PETER LYNCH: P/ER rendah di CYCLICAL = EXIT?
Sudah lama gak posting yang serius di forum ini hehe..
Salah satu beda ilmu sosial dan science adalah kalo di science, semua faktor itu jelas dan fix. Kalo air di suhu 0 derajat yah beku. Mau diulang berapa kali pun hasilnya sama. Sedangkan ilmu sosial berurusan dengan manusia dan faktor2 yang dinamis, ADA faktor dan kondisi yang berbeda-beda di sana. Diulang belum tentu hasilnya sama.
Di P/ER rendah di cyclical = EXIT, sebenarnya kangmas Peter cuma mau ingetin.. ‘Hati-hati ya guys.. Berbeda dengan non-cyclical, P/ER LEBIH RENDAH di cyclical TIDAK SELALU berarti valuasi LEBIH MURAH.’
Mari kita gali lebih dalam. Kenapa?
1. Di non-cyclical, lagging demand-supply tidak separah cyclical. Itungannya bisa 1 tahun atau lebih. Akibatnya demand-supply dalam selang waktu bulanan bisa berbeda jauh. Ini jarang sekali terjadi di sektor non-cyclical.
2. Mampusnya adalah jika di 1 kwartal, net profit ada di peak TERAKHIR. Setelah itu drop banyak dan tidak pernah recover lagi alias cycle-nya end. Ujungnya bisa ditebak, PRICE ACTION tidak pernah kembali lagi.. Sampai cycle berikutnya.
Contoh case-nya begini. Misal P/ER di Q2 adalah 10.X. Karena Q3 begitu dahsyat revenue dan margin, P/ER menjadi 7.X alias 30% lebih murah. Di sektor non-cyclical, ‘prestasi’ ini luar biasa. Tetapi jika Q4 ternyata drop, tidak usah lah kembali ke P/ER 10.X, jadi P/ER 8.X saja.. market sudah was-was. Karena ekspektasinya adalah next Qnya akan drop terus menjadi P/ER 10, 12, 15 dst.. (dengan kondisi di harga yang sama).
Jadi apakah pernyataan di atas benar? Iya.. dengan catatan berikut:
1. Saya tidak memiliki keyakinan apakah cycle ini sudah di peak atau belum. Bagaimana jika ini long?
2. Murah nya tidak worth. Bagaimana jika worth it.
Jika 2 faktor di atas yang terjadi.. peak dan murah doang maka YES.. chance nya tidak bagus. Terutama yang no.2. Untuk memahami yang nomer 2, marilah kita tarik ke titik ekstrim: P/E 1 & DY 100%. Sebentar ya jangan ngegas dulu bahwa itu tidak mungkin terjadi. Biar jelas semuanya.
Jika ada 1 saham cyclical dengan P/E 1 & DY 100%, maka secara teoritis mau saham growth apa pun, jika growthnya di bawah 100%, tidak akan bisa melawan saham cyclical ini. Kenapa bisa begitu?
Katakanlah si A punya saham cyclical dan si B yang punya saham growth, masing-masing 1 Milyar. Maka di akhir pembagian deviden, yang perlu dilakukan si A adalah menggunakan semua deviden nya untuk membeli sebanyak yang dimiliki si B. Kalo masih kurang, tinggal sebagian saham cyclicalnya dijual.
Yang terjadi next nya adalah.. Si A memiliki saham growth sebanyak B plus sisa saham cyclicalnya. Jika ini yang terjadi, game over. Mau sampai kapanpun, B tidak akan bisa mengejar A.
Nah saya memberikan contoh di atas untuk membuktikan satu hal. HUKUM RELATIVITAS.
Murah/rendah itu relatif. Sebelum pandemi, P/ER 7 di company no debt itu sudah gilak. Jadi semua itu ada boundarynya. P/ER 10 ke 7 itu luar biasa, turun 30%. Tapi 10 ke 2 itu ekstrim, turun 80%.. ini 2 binatang yang totally different. Kalo lu kasih gw 10juta suruh gundulin rambut yah gw gak mau. Tapi kalo 200jt, lho kenapa tidak? Kira-kira begitu analoginya.
P/ER 7, efek dividen tidak terasa dan kita tahu mayoritas market tidak sabar. Tetapi jika jauh di bawah itu beda lagi ceritanya.
Nah balik lagi ke P/ER Murah, DY tinggi vs GROWTH. Kuncinya disini adalah ada range area yang di mana GROWTH lebih make sense, tidak usah pusingin exit dan volatilitas, tinggal duduk manis.
Tetapi seperti saya buktikan di atas.. ada juga range area di mana P/ER rendah, high DY memiliki advantage di atas GROWTH.
=====
Jadi jawaban atas DY+LOW PER vs GROWTH adalah… Berapa dulu DYnya? Berapa dulu P/ER nya? Berapa Growth-nya?
=====
Kalo mau ngomong DY tidak bisa dipastikan.. well emang growth bisa? Jangan lupa mereka yang bilang cyclical itu 2-3 tahun itu peak biasanya yang baru di bursa belum lama. Referensinya hanya 2017-2018, cyclical terakhir.
Kalo mau ngomong high growth divaluasi premium, hati-hati bos. Apakah valuasi premium itu ada korelasinya dengan rejim INTEREST Nol Koma, dollar murah THE FED? Yakin masih bisa terjadi nanti? Bagaimana jika di jaman INTEREST rate tinggi, giliran DY yang divaluasi premium bukan growth lagi?
Dan kalo mau ngomong DY cyclical tidak stabil, emang yang non-cyclical selalu stabil?
Jadi semuanya balik lagi ke asumsi masing-masing. Dan bagaimana men-judge asumsi itu? Tidak bisa. Dan kita benar atau salah tidak ditentukan oleh asumsi kita sama sekali karena kita bukan management.. kita hanya spektator, orang yang dari luar mengintip terus mikir sendiri.
Sama ceritanya dengan orang yang megang Argentina tidak berarti analisanya benar saat Argentina nya menang. Kecuali dia pelatih atau salah satu pemain.
Saya menulis ini bukan karena membela DY/PER over growth. Karena saya sendiri pun melakukan diversifikasi karena banyak hal yang tidak pasti di tahun 2023 ini.
Saya tertarik menulis ini karena ada satu hal penting. Analisa itu tidak bisa di compare, terlalu banyak kondisi berbeda dan juga tidak mungkin menetapkan TITIK AWAL dan AKHIR yang fair.
Kita hanya bisa PROMOTE dan menjelaskan pemikiran kita sendiri saja. Saat kita claim yang punya kita BENAR, yang sono SALAH.. di titik itu sudah tidak bener.
Sering debat di forum saham itu menggunakan PRICE ACTION sebagai aturan main, tetapi ayo jujur deh.. APAKAH pergerakan PRICE ACTION itu murni karena semua analisa lu? Khan kaga juga.
Regulasi, hoki, insiderss (hayoo..), politik. Begitu banyak faktor dinamis di luar analisa kita.
Buat aliran fundamental, kalo mau ngadu yang bener juga tidak seharusnya menggunakan PRICE ACTION karena itu kan tidak mencerminkan valuasi. Jangan pas gak enak aja ngomongnya gitu, pas enak ikutan comot PRICE ACTION.
Seharusnya ngadu di EPS growth, Ekuitas growth.. tapi siapa juga yang mau kan hehe. 😀😀