imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Skydrugz Corner: $BBTN, Apakah Memang Cocok Untuk Investasi?

Di postingan sebelumnya saya melakukan skrining terhadap saham LQ45 untuk melihat saham manakah yang secara valuasi PBV dan PER masih relatif lebih murah jika dibandingkan dengan saham LQ45 lainnya serta belum diapresiasi market sejak awal tahun 2022. Mereka mencetak banyak laba tapi market seolah menutup mata. Saham-saham yang masuk dalam skrining antara lain BBTN $ERAA MNCN
https://cutt.ly/oMYPVIE

Saya pun penasaran sama BBTN. Saham LQ45, cetak laba lebih dari 2 Triliun dalam 9 bulan tapi market tidak memberikan apresiasi. Apakah BBTN layak untuk investasi?

Untuk tahu apakah BBTN layak invetasi maka kita perlu bandingkan dengan emiten lain yang sejenis yakni sektor perbankan konvensional,

Dari 24 bank konvensional yang terbesar di IHSG saat ini tersisa 12 saham yang belum diapresiasi market sejak awal tahun 2022.

Sebenarnya ada banyak cara untuk menentukan mana bank besar dan kecil. Hisap pakai aset, Revenue, laba, jumlah nasabah dan lain-lain. Tapi untuk postingan kali ini saya menggunakan variabel pinjaman yang disalurkan sebagai indikator utama untuk menentukan besar dan tidaknya sebuah bank. Karena menurut saya, pinjaman yang disalurkan adalah sumber utama Revenue bank. Jika bank tidak bisa menyalurkan pinjaman maka bank itu gagal disebut sebagai bank.

Dari batasan definisi di atas maka bank konvensional terbesar di bursa saat ini adalah $BBRI $BMRI $BBCA dan BBNI. (lihat gambar 1)

Dari tabel gambar 1 kita bisa lihat kalau BMRI adalah bank terbesar yang menyalurkan pinjaman dengan total 1070 Triliun rupiah. Tapi kalau BBRI sudah rilis LK Q3 2022 nampaknya posisi BMRI akan tergeser oleh BBRI. (Artikel ini dibuat sebelum BBRI rilis LK Q3 2022, setelah rilis LK Q3 2022, BBRI menjadi bank penyalur kredit terbesar di Indonesia, menggeser BMRI).

Yang menurut saya unik adalah BBTN. Meskipun modal inti BBTN belum mencapai 30 Triliun rupiah, tapi kredit atau pinjaman yang disalurkan BBTN hingga Q3 2022 sudah mencapai 245 Triliun. Meninggalkan penyaluran kredit bank dengan modal inti di atas 30 Triliun lainnya seperti BDMN, BTPN, BNGA, NISP, PNBN.

Pinjaman yang disalurkan BBTN 245 Triliun versus
BNGA 174 Triliun
BTPN 152 Triliun
BNLI 126 Triliun
NISP 123 Triliun
PNBN 118 Triliun
BDMN 110 Triliun

Masalah utama BBTN yang terbesar adalah bagaimana memaksimalkan semua pinjaman yang disalurkan tersebut menjadi revenue dan laba. (cek gambar tabel 2)

Secara rasio revenue dan laba terhadap pinjaman yang disalurkan, BBTN rasionya masih di bawah rata-rata bank konvensional lainnya. Rata - rata bank konvensional untuk Revenue to Loan (RtL) adalah 8,61% sedangkan untuk net income to loan (NItL) adalah 1,73%. Sedangkan RtL BBTN hanya 7,73% dan NItL nya 0,93%. (cek gambar tabel 2)

Meskipun rasio profitabilitas nya memang di bawah rata-rata, menurut saya BBTN tetap menarik untuk dikoleksi karena:

1. BBTN sedang dalam tahap perbaikan fundamental perusahaan dengan peningkatan CKPN dan penurunan NPL. Jika NPL Coverage BBTN sudah mencapai >200% seperti bank Himbara dan BBCA maka BBTN punya potensi laba akan meroket juga. Saat ini NPL Coverage BBTN adalah 150,49%. Tinggal 50% lagi langsung tembus NPL Coverage 200%. Setelah itu tinggal party laba seperti BBNI, BMRI, BBCA yang sudah NPL Coverage >200%. (lihat gambar 3)

2. NPL Gross BBTN sudah turun dari 3,94% menjadi 3,45%. Jika prestasi ini bisa diteruskan maka ada potensi NPL bisa ditekan <3% di masa depan.

3. Valuasi BBTN masih sangat murah dan belum diapresiasi market.
Dari sisi valuasi, BBTN menjadi salah satu bank dengan laba tahun berjalan di atas 2 Triliun rupiah yang belum di apresiasi market. (lihat gambar 4)

Dari sisi valuasi, BBTN menjadi salah satu bank dengan laba tahun berjalan di atas 2 Triliun rupiah yang belum di apresiasi market.

Dari saham - saham yang cetak laba di atas 2 Triliun rupiah, yang anjlok sejak awal tahun 2022 hanya saham BBTN dan BNLI. (lihat gambar 4)

Padahal saham - saham lain yang laba di atas 2 Triliun, return sejak awal tahun rata-rata sudah naik >20% sedangkan BBTN dan BNLI malah anjlok.

Dari saham - saham laba di atas 20 Triliun yang PBV dan PER di bawah rata-rata masing-masing 1,66 dan 11,83 maka yang Undervalued antara lain BBTN NISP BNGA (lihat gambar 5).

NISP, BBTN, BNGA, BTPN, BDMN, BBNI masih undervalued kalau dibandingkan dengan PER dan PBV bank rata-rata, tapi yang sampai sekarang belum diapresiasi market adalah BBTN. Sejak awal tahun minus 11,27%. Kalau mau kontrarian, menurut saya BBTN adalah pilihan yang menarik.

Disclaimer: http://bit.ly/3bLj4Oc
https://cutt.ly/mBMgSj6
https://bit.ly/3SJLT0W
http://bit.ly/3MhGBr6
https://bit.ly/3LsxlQJ
https://bit.ly/3CJthZl

Read more...

1/5

testestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy