Volume
Avg volume
PT Tifico Fiber Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan serat poliester. Produk-produknya diklasifikasikan ke dalam empat jenis: chip poliester, termasuk semi kusam, kusam penuh, cerah, dan pewarna kationik; benang filamen poliester, termasuk benang fully oriented, benang spin drawn, benang partially oriented, benang drawn textured, dan benang-benang khusus; serat stapel poliester, termasuk serat biasa, serat berongga, dan serat pintasan, serta RCL. Perusahaan ini mengoperasikan fasilitas produksi di Tangerang, Indonesia. Hasil produksi dipasarkan di pasar lokal dan juga di ekspor ke beberapa negara di A... Read More
$TFCO: Perusahaan dengan Boring Business
Diskusi tentang saham Jong Kox Gembelisasi di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Bayangkan kamu lagi nongkrong di warung bakso Pak Toto. Bakso-nya enak, kuahnya gurih, tempatnya bersih, dan yang paling penting adalah warung ini sudah berdiri sejak zaman bokap kamu masih pacaran sama nyokap kamu. Gak ganti-ganti pemilik, gak pernah pindah tempat, tapi tetap laris dan punya pelanggan loyal. Warung ini punya satu keunikan yakni meskipun dapurnya ramai dan mangkoknya gak pernah kering, ternyata sumber keuntungan utama warung ini bukan dari jualan bakso, tapi dari bunga deposito. Yup, Pak Toto lebih banyak dapat uang dari uang yang dia simpan di bank ketimbang dari jualan mie atau tahu goreng. Dan kalau kamu bisa bayangkan warung itu dalam bentuk perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia, maka itulah PT Tifico Fiber Indonesia Tbk atau TFCO. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
TFCO adalah pabrik bahan baku serat sintetis. Bukan perusahaan yang kamu temuin produknya langsung di rak minimarket. Tapi kamu pasti pakai atau konsumsi hasil akhir dari produk mereka. Mereka bikin empat jenis barang yakni Staple Fiber (serat pendek yang dipakai buat isi bantal, kasur, jok mobil, karpet), Filament Yarn (benang panjang untuk tirai, pakaian olahraga, sabuk pengaman), PET Chip (butiran plastik dasar buat botol Aqua, kemasan makanan, dll), dan RCL alias chip hasil daur ulang (buat tas belanja ramah lingkungan, kaos daur ulang, dll). Dari empat itu, yang paling gede kontribusinya adalah Staple Fiber karena menyumbang 54% dari total penjualan, disusul Filament (24%), Chip (20%), dan RCL hanya 1,3%. Tapi lucunya, yang paling menguntungkan itu justru si RCL dengan gross margin 57%, sedangkan Chip malah rugi kotor 3,1%. Jadi, bayangin Pak Toto jualan bakso isi wagyu tapi cuma 1 mangkok sehari, sedangkan bakso isi tulang ayam yang bikin rugi dia jual 100 mangkok. Iya, aneh. Tapi begitulah bisnis sok sial. Mungkin induknya yang suruh bisnis begitu.
Sekarang kita ngomongin rantai pasokan TFCO. Bahan utama yang masuk ke pabrik TFCO itu PTA dan MEG, dua bahan kimia turunan minyak yang jadi tulang punggung pembuatan plastik dan serat. PTA dan MEG ini mereka beli dari dua vendor besar yakni PT Ineos Aromatics Indonesia dan PT Merak Chemicals Indonesia, yang menyumbang 73% dari total utang usaha TFCO. Jadi hampir semua bahan baku tergantung dua pemasok. Barang mentah ini diolah jadi fiber, yarn, chip, lalu dikirim ke pelanggan mereka yakni pabrik tekstil, otomotif, dan kemasan seperti Teijin Frontier Jepang, World Yamatex, Indo Kordsa, Pacific Poly, Kewalram Indonesia, dan lainnya. Produknya gak dijual ke retail, jadi kamu gak akan nemu label “Tifico” di kaos yang kamu beli, tapi bahan dasarnya kemungkinan besar dari mereka. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Mayoritas saham TFCO (33%) dikuasai oleh PT Prospect Motor, sebuah perusahaan yang menariknya juga terkait dengan Honda di Indonesia. Sisanya dimiliki publik. Gak ada grup konglomerat besar di belakang TFCO, dan ini bikin perusahaan ini “netral” gak ada campur tangan terlalu dalam dari grup tertentu. Gak ada manuver aneh-aneh. Tapi ya itu tadi, karena gak ada pendorong agresif juga, mereka jadi terkesan jalan di tempat. Paling dikendalikan pesanan jok mobil Honda CRV. Bisa jadi bahan jok mobil $ASII dan $IMAS juga dari sini. Who knows.
Laba bersih Q1 2025 TFCO sebesar $2 juta, tapi $698 ribu (30%) berasal dari bunga deposito dan obligasi. Jadi mereka gak cuma hidup dari “jualan bakso serat nilon”, tapi juga dari bunga tabungan. Mereka punya kas $47,8 juta dan investasi di obligasi dan surat utang senilai $39 juta, total $87 juta, yang nyaris 60% dari market cap mereka ($147 juta). Sementara laba operasional inti mereka cuma $1,56 juta, yang bisa naik tahun ini karena harga bahan baku turun dan biaya-biaya ditekan. Tapi dari situ aja udah kelihatan, perusahaan ini hidup dari hasil disiplin keuangan, bukan dari pertumbuhan bisnis. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
TFCO adalah tipe warung bakso yang disiplin banget seperti Pak Toto. Gak punya utang berbunga, DER-nya cuma 0,08x, total aset $340 juta, liabilitas kecil hanya $25 juta, dan ekuitas gede $315 juta. Arus kas operasional positif $5,1 juta, dan Capex-nya kecil banget ($455 ribu), jadi gak boros dan gak terlalu ekspansif. Tapi dari sisi laba? Tipis. Gross margin hanya 5,7%, operating margin 3,3%, net margin 4,2%. Bahkan kalau dibandingin sama tukang bakso keliling yang bisa punya margin 20%, TFCO ini kalah jauh.
Harga saham TFCO saat tulisan ini dibuat adalah Rp500 per lembar. Dengan jumlah saham 4,82 miliar, market cap-nya sekitar Rp2,41 triliun atau $147 juta. Bandingkan sama ekuitas $315 juta, maka PBV-nya cuma 0,47x. Murah banget. Tapi kalau lihat laba tahunan yang sekitar $8 juta, PER-nya jadi 18,4x. Mahal. Ini ibarat kamu beli warung bakso Pak Toto karena tanahnya luas dan uang kas-nya banyak, tapi kamu tahu omzetnya gak tumbuh-tumbuh. Jadi murah di neraca, tapi gak murah kalau hitung return. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi TFCO ini bisa dianggap sehat secara keuangan, gak boros, gak punya utang, laba kasable, dan punya pelanggan tetap. Cocok banget buat investor konservatif yang cari tempat aman buat parkir duit. Gak ada risiko besar, gak ada drama. Dan yang paling penting, mereka masih relevan. Orang masih butuh bantal, botol plastik, dan jaket olahraga. TFCO adalah salah satu dari sedikit emiten manufaktur yang masih bertahan lebih dari 50 tahun.
Tapi sayangnya TFCO ini gak ada semangat ekspansi. Gak ada transformasi. Produk yang rugi masih dijual besar-besaran (Chip), produk margin tinggi (RCL) cuma jadi pelengkap. Manajemen terlalu konservatif, lebih sibuk nyimpen uang daripada muter modal. ROE dan ROA sangat rendah (2,5% dan 0,6%), revenue stagnan, dan kontribusi laba besar datang dari bunga, bukan dari operasional.
Jadi TFCO ini mirip warung bakso Pak Toto yang punya dapur bersih, pelanggan tetap, kas gede, gak punya utang ke tukang daging, dan gak pernah bon ke PLN. Tapi jualannya cuma bakso biasa, gak pernah ganti resep, gak nambah cabang, dan gak naikin harga. Aman? Banget. Tapi bikin kaya cepat? Kayaknya enggak. Cocok buat yang pengen investasi tenang dan gak gampang kaget. Tapi buat kamu yang cari pertumbuhan dan gebrakan, TFCO bukan tempatnya. Ini bukan warung buat franchise. Ini warung buat nongkrong, makan pelan-pelan, dan tidur nyenyak. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sepi banget sahamnya, ndak ada bandar yang main di sini.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10
Do Your Own Research Silahkan (Diriset Kembali)
#Yang Terbaik Jangan Gegabah
#Terima Kasih Koreksinya Yah Kak Yah🎀
#Tidak Menerima Debat
#Unsur Sara, Scam, Dan Unsur Hate ,Block Permanen Yah Kak Yah 🚫⚠️🤭
Tag :
$TFCO $PJAA
1/7