995

-15

(-1.49%)

Today

475,700

Volume

1.28 M

Avg volume

Company Background

PT Panin Insurance Tbk. atau PNIN menjalankan usaha di bidang asuransi kerugian. Pada tahun 2014 PT Panin Insurance Tbk melakukan aksi korporasi yaitu mengalihkan seluruh portofolio pertanggungan ke anak perusahaan dan berubah nama menjadi PT Paninvest Tbk serta melakukan perubahan kegiatan usaha di bidang periwisata. PT Paninvest Tbk tergabung dalam Panin Grup, kelompok usaha yang bergerak di sektor jasa keuangan yaitu perbankan, asuransi jiwa, asuransi umum, pembiayaan dan sekuritas.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNLF $PNBN berdasarkan pengalaman yang newbie ini di dalam palung bersama bandar lebih tenang dari pda di atas gunung takut ditinggal bandar 😁 sepertinya bntr lagi naik sprti $PNIN

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNLF nitip sendal,, kmrn abis cuan di $PNIN hampir sama polanya

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@iamwilliam ada 2 bagian. bagian pertama di pendapatan, masukkan pada pendapatan final berupa deviden. bagian kedua pada bagian reinvestasi.

Untuk tata caranya, ada di youtube. saya rekomendasikan video Pak Rudiyanto, MI Panin Aset Mangement. Disearch saja.

$PNIN $BBCA $BJBR

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNIN
High Volume BreakOut.
4 Juni 2025
Closing Range: 85/100

DYOR

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNIN Bagi dividen Rp. 1T bisa dong daripada di simpen terus cash nya

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNBN $PNLF $PNIN

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNIN lumayan naiknya... target 1200 jika ada deviden

$CFIN $SRTG

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNIN di sini dri tgl 23 May memantau pergerakan papi YP,, Alhamdulillah masih dikasih kluar 🥺 sempet pesimis lama kluarnya haha thank u papi YP sudah dicarry,, hati' dijalan,, keknya bisa smpe 1060.. 💪💪

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNIN Hati hati yaa di jalan

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNIN kok terbang?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNIN Panin Invest hari ini naik 10% menuju angkasa🚀🚀 Chart Teknikal besok koreksi, senin depan bisa beli lagi

Panin Cycle = Nilai investasi naik, Panin Financial naik $PNLF

Keuangan di kelola Panin saat ini dianggap bagus dan saham panin lainnya masih tergolong undervalued untuk saat ini.

Kemungkinan besar saham panin akan menuju bintang di Q2 2025 ini🔥🔥🔥

$PNBN sektor perbankan

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNIN in DBS we trust

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNBN hari ini breakdown dengan volume jumbo, tanda-tanda kurang enak ini, keliatan di broksumnya juga bener" ekstrem ini distribusinya, Foreign yg keliatan banyak buang barang di PNBN hari ini, so memang mesti hati", mestinya bisa lanjut koreksi ini PNBN kedepannya dalam jangka pendeknya.

PNBN kucek ada support kuat di 1040-1060, kemungkinan besar PNBN bisa koreksi menuju area ini dalam jangka pendek kedepannya.

Menurutku, better wait n see dulu untuk PNBN, tidak usah terburu" serok/entry mengingat saat ini confirm Bearish n tekanan jualnya juga masih sangat besar, tunggu saja hingga tekanan jualnya sudah bener" mereda.

$PNLF $PNIN

Read more...

$PNBN $PNLF $PNIN
Uji nyali di grup panik Haka selot

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@Gamasyah kalau $PNIN jd diambil sm DBS ini $PNLF bisa terbang lord minimal ke 5000

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Nawar?

Dalam dunia saham, Order Book adalah cermin psikologi pasar yang paling jujur. Banyak trader pemula sering terkecoh ketika melihat antrean tebal di sisi bid (penawaran beli) dan mengira itu sebagai pertanda kuat bahwa harga akan naik. Namun kenyataannya, bid tebal belum tentu berarti saham akan naik, bahkan sering terjadi justru saham tersebut dalam kondisi downtrend. Lalu, mengapa bisa begitu?

Saat market sedang dalam tekanan atau tren turun, para pelaku pasar cenderung tidak berani membeli di harga tinggi. Mereka memilih untuk “nawar di bawah” — memasang bid jauh di bawah harga terakhir. Akibatnya, terbentuklah antrean bid yang tebal, bukan karena optimisme naik, tapi justru karena ketakutan akan penurunan lebih lanjut. Fenomena ini menggambarkan bahwa meski minat beli besar, tapi kepercayaan diri pasar sedang rendah, dan itu selaras dengan arah teknikal yang memang menurun.

Bid tebal juga bisa menjadi refleksi dari sikap menunggu. Banyak trader ingin masuk pasar, tapi hanya jika harga menyentuh titik-titik aman tertentu, misalnya di support kuat. Namun karena tren turun belum selesai, harga tidak selalu sampai ke sana, atau bahkan menembus lebih dalam. Inilah kenapa meskipun ada banyak antrean beli, harga tetap turun mengikuti arah teknikal. Pasar selalu bergerak mengikuti tekanan nyata, bukan harapan di antrean.

Oleh karena itu, memahami order book butuh konteks. Jangan hanya melihat jumlah lot pada bid atau offer, tapi gabungkan juga dengan volume, frekuensi, tren harga, dan posisi terhadap indikator teknikal penting seperti moving average. Order book bukan ramalan, tapi alat bantu untuk membaca niat pasar. Dan dalam pasar yang lesu, bid tebal lebih sering mencerminkan kekhawatiran, bukan kekuatan.

$PNLF $PNBN $PNIN

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

https://cutt.ly/lrnts5l2

$PNIN $IHSG

disc. on

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNIN kesini dulu kali yaa 😌

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@Flaviana kuncinya lg di $PNIN 🤣🤣🤣

@hfadlanrathomi non-pengendali pada perusahaan induk lihatlah CLK 41, yaitu "Kepentingan non-pengendali pada entitas anak", artinya pihak-pihak yang bukan PSP pada perusahaan anak.

Kalau pada level perusahaan induk (PNIN), pemilik sahamnyanya gak dibreakdown lagi mana yang "pengendali (PSP)" dan mana yang "bukan pengendali" semuanya dalam LK induk dikelompokan menjadi satu disebut "pemegang saham induk".

adapun pihak yang disebut sebagai "kepentingan non-pengendali" bagian ekuitas, pada buku $PNIN adalah pihak-pihak yang tidak punya saham di PNIN. Tapi mereka secara substansi memiliki "ekuitas" di PNIN.

Read more...

$PNIN $MNCN $RALS

Apa itu pengendali dan non pengendali? Menurut hemat saya, pengendali adalah penentu kebijakan, entah dia punya saham >50%, atau cuma 1 lembar tapi punya hak veto (seperti saham dwiwarna di BUMN), selaian itu ya berarti yang bukan (non) pengendali, alias entitas lain termasuk investor receh? Sebagai contoh di PNIN, pengendali menurut hemat saya Famlee dan Paninkorp, selain 2 ini atau ultimate shareholder kedua entitas ini, merupakan "entitas non pengendali".

Mohon koreksi kalo salah, misal saja PT A 60 % dimiliki B, sisanya dimiliki oleh C sampai H, maka pengendali adalah PT A, non pengendali adalah C - H. Lanjut PT A punya PT I sebanyak 60%, dan J - L punya sisanya, maka
- B selalu pengendali PT A secara tidak langsung memiliki PT I sebanyak 36% (60% x 60%),
- C - H (non pengendali PT A) menjadi pengendali PT I secara tidak langsung melalui PT A sebanyak 24% (40% x 60%),
- J - L (non pengendali PT I) memiliki porsi non pengendali sebesar 40%,
- Secara total B pengendali PT I, melalui PT A.

Bagaimana persoalan pengakuan aset anak usaha? Misal anak usaha alias PT I punya Aset Rp 1 T, didalamnya ada Kas sebesar Rp 500 M, secara tekhnis pengakuan aset B atas PT I hanyalah sebesar Rp 360 M dan hak atas kas "hanya" Rp 180 M sisanya milik C - H dan J - L yang non pengendali. Lah trus B ini ga jagoan dong? Ya jagoan lah, meski "cuma" punya 36% PT I kebijakan PT I dapat dia kontrol melalui PT A, misal kasih deviden, ya bisa banget, atau beli saham publik buat jadi TS (mana tau yang di beli saham B melalui nomine kan?)

Tapi tolong di notes, sebagai entitas, PT A tetaplah Pengendali PT I, artinya didalam PT A, C - H tetaplah non pengendali, namun apabila sampai pada PT I, C - H akan menjadi bagian tidak terpisahkan dari PT A, so non pengendali akan menjadi J - L.

Ya begitulah, kenapa saya tag tiga emiten diatas, ya apabila ada hubungan dengan tulisan saya, hanya ketidaksangajaan saja, kalo benar terjadi wallahua'lam, koreksi aja kalo salah. ☺

Read more...
imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Yang udah invest di $PNIN bisa mampir invest juga di $PANS, sama sama grup panin tapi cuma itu satu satunya yang loyal bagi bagi dividen dengan yield hampir 10% per tahun tanpa putus, jadi setidaknya ada uang tunggu rutin tiap tahun selagi nunggu ada gebrakan baru

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$CFIN harga wajar x 1 = 1.464. x 0,75 = 1.098, x 0,50 = 732. x 0,35 = 512.
dg adanya deviden rp 50...berapakah harga wajar menurut market..? ⚡✨
$PNIN $HRTA

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Lalu entitas non pengendali di $PNIN menarik duit biar masuk ke rekening bagaimana pak?

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNIN , $PNLF secara omon-omonnya sih public tp mental private. Liat $ASII, itu jauh lebih kompleks komponen penyusun sahamnya. tp selalu rutin tiap tahun bagi dividen.

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNIN another insight

imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PNIN$BMTR

. Analisis Kasus Lo Kheng Hong & Saham Panin**
#### **Fakta Utama:**
- Lo memegang saham Grup Panin selama 19 tahun (sejak 2004) dengan harga beli ~Rp250, kini Rp1.100. Namun, nilai bukunya Rp5.000 .
- Alasannya: "Saham bagus dan murah" tapi "salah harga terus".

**Interpretasi:**

- **Potensi Value Trap?** Sangat mungkin. Ciri *value trap*:

- *Nilai buku tinggi tapi harga stagnan*: Menandakan pasar meragukan kemampuan perusahaan menciptakan laba dari asetnya.
- *Industri tradisional terdisrupsi*: Sektor perbankan (Grup Panin) menghadapi tekanan *fintech* dan NIM menyempit.

- *Dividen rendah/kinerja lesu*: Jika perusahaan tak beradaptasi dengan digitalisasi, nilai buku bisa jadi ilusi .

- **Psikologi Investor**: Lo mengakui awal investasinya "ikut-ikutan teman" tanpa analisis mendalam . Ini risiko *behavioral bias*: kesetiaan pada saham lama tanpa evaluasi ulang fundamental.

---
Kecocokan untuk Investor Ritel

**Risiko Utama Pendekatan Buffett/Lo:**

- **Likuiditas Terbatas**: Investor ritel tak bisa menunggu 19 tahun seperti Lo. Kebutuhan dana mendesak bisa memaksa jual rugi.

- **Biaya Opportunity**: Dana "terkunci" di saham stagnan = kehilangan peluang di sektor berkembang (misal: teknologi/energi terbarukan).

- **Asimetri Informasi**: Laporan keuangan perusahaan bisa menyesatkan jika tak dianalisis kritis (contoh: nilai buku tinggi tapi aset berupa properti yang tak likuid).

Apakah Lo Kheng Hong Terjebak Value Trap?**

**Kemungkinan besar ya**, tetapi dengan catatan:
- **Faktor Eksternal**: Sektor perbankan Indonesia tertekan regulasi dan kompetisi, membuat saham Panin sulit naik meski nilai buku tinggi.
- **Kesalahan Analisis**: Lo mungkin mengabaikan kritik:
- *Kualitas Aset*: Nilai buku Rp5.000 bisa tak relevan jika asetnya properti non-strategis atau piutang bermasalah.
- *Kinerja Operasional*: Jika ROE konsisten di bawah 8%, saham patut dipertanyakan .

**Pelajaran**: Kesetiaan pada prinsip value investing harus diimbangi audit fundamental berkala. Seperti kata Buffett: _"Jika prinsipmu tak valid lagi, jangan pertahankan hanya karena kau yang menciptakannya."_

---

### **Kesimpulan & Rekomendasi**
- **Prinsip Buffett Masih Relevan, Tapi Bukan Kitab Suci**: Gunakan sebagai fondasi, tapi adaptasi dengan dinamika pasar modern (digitalisasi, ESG, suku bunga tinggi).
- **Investor Ritel Harap Waspada**:
- Hindari *value trap* dengan analisis **pertumbuhan laba** dan **utilitas aset**.
- Alokasi waktu terbatas? Manfaatkan **ETF berbasis nilai** (contoh: Vanguard Value ETF) atau **reksadana indeks** ala Buffett .

- **Kasus Lo Kheng Hong**: Bukti bahwa **kesabaran tanpa evaluasi = kesia-siaan**.
Pantau metrik kunci seperti ROE, pertumbuhan FCF, dan debt-to-equity tiap tahun.

> **"Investasi nilai adalah seni membeli bisnis, bukan saham. Tapi bisnis yang baik di era 1960-an belum tentu bisnis yang baik di era AI."** – Adaptasi dari surat pemegang saham Berkshire Hathaway (2024).

Read more...

IHSG – Uang Kas Rp19 Triliun, Tapi Tak Satu Tetes Pun Sampai ke Tanganmu

Sebuah Tafsir Mimpi tentang $PNIN

Kenapa PNIN — yang saldo kasnya per 31 Maret 2025 sebesar Rp19,1 triliun — sudah 12 tahun tidak pernah bagi dividen?

Kalau dibandingkan dengan jumlah saham sebanyak 40,7 juta lot, maka uang kas tersebut setara dengan Rp4.670 per lembar saham. Dibandingkan dengan harga saham hari ini yang hanya Rp930, maka investor ritel bisa saja merasa seperti mendapat bonus tersembunyi:
Keluar uang Rp930, tapi seolah dititipi uang perusahaan sebesar Rp4.670 per saham.

Saya sengaja pakai istilah “dititipi” karena di balik angka itu, ada banyak “harta karun” yang ternyata sudah di-tagih oleh pihak lain. Kalau perusahaan dibubarkan hari ini juga, kamu bisa saja dapat “sisa paling belakang”.

Tapi tetap saja, melihat saldo kas segede itu, investor pasti membatin:
- “Wah ini sih waktunya pesta dividen jumbo!”
- “Atau... buyback besar-besaran!”

“The stock market is filled with individuals who know the price of everything, but the value of nothing.” — Philip Fisher

Tapi…
Kenyataan kadang pahit.
Harapan itu berubah jadi mimpi.
Lalu mimpi buruk.
Kenapa?
————————————————

1. Substansi Mengungguli Bentuk: Siapa Pemilik Sesungguhnya?

Dari “total ekuitas” Rp68,1 triliun milik PNIN, hanya sekitar Rp21,3 triliun (31,3%) yang benar-benar milik “pemegang saham induk” yaitu pengendali (PSP) dan publik.
Sisanya?
Rp46,7 triliun (68,7%) dimiliki oleh “entitas non-pengendali” alias bukan kamu.

Jadi dapat disimpulkan dari kas Rp19,1 triliun itu, yang “sah” menjadi milik PSP dan investor publik hanya:
31,3% × Rp19,1 triliun = Rp6 triliun

Kalau dihitung ulang per saham, maka:
Rp6 triliun / 40,7 juta lot = Rp1.474 per saham
Padahal tadinya kamu kira nilainya Rp4.670?

Berarti kamu baru saja “dicelupkan ke kenyataan”… kena diskon 69%!

“You only find out who is swimming naked when the tide goes out.” - Warren Buffett

Ini seperti hukum Archimedes:
Benda terlihat berat di luar air, tapi saat dicelupkan, jadi ringan karena gaya apung.

Begitu pula uang kas PNIN - tampak besar, tapi ternyata ‘terapung’ oleh klaim milik entitas lain.

———————————————————

2. Valuasi Semu dan Mimpi yang Tak Kunjung Sahur

“Tapi uang Rp6 triliun itu tetap gede dong dibanding harga saham cuma Rp930?”
Betul.
930 / 1.474 = 63%
Artinya, valuasi kas per saham-nya “hanya” diskon 37%, bukan 80% seperti asumsi awal.

Mimpi dapat dividen atau buyback masih ada...
Tapi harapanmu sudah dikirim ke langit ketujuh.
Sambil puasa.
Soalnya udah 12 tahun gak buka puasa dividen.

Misalnya PNIN bagi dividen Rp3 triliun dari dana itu, harusnya cukup layak sebagai “menu berbuka”.
Tapi... kenyataan tak seindah flyer promo.

———————————————————

3. Buyback Saham? Ngimpi Juga...

Kalau dana buyback disiapkan sebesar Rp3 triliun, urgensinya buat siapa?
Jangan lupa:
Dari “Total Ekuitas” PNIN itu 68,7% milik “Kepentingan Non-Pengendali”.
Sisanya 31,3% milik “pemegang saham induk” yang di dalamnya ada “PSP dan Kawan-kawan” serta kamu sebagai pemegang saham publik.

Karena kepemilkan kamu sebagai publik sebesar 30,2%, artinya kepemilikan “PSP dan Kawan-kawan” sisanya sebesar 69,8%.
Jadi secara efektif kepemilikan “PSP dan Kawan-kawan” atas “total ekuitas” PNIN hanya sebesar:
31,3% × 69,8% = 22%

Artinya:
Grup Panin itu DNA-nya bukan buat konsolidasi kepemilikan, mereka kuasai hanya 22% sisanya dibagi dengan siapa pun: bank asing, konglomerat, entitas offshore, publik...

Jadi, urgensi strategi buyback saham di pasar untuk apa?
Toh, bagi PSP dengan kepemilikan efektif 22% pun sudah mampu mengendalikan kerajaan.

Ini seperti strategi “mau naik becak, tapi dorongnya dari belakang sambil nyeker.”
Capek iya, nyampe kagak.

“Expecting buyback dari grup ini tuh kayak ngarepin mantan balik pas kita baru lulus KUA. Yang tersisa cuma tanda tangan dan kenangan.”

———————————————

4. Penjelasan Textbook: Tersandera oleh Anak Usaha

Nah, kita balik ke prinsip dasar akuntansi: Business Entity Principle
→ Uang anak usaha bukan milik induk, kecuali lewat dividen resmi.
Dari total Rp19,1 triliun kas:
• Rp18,2 triliun ternyata milik PNLF dan PNBN (anak dan cucu usaha)
•Sehingga Kas yang benar-benar di tangan PNIN hanya Rp913 miliar.
Sementara:
$PNLF = perusahaan asuransi
$PNBN = bank

Keduanya diawasi ketat OJK.
Kalau nekat bagi dividen jumbo, bisa bikin jebol CAR (Capital Adequacy Ratio).

Dan kalau CAR jebol, regulator bisa langsung nyemprot kayak sirine kebakaran.
Jadi walaupun duitnya banyak, tetap tidak bisa dibagi seenaknya.

Apalagi cuma demi menyenangkan investor publik di holding yang sudah 12 tahun puasa.
————————————————

5. Analisis Psikologi: Siapa Dapat Apa, Siapa Marah?
Ayo kita kalkulasi.

Anggap saja harapan investor publik terkabulkan, PNIN rela membagi “real kas teoritis” yang dimiliki Rp6 triliun, sebesar 50%-nya atau Rp3 triliun akan dibagikan sebagai dividen.

Dan anggap juga pembayaran dividen oleh anak usaha (PNLF) dan cucu usaha (PNBN) tidak melanggar aturan OJK terkait dengan kepatuhan pada regulasi sektor asuransi dan perbankan.
Apakah mungkin?

Berikut kalkulasinya:
• Ketika PNIN membayar dividend Rp. 3 triliun, maka “PSP dan Kawan-kawannya” akan mendapatkan = 69,8% atau sebesar Rp. 2,1 triliun, dan sisanya Rp. 905 miliar untuk dividend pemegang saham publik (non-PSP).

• Karena PNIN tidak punya uang cukup untuk bayar dividend, maka PNIN meminta dividend kepada anak usahanya PNLF sebesar Rp.3 triliun.

• Ternyata PNLF tidak hanya membayar Rp. 3 triliun kepada PNIN, PNLF juga harus membayar dividend kepada pemegang saham lainnya. Karena kepemilikan PNIN pada PNLF sebesar 67,9%, maka total dividend yang dibutuhkan sebesar 3 triliun / 67,9% = Rp4,4 triliun. Di mana sebesar Rp. 1,4 triliun dibayarkan kepada pemegang saham lainnya (investor publik).

• PNLF tidak punya uang cukup untuk bayar dividend tersebut, maka selanjutnya PNLF meminta dividend kepada anak usahanya PNBN sebesar Rp4,4 triliun.

• Ternyata PNBN tidak hanya membayar Rp. 4,4 triliun kepada PNLF, PNBN juga harus membayar dividend kepada pemegang saham lainnya. Karena kepemilikan PNLF pada PNBN sebesar 46,04%, maka total dividend yang dibutuhkan sebesar 4,4 triliun / 46,04% = Rp9,6 triliun. Di mana sebesar Rp. 5,2 triliun dibayarkan kepada pemegang saham lainnya (termasuk investor publik).

Akibatnya secara akumulasi, Publik dan non-Panin Group terima bagian dividend:
o Dari PNBN: Rp5,2T
o Dari PNLF: Rp1,4T
o Dari PNIN: Rp0,9T
o Total: Rp7,5 triliun
Sementara: PSP cuma dapat satu kali saja, yaitu yang terhitung pembayaran dividend pada level PNIN saja, sebesar Rp2,1 triliun

Coba pikir:
Kalau kamu pemilik, rela gak bikin pesta dividen total Rp9,6 triliun, tapi Rp7,5 triliun buat orang lain, sementara kamu sendiri cuma dapat Rp2,1 triliun?

Ini bukan soal hitung-hitungan Excel lagi.
Ini soal psikologi pemilik.
Dan seperti biasa…
Siapa peduli sama psikologi investor ritel?
“Kalau kamu bukan pengendali, ya siap-siap aja jadi penonton.”
________________________________________

PENUTUP: Tafsir Mimpi dari Sisi Investor

Saldo kas Rp19 triliun itu bukan sepenuhnya milikmu.
Bahkan nilai kas per saham yang kamu hitung sendiri belum tentu bebas dipakai manajemen.
Ada:
• Jalur kepemilikan berlapis
• Regulasi ketat sektor keuangan
• Psikologi pemilik yang tidak sinkron dengan investor ritel

Kalau kamu sudah sadar semua ini, maka:
Kamu naik satu level sebagai investor.
Kamu bisa membedakan antara saham yang terlihat “murah” dan saham yang benar-benar “berkah”.

“In investing, what is comfortable is rarely profitable.” — Robert Arnott

Karena…
“Tidak semua yang terlihat murah akan memberimu manfaat.
Kadang itu cuma... jebakan mimpi.”

Akhir kata:
Selamat menafsir mimpi.
Jangan lupa bangun.
Kalau kamu suka tulisan ini dan ingin diskusi lanjut soal saham undervalued yang benar-benar membagikan hasil, silakan komentar atau kasih 🙌.
Kita belajar bareng, bukan cuma mimpi bareng.

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy