Saham: PGAS - PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.

modal saya jg kecil, masih pemula $PGAS

@ayahhera youtube Pintarsaham @mustakawarman
https://cutt.ly/VrRbTbcO
$MEDC $PGAS $ELSA

$RGAS $PGAS tersangkut

@Tripamujo1610 yg update(bulanan) dan detil seperti gambar contohnya emiten $PGAS

$PGAS Apakah Sedang Diakumulasi Aseng?

Pertanyaan salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau kita lihat saham PGAS, perusahaan gas negara yang dikuasai Pertamina, memang kelihatannya sangat aneh. Ini saham kok kaya nggak niat naik ya. Padahal secara fundamental dia punya semua kriteria saham bagus. PER rendah, PBV diskon, kas besar, dividen tinggi. Tapi kenyataannya, harga malah nyungsep. Dalam 1 bulan turun 15%, padahal sebelumnya sudah stabil dan bahkan asing serta reksadana lokal malah terus nambah porsi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari situ mulai muncul kecurigaan dan teori konstipasi Wahyudi. Jangan-jangan ini harga sengaja ditekan biar institusi bisa borong murah. Jangan-jangan ini mainan para bandar institusi yang mark down harga sambil menakut-nakuti investor ritel.

Untuk menjawab itu, kita perlu lihat dari beberapa sisi. Pertama, data Stockbit menunjukkan bahwa memang ada pergeseran besar kepemilikan. Per Mei 2025, investor individu hanya sisa 2,06% dari total kepemilikan publik. Setahun sebelumnya masih 11,91%. Artinya dalam waktu kurang dari 12 bulan, ritel kabur besar-besaran. Yang masuk adalah institusi. Perusahaan lokal dan reksadana nambah total 8%, dan asing juga nambah hampir 2%. Jadi hampir semua saham yang dulu dipegang ritel sekarang sudah berpindah ke tangan institusi. Ini bukan dugaan. Ini fakta dari KSEI yang ada di Stockbit.

Apa yang terjadi di tengah perpindahan ini? Harga bukannya naik, malah dibuat stagnan, bahkan turun. PGAS diperdagangkan di kisaran 1.425 sampai 1.895 selama 6 bulan terakhir. Bahkan ketika ada berita bagus soal dividen jumbo dan arus kas perusahaan yang sehat, harganya tetap lesu. Ini sangat kontras dengan teori pasar efisien yang bilang bahwa harga mencerminkan informasi. Nyatanya, informasi bagus tidak membuat harga naik. Kenapa bisa begitu?

Bisa jadi ini adalah strategi investor institusi. Mereka tidak ingin harga naik saat mereka masih dalam tahap akumulasi. Kalau harga naik terlalu cepat, mereka harus borong lebih mahal. Jadi caranya adalah beli pelan-pelan, lewat broker berbeda, lewat pasar negosiasi, bahkan lewat crossing antar institusi. Di sisi lain, mereka biarkan harga turun dengan membiarkan order jual kecil masuk di harga bawah. Tujuannya bukan menjatuhkan harga secara paksa, tapi menjaga ilusi bahwa saham ini belum menarik. Sementara itu, mereka pelan-pelan kumpulin saham dari tangan ritel yang mulai takut dan lelah.

Apakah ini masuk kategori manipulasi? Yo Ndak tahu, kok tanya saya. Tapi secara teori sih, itu bukan manipulasi. Strategi tekan harga untuk mendapatkan banyak barang di harga murah ini tidak masuk kategori illegal seperti menyebar hoaks atau insider trading. Yang dilakukan investor institusi adalah pemanfaatan kondisi pasar yang ada. Ketika investor ritel lokal takut karena laba PGAS turun 46%, institusi masuk karena mereka mungkin tahu kalau turunnya laba cuma sementara, dan mereka lebih peduli bahwa PGAS punya kas Rp 25 triliun lebih, free cash flow Rp 10 triliun, dan nilai buku di Rp 1.978, jauh di atas harga pasar yang cuma Rp 1.550. Jadi dari sisi valuasi, ini saham sedang diskon. Tapi dari sisi psikologis, ini saham sedang dijauhi karena performa jangka pendeknya tampak buruk. Dan itulah celah yang dimanfaatkan institusi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Bisa jadi investor institusi tahu apa yang ritel nggak tahu. Ini hanya hipotesis ya. Tapi bukan karena investor institusi punya informasi rahasia, melainkan karena mereka punya alat dan orang yang lebih siap. Mereka bisa ngobrol langsung dengan direksi PGAS dan Pertamina di forum RUPS atau public expose. Mereka punya analis yang ngitung skenario bisnis sampai 3 sampai 5 tahun ke depan. Mereka lihat struktur bisnis gas dari hulu ke hilir, dan tahu bahwa fluktuasi laba kuartalan bukan akhir dari segalanya. Sementara itu, sebagian besar investor ritel cuma lihat headline yang bilang laba turun 46% dan langsung panik jual.

Ini seperti kita lagi nonton catur tapi nggak ngerti strateginya. Kita lihat lawan diam, kita kira dia bingung. Padahal dia sedang pasang jebakan. Institusi itu lagi pasang bid pelan-pelan, tapi sekaligus pasang offer tebal di atas biar ritel merasa ngeri sama tekanan jual. Padahal itu bisa jadi hanya fake offer. Dan ketika semua investor ritel lokal sudah keluar dan saham di tangan mereka, tinggal tunggu satu kabar bagus. Laporan Q2 membaik, proyek baru Pertamina diumumkan, atau kepemilikan asing tembus 22%. Lalu harga tinggal digeser ke atas, sedikit demi sedikit, sambil menikmati kenaikan nilai sekaligus dividen. Sekali lagi ini hanya hipotesis skenario. Belum tentu benar karena saya bukan investor institusi. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Kalau nanti harga PGAS tiba-tiba naik ke 1.800 sampai 2.000, dan retail pada ramai masuk lagi, saat itu mungkin institusi akan mulai jualan. Tapi saat ini, mereka belum selesai belanja. Maka jangan heran kalau harga masih terlihat lesu. Karena kalau kamu sedang belanja di pasar, kamu juga pasti berharap barang nggak naik dulu, kan. Sama aja. Institusi ingin belanja diam-diam sebelum kereta berangkat.

Jadi harga PGAS memang tidak naik bisa jadibukan karena jelek, tapi karena pemain besar belum selesai isi gerbong. Mereka bukan sedang jahat atau manipulatif, tapi mereka cerdas. Mereka manfaatkan kondisi pasar, pemahaman mendalam, dan kesabaran. Retail yang panik memang jadi sasaran mereka. Bukan karena mereka zolim, tapi karena pasar itu bukan tempat untuk yang buru-buru dan gampang ikut arus.

Kalau kita ritel selot selot mau belajar dari ini semua, pelajarannya jelas. Jangan terlalu cepat panik. Belajar lihat struktur kepemilikan, arus kas, dan tren kepemilikan institusi. Karena kadang, harga bukan tentang fundamental hari ini, tapi tentang siapa yang sedang memindahkan saham dari tangan lemah ke tangan kuat. Dan PGAS adalah contoh sempurna dari proses itu.

Tinggal lihat nanti di LK Q2 2025 apakah laba PGAS makin nyungsep atau malah naik. Kalau ternyata labanya naik, berarti investor asing yang akumulasi dalam beberapa bulan terakhir itu memang punya informasi A1. Tapi kalau ternyata labanya malah anjlok berarti sama aja dong mereka kayak kita yang ritel.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

PGAS

Perusahaan Gas Negara Tbk.

1,550

+20

(1.31%)

53.96 M

67.73 M

Company Background