imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Bagaimana Mesin Ekonomi Bekerja?

Ekonomi bergerak didukung 3 faktor :
1. Pertumbuhan produktivitas
2. Siklus Utang Jangka Pendek
3. Siklus Utang Jangka Panjang

Awal mulainya mesin ekonomi terjajdi karena adanya transaksi antara penjual dan pembeli. Transaksi tersebut bisa tunai or kredit. Pembeli dan penjual terbesar adalah pemerintah. Sedangkan bank central yang mengendalikan uang dan kredit dalam perekonomian, hal ini yang akan mempengaruhi suku bunga dan printing money.

Transasi kredit paling berpengaruh di ekonomi. Jika suku bunga tinggi, maka pengkredit (peminjam) sedikit, jika suku bunga rendah maka peminjam banyak. Semakin tinggi kredit semakin banyak orang yang aktif konsumsi dalam pengeluaran. Kredit menjadi asset untuk si pemberi pinjaman, dan jadi hutang untuk si peminjam.

Jadi kenapa kredit penting? Karena ketika terjadinya transaksi kredit, maka si peminjam dapat meningkatkan konsumsinya dia atau pengeluaran dia, hal ini akan mendorong perekonomian karena terdapat banyak transaksi jual beli. Ketika terjadinya transaksi besar, akan banyak orang yang mendapatkan penghasilan lebih dari transaksi jual beli tersebut, karna uang berputar dalam roda perekenomian. Ketika banyak orang yang naik penghasilannya dan layak menerima kredit, maka kredit pun naik.

Tipe kredit ada 2 yaitu:
1. Kemampuan membayar kembali hutangnya. Orang yang memiliki penghasilan tinggi/lebih dari hasil kredit yang dimanfaatkan dengan baik akan memiliki kemampuan membayar hutang.
2. Kemampuan membayar hutang dengan jaminan. Orang yang tidak memiliki penghasilan tinggi/lebih atau penghasilan lebih kecil daripada cicilan hutang maka asset/jaminannya akan diambil.

Nah dari transaksi ini bisa disebut siklus. Transaksi terjadi Ketika anda harus memberikan sesuatu dan mendapat sesuatu.

Ke no. 1 yaitu “Pertumbuhan Produktivitas”

Semakin orang bekerja keras dan memiliki penghasilan tinggi maka akan tumbuh produktivitasnya, semakin malas dan sedikit penghasilan, akan semakin turun produktivitasnya.

Produktivitas paling penting dalam jangka panjang, sedangkan kredit paling penting dalam jangka pendek. Pertumbuhan produkstivitas tidak banyak berfluktuasi, sehingga tidak menjadi pendorong besar pada perubahan ekonomi. Sedangkan kredit, memungkinkan orang mengkonsumsi lebih banyak daripada yang dihasilkan. Untuk menyanggupi pembayaran kredit faktornya jika tidak bisa menambah penghasilan lebih banyak, maka harus mengurangi konsumsi.

Ayunan hutang/kredit terjadi dalam siklus besar. Yang pertama membutuhkan waktu 5-8 tahun, yang lainnya 75-100 tahun. Siklus pertumbuhan produktivitas terjadi juga karena banyaknya kredit.

Jadi siklus pertumbuhan produktivitas itu ada 2:
1. Pertama jika lurus lurus aja tanpa kredit, berarti banyak orang yang harus bekerja lebih keras untuk meningkatkan penghasilan dan meningkatkan konsumtif mereka.
2. Siklus yang bergelombang dari atas ke bawah, lalu bawah ke atas lagi ini terjadi karena kredit. Siklus yang kedua ini terjadi karena ada kredit lancar dan kredit macet. Ketika kredit lancar atau macet, hal ini bisa dipakai untuk memprediksi yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Nah kalau tanpa kredit, istilahnya untuk mendapatkan penghasilan lebih besar akan memakan waktu lebih banyak, sedangkan kalau menggunakan kredit untuk mendapatkan penghasilan lebih besar bisa terjadi dalam jangka waktu yang lebih pendek. Namun dalam jangka panjang kredit terkadang bisa menjadi hal buruk ketika banyak yang tidak mampu membayar kredit karena tidak sebanding antara hutang dan penghasilannya. Maka ketika mengambil kredit, harus dimanfaatkan dengan baik untuk mendapat penghasilan lebih banyak daripada hutang, namun hal ini memang tidak mudah untuk semua peminjam. Kredit dapat menciptakan siklus, siklus naik dan juga turun.

Ke no. 2 “Siklus Utang Jangka Pendek”

Saat aktivitas ekonomi meningkat, maka terjadi ekspansi. Ini terlihat dalam siklus hutang jangka pendek, pengeluaran (konsumsi) meningkat maka harga barang mulai naik, karena terjadi demand yang tinggi dan supply terbatas. Pengeluaran ini meningkat di dorong oleh kredit. Ketika pengeluaran dan penghasilan tumbuh lebih cepat dari barang yang tersedia (supply) maka harga naik, ketika harga terus naik terjadilah inflasi.

Dalam hal ini, Bank Central tidak ingin inflasi terus terjadi, maka Bank Central harus menaikan suku bunga. Ketika suku bunga naik maka bunga kredit naik, hal ini bisa membuat peminjam menambah beban bunga pada bunga hutangnya, hal ini juga membuat para calon peminjam berpikir 2 kali untuk meminjam uang/kredit. Hal tersebut berarti memaksa orang untuk membatasi pengeluaran agar tidak terjadinya kredit. Ketika konsumsi/demand turun dan supply sudah ditingkatkan, hal ini akan membuat harga barang turun, karena supply lebih banyak daripada demand, hal ini menyebabkan deflasi.

Ketika terjadi deflasi, konsumsi turun, kegiatan ekonomi turun, maka menyebabkan resesi. Jika resesi semakin parah, maka Bank Central harus menurunkan suku bunganya agar semua produktivitas naik lagi.

Ketika suku bunga turun, akan banyak orang aktif konsumtif lagi dan mengajukan kredit untuk kebutuhannya. Hal ini akan mendorong kembali perekonomian.

Dalam siklus hutang jangka pendek, pengeluaran dibatasi oleh kesediaan para pemberi pinjaman dan peminjam untuk menerima kredit. Ketika kredit terjadi dengan mudah atau mudah didapatkan maka ekspansi bisnis akan terjadi dengan mudah dan bisa menggerakan perekonomian, sedangkan jika kredit didapatkan dengan sulit maka menimbulkan resesi. Siklus ini dikendalikan oleh Bank Central. Siklus hutang jangka pendek biasanya berlangsung 5-8 tahun, dan terjadi berulang dalam beberapa dekade.

Nah dalam hal ini jika terus berulang, maka tingkat kredit akan semakin besar, ketika besar hal ini akan berpengaruh dalam siklus hutang jangka Panjang.

Ke no. 3 “Siklus Hutang Jangka Panjang”

Dalam siklus hutang jangka panjang, jika kredit terus meningkat memang akan membuat orang banyak konsumtif dan ekspansi. Hal ini bisa membuat banyak orang mendapatkan penghasilan lebih banyak, asset bertambah dan terus berlanjut meningkatnya kredit, ketika ini semua terjadi maka akan terjadi yang namanya Bubble.

Bubble terjadi ketika hutang dan pendapatan saling mengejar atau bahkan seimbang. Sebut saja rasio hutang terhadap pendapatan tersebut sebagai beban hutang.

Selama pendapatan terus meningkat, beban utang tetap bisa dikelola. Pada saat yang sama nilai asset melonjak. Dalam hal ini akan banyak orang mengajukan kredit untuk membeli asset sebagai investasi, ketika banyak orang yang membeli asset berupa tanah/bangunan maka harga asset tersebut akan bisa naik lebih tinggi.

Hal ini tidak akan terus terjadi, dimana asset terus tinggi harganya. Selama beberapa dekade, beban hutang perlahan meningkat, hal ini akan menciptakan pembayaran hutang menjadi semakin besar. Ketika beban hutang bertambah (suku bunga naik), maka beban peminjam akan naik. Hal ini akan mengakibatkan pendapatan beberapa pihak turun, ketika pendapatan turun, beban hutang naik, maka banyak orang mengurangi konsumsi mereka, ketika mengurangi konsumsi mereka hal itu akan membuat demand lebih sedikit daripada supply. Harga barang atau asset mulai jatuh, ketika jatuh inilah merupakan puncak siklus hutang jangka Panjang.

(SLIDE 2-4)

Contoh bubble terjadi tahun 2008, Amerika mengalami kebangkrutan karena industri hipotek memberikan dana kepada para peminjam yang sebenarnya tidak mampu membayar. Sehingga terjadi peningkatan kebangkrutan yang memicu ambruknya sejumlah lembaga peminjaman.

(SLIDE 5)

Oleh karena itu, sekarang ekonomi mulai mengalami Deleveraging. Dalam develeraging, orang-orang akan memangkas pengeluaran, pendapatan turun, kredit menghilang, harga asset turun, bank terjepit, pasar saham ambruk, ketengangan sosial meningkat. Ketika banyak orang yang kesulitan membayar hutang/kredit, akan berbondong-bondong menjual asset dengan harga murah.

Hal ini mirip dengan resesi tapi bedanya hal ini tidak bisa ditolong hanya dengan menurunkan suku bunga saja oleh Bank Central. Jika dalam resesi, cara menurunkan suku bunga adalah cara untuk mengurangi resesi karena merangsang pinjaman dengan nilai suku bunga rendah. Namun, dalam develeraging menurunkan suku bunga tidak berhasil karena suku bunga sudah rendah dan bahkan 0%.Pada tahun 1930 dan 2008 suku bunga di Amerika pernah 0% dalam develeraging.

Perbedaan resesi dan develeraging adalah bahwa dalam develeraging beban utang peminjam menjadi terlalu besar dan tidak dapat dikurangi dengan menurunkan suku bunga saja. Ketika hutang menjadi terlalu besar hingga nilai asetnya tidak berharga, maka banyak yang tidak layak kredit. Peminjam tidak mampu kredit lagi, dan pemberi kredit juga tidak bersedia memberi kredit lagi.

Hal ini beban hutang harus diturunkan, ada 4 cara :
1. Memotong Pengeluaran
Orang biasa, pembisnis bahkan pemerintah harus memangkas pengeluaran mereka.
2. Hutang di kurangi melalui default dan restrukturisasi.
3. Kekayaan di distribusikan kembali dari yang kaya ke yang tidak mampu.
4. Bank Central mencetak uang baru.

Ketika banyak orang yang memangkas pengeluaran, berarti akan banyak penghasilan atau pendaparan turun dari berbagai bisnis. Hal ini menyebabkan deflasi, jika deflasi maka banyak perusahaan yang memangkas biaya sehingga menyebabkan banyaknya pengangguran.

Ketika banyak pengangguran maka menyebabkan penghasilan pajak di pemerintahan berkurang. Maka hal ini pemerintah membuat stimulus untuk membantu masyarakat yang tidak berpenghasilan agar tetap terus bertransaksi atau konsumsi untuk menutupi penurunan ekonomi.

Defisit anggaran pemerintah meledak dalam develeraging karena mereka membelanjakan lebih banyak daripada mereka pemperoleh penghasilan dari pajak. Ketika anggaran defisit, maka pemerintah harus menaikan pajak atau opsi lain adalah berhutang.

Pajak dinaikan khusus untuk orang-orang kaya, dari situlah nanti akan diputar untuk orang-orang kurang mampu/yang layak dapat bantuan. Hal ini akan menyebabkan kesenjangan, hal ini juga akan terjadinya campur tangan politik, hal ini yang biasanya menyebabkan perpecahan.

Ketika banyak yang protes maka cara selanjutnya adalah mencetak uang atau bahasa kerennya printing money. Mencetak uang bersifat inflasi dan stimulatif. Dalam mencetak uang ini, uangnya dipakai untuk membeli asset keuangan, hal ini dapat membantu menaikan harga asset yang membuat orang lebih layak kredit. Namun, hal ini hanya membantu mereka yang memiliki asset keuangan. Bank sentral bisa mencetak uang tapi hanya bisa membeli asset keuangan seperti obligasi.

Di sisilain, pemerintahan dapat membeli barang dan jasa dan meletakan uangnya ke rakyat tetapi tidak bisa mencetak uang. Jadi bank sentral dan pemerintahan harus bekerja sama.

Dengan membeli obligasi pemerintah, Bank Central meminjamkan uang kepada pemerintah yang memungkinkannya mengalami defisit dan meningkatkan pengeluaran untuk barang dan jasa melalui program stimulus dan tunjangan pengangguran. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta utang pemerintah. Hal ini juga, ini akan menurunkan beban hutang perekonomian.

Cara deflasi perlu di imbangi dengan cara inflasi untuk menjaga kestabilitasan. Jika seimbang akan menjadi Beautiful Deleveraging.

Intinya pendapatan harus tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan hutang.

Tulisan ini terinspirasi dari youtube Principles by Ray Dalio

Happ cuan $IHSG
$ELIT $GOTO $BBCA $ELSA

Read more...

1/5

testestestestes
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy