imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Likuiditas $IHSG Kritis?

Market liquidity atau likuiditas market adalah banyaknya duit yang berada di market sehingga seorang investor bebas melakukan penjualan dan pembelian saham tanpa mempengaruhi harga saham. Jadi misalnya seorang investor lagi butuh duit mendadak, dia jual saham $BBCA 10.000 lot di market reguler tanpa bikin saham BBCA ARB, itu artinya likuiditas di saham BBCA sangat bagus.

Dan contoh kalau kamu punya saham $BOSS lalu kamu pengen jual 10.000 lot saham di market regular dan langsung ARB 7 hari 7 malam itu artinya likuiditas di saham BOSS kurang besar.

Hal yang sama berlaku juga ketika kita hendak beli saham. Kalau beli 10.000 lot saham BBCA tidak bikin BBCA ARA, itu artinya likuiditas offer di BBCA juga bagus. Tapi kalau misalnya beli saham BOSS 10.000 lot lalu saham BOSS ARA 7 hari 7 malam, itu artinya likuiditas barang di BOSS juga tipis.

Jadi likuiditas itu harus dua arah, baik untuk yang beli dab yang jual.

Jika seorang investor dapat membeli dan menjual saham dengan cepat sebuah saham tanpa ada delay dan tanpa ada ARA ARB, itu artinya saham tersebut likuid.

Itulah mengapa, jangan beli saham LQ45 kalau pengen cari saham yang gampang ARA karena saham yang likuid itu artinya sulit untuk ARA karena jumlah pembeli setara dengan jumlah penjual.

Ketika tumbul ketidaksetaraan antara penjual dan pembeli, maka itu artinya saham tersebut tidak likuid.

Nah, terkait likuiditas market di IHSG, saya memperhatikan kalau IHSG makin tidak likuid menjelang akhir tahun.

Transaksi di market reguler makin menipis. Kemarin saja total transaksi Reguler dan negosiasi hanya mencapai 8,e
3 Triliun rupiah.
https://cutt.ly/P0Z9vye

Padahal di Q1 - Q2 2022, transaksi di IHSG dalam sehari itu bisa mencapai 16 Triliun.
https://cutt.ly/Y0Z9Qdt

Saya tidak mengerti mengapa bisa terjadi Liquidity Crunching di IHSG.

Apakah karena banyak investor yang nyangkut?

Apakah karena banyak trader yang pensiun dini dari market karena rajin cutloss?

Apakah jumlah investor berkurang?

Apakah Investor banyak yang take profit untuk dananya di parkir ke instrumen lain seperti emas dan SBN?

Apakah Investor take profit dan gunakan dananya untuk sektor real seperti bangun usaha atau foya-foya?

Padahal jumlah investor di Indonesia terus bertambah.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal di Indonesia mencapai 10,15 juta orang hingga November 2022. Jumlah tersebut meningkat 35,57% dibandingkan setahun sebelumnya yang sebanyak 7,49 juta orang.

Dengan jumlah investor 10 juta orang, nilai transaksi hanya 8,3 Triliun rupiah sehari. Itu artinya 1 investor hanya sumbang transaksi 830ribu rupiah.

Kita bandingkan dengan di 2021, ketika investor masih 7 juta orang. Rata-rata transaksi sehari di Desember adalah 12 Triliun rupiah. Itu artinya 1 investor menyumbangkan transaksi rata-rata 1,7 juta rupiah.
https://cutt.ly/n0Z3pK0

Bandingkan dengan 2020, ketika jumlah investor masih 3,88 juta orang. Nilai transaksi di Desember tembus 18 Triliun sehari. Itu artinya 1 investor menyumbangkan transaksi 4,6 juta rupiah.
https://cutt.ly/X0Z8eq7

Bandingkan dengan 2019, ketika jumlah investor 2,49 juta orang. Nilai transaksi di Desember 8 Triliun sehari. Itu artinya 1 investor menyumbangkan 3,2 juta rupiah.

Di 2022, investor saham memang makin banyak tapi likuiditas market malah makin kecil. Nampaknya banyak investor yang makin kere. Di 2020 - 2021 banyak investor yang merasa dirinya adalah dewa karena gampang banget cuan di saham gorengan yang zero earning. Tapi di 2022, reality hit hard.

Banyak yang cuannya selama 2020-2021 diminta kembali oleh market. Banyak investor ritel yang miskin mendadak tapi tidak ada yang banyak bahas karena banyak investor ritel yang tidak mau mengakuinya.

Namun likuiditas di market telah menceritakan semuanya. Makin banyak investor justru tidak membuat nilai transaksi di IHSG menjadi lebih besar dari tahun 2020. Duit investor banyak parkir di saham IPO yang fundamentalnya tidak jelas. Aturan wajib cetak laba 3 tahun berturut-turut sebelum IPO sudah tidak berlaku lagi. Semua perusahaan bisa IPO. Entah IPO nya untuk benar-benar membesarkan perusahaan atau malah hanya untuk exit strategy.

Liquidity di market hanya bisa bertambah jika
1. Ada investor baru yang masuk melakukan top up RDN
2. Ada injeksi modal baru dari investor lama lewat RI, PP, OWK
3. Ada injeksi modal baru dari reinvestasi dividen

Dari 3 hal di atas, yang menurut saya paling sustainable dalam menjaga Liquidity di market adalah dividend reinvesting.

Disclaimer: http://bit.ly/3bLj4Oc
https://cutt.ly/mBMgSj6
https://bit.ly/3SJLT0W
http://bit.ly/3MhGBr6
https://bit.ly/3LsxlQJ
https://bit.ly/3CJthZl

Read more...
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy