahan juga, kenapa saya membahas mengenai sudah seberapa tersebar EV dan fasilitasny di Indonesia dan juga luar negri?

Begini, salah satu alasan utama kenapa banyak orang beranggapan bahwa nikel merupakan sektor yg lagi euphoria, ya karna emang harus di akui bahwa EV sendiri memang masih belum sebegitu affordable buat banyak orang di Indonesia + fasilitasnya pun belum begitu tersebar merata (di luar negri kurang lebih agak sama tapi lebih baik), tetapi patur di ingat ya, mungkin ini semua butuh proses dan waktu, kita pun masih berada di fase awal dari nikel itu menurut saya.

Ok... jadi bagaimana untuk menjawab tanggapan bahwa orang Indonesia belum bisa beli mobil EV? well gampang saja saya rasa. Menurut saya ketimbang kita hanya fokus bahwa EV hanya akan di beli oleh orang Indonesia, apakah teman2 semua lupa bahwa pengguna EV bukan hanya di Indonesia? di saat hilirisasi berhasil atau sudah sudah berjalan semestinya, maka kita bakal ekspor EV nya itu sendiri, bukan biji nikelnya, sehingga di saat kita ekspor EV nya tersebut, maka kita tidak perlu terlalu bingung apakah orang Indonesia bisa beli EV atau tidak, pada akhirnya juga EV tersebut akan di beli oleh pasar luar negri + demand dari EV itu sendiri naik secara data, jadi in conclusion? menurut saya masalah apakah orang Indonesia bisa beli EV atau tidak sudah cukup terjawab oleh saya.

Apakah saya tipe yg bullish terhadap EV?
Harus saya bilang bahwa statement bullish terhadap EV agak terlalu over confident. Over confident di sini konteksnya bukan seperti hilirisasi bakal gagal dan sebagainya (saya cukup percaya hilirisasi akan berhasil), tetapi over confident di sini konteks yang saya maksud adalah masalah time frame. Menurut saya buat prospek nikel ke EV sendiri itu jelas dan cerah, tetapi memang cukup membutuhkan waktu yang ga sebentar. Saya rasa investasi di saham2 nikel harus sifatnya jangka menengah atau panjang cocoknya (ga bisa cuman jangka pendek).

In conclusion, saya bakal bilang nikel sendiri prospeknya cerah dan tidak ada salahnya untuk koleksi saham nikel di portfolio anda, walaupun...sekali lagi, saya pribadi mungkin tidak akan menjadi seorang yang bullish yang high confidence banget ya, karna nikel sendiri butuh waktu dan kuncinya adalah proses hilirisasi nikel Indonesia).

=========================================

"Apakah saya sudah masuk nikel?"

Saya rasa sih ada sebagian orang2 yang memang sengaja baca postingan kali ini dengan tujuan buat baca bagian ini ya hahaha馃槄, bagian paling di tunggu2. In fact, yup, saya pribadi sudah koleksi saham nikel semenjak 2022 lalu dan menurut saya emiten nikel pilihan saya bisa di bilang terbaik dan paling makes sense buat di beli ketimbang saham nikel lainnya (dari sisi prospek, kinerja dan valuasi).

Di BEI sendiri, saham2 $NICKEL ada seperti $INCO, $ANTM, $HRUM, $MDKA, IFSH, NICL, DKFT.

Saya mungkin kurang bisa secara mendalam ngomong mengenai IFSH, NICL dan DKFT, mengingat saya pribadi ga begitu pelajari secara mendalam karna memang secara sekilaspun menurut saya sudah kurang menarik ketimbang emiten2 yang akan saya sebut nanti. Oleh karena itu, saya berpendapat apabila ingin masuk nikel, maka pilihan2 terbaiknya mungkin bakal jatuh ke emiten2 seperti $HRUM, $INCO, $MDKA, $ANTM.

Tetapi, dari 4 emiten di atas pun yang notabene mungkin merupakan emiten2 nikel terbaik, saya pun masih kurang cocok dengan 3 dari 4 emiten di atas, kenapa? mungkin saya akan bahas di lain kesempatan (kebetulan thread kali ini sudah kepanjangan dan akan terlalu broad topiknya apabila saya jabarin analisa saya di ke 4 emiten tersebut), yang pasti alasan saya kenapa saya kurang cocok dengan 3 emiten dari 4 emiten tersebut ya karna masalah valuasi, kurangnya prospek atau akses ke EV yang menurut saya must have mengingat masa depan nikel bener2 bakal cukup berdampak dari EV, terus juga ada cara kerja emiten tersebut yang saya kurang suka dan sebagainya.

Jadi apakah saya sudah masuk nikel? yes sudah dan sudah saya koleksi bahkan sejak 2022 kemarin. Tetapi emitennya apa? yang pasti pilihan saya ada 1 di antara $ANTM, $MDKA, $HRUM, $INCO yang dimana emiten yang saya pilih ini paling makes sense dan menarik secara valuasi, prospek sebagai perusahaan nikelnya cerah, kemudian prospek ke EV pun ada, di tambah juga secara kinerja pun bagus.

Note: Kenapa saya tidak memberi tau emiten nikel pilihan saya? saya tetap menjaga thread saya agar bersih dari pom2 dan saya tidak ingin teman2 hanya beli modal ikut2an saya (Can we please be a proper investor?). Track record semua thread saya di @Stockbit pun sangatlah jelas bahwa saya memang tidak tertarik untuk pom2.

Sebenarnya masih banyak hal mengenai sektor nikel yang telah saya temukan dan ingin saya sharing, tetapi saya rasa thread kali ini sudah cukup panjang dan oleh karena itu mungkin akan saya bahas di lain kesempatan. Sekian untuk topik kali ini, semoga bermanfaat.

-James Jayadi-
23 January 2023

==========================================

Random quote:

"If you go to the stock market without wanting to learn, you will be forced to learn through losses"
-James Jayadi-

Read more...

1/3

testestes
2013-2024 Stockbit 路AboutContactHelpHouse RulesTermsPrivacy