Volume
Avg volume
PT. First Media Tbk (KBLV) bergerak dalam penyediaan layanan melalui jaringan komunikasi broadband dan distribusi berbagai sinyal elektronik melalui jaringan. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada 1 Maret 1999.
$KBLV - punya 74juta / 3.97% $MLPT market cap 60T and 4% nya = 2.4T.
Waktu nya terbang melawati 1000 ✈️
$KBLV masih punya saham di mlpt sekitar 740 jt lbr lg ya, nikainya diatas 1.5 t artinya diatas nilai hutang saat ini. tinggal tunggu bandar goreng diatas 200 aja, apalagi kalo MLPT bisa tembus 40.000
@iwdeeks hanya mitigasi resiko aja, ngeri ngeliat perusahaan induk langsung anjlok setelah lepas anak emas nya macam $KBLV
Beti lah dengan saya. Sinyal $WIFI hari ini lemah, teknisi $KBLV bisa perbaikin kagak nih. Biar minggu depan kenceng lagi🤣
$KBLV 05 Nov 24
Shareholder : Ciptadana Capital
Type : Local
Sold : -64,700 (0.00%)
Current : 342,499,686 (19.66%)
Previous : 342,564,386 (19.66%)
$KBLV berhasil breakout jangka pendek dari bayang bayang Rp 65. Selama dipegang Axiata Group semoga akan disamakan pricenya seperti $EXCL
$KBLV berhasil dapat bagger dari investasi di saham $MLPL
Sayangnya, metode yg dipakai adalah FVTOCI. Hikz hikz...
Wellcome ya papa $EXCL xiixixixxi
$KBLV adalah salah satu emiten kesayangan saya dari LIPPO Group. Kenapa? Karena selain kita sudah tau bagaimana beliau bekerja, pastinya si itik buruk rupa di mata para investor akan berubah menjadi Princess Swan Lake.. yang anggun dan menawan setelah :
https://cutt.ly/WeSIPb3a
Maka Secara teknikal saham ini memiliki prospek yang cukup chantique di Rp 116 sebagai target terdekatnya
tar jg break itu sis, skrg nyundul2 cuma kasih sinyal kalo $DATA mw ngasih tw ke semua investor di @Stockbit (khususnya jabodetabek) speedtest net dia gk kalah ngacir dr $TLKM $LINK $KBLV
jajal deh https://cutt.ly/seWmKxgp
Akhirnya, gosip yang santer beredar beberapa waktu belakangan sudah terkonfirmasi.
Keterbukaan informasi Net Visi Media ($NETV) dan MD Entertainment ($FILM) hari Kamis kemarin mengkonfirmasi bahwa ada aksi korporasi yang secara singkat : MD Entertainment mengakuisisi NET TV. Nama MD Entertainment ini bisa dibilang awet di pergosipan terkait dengan pencarian investor NETV, meski sempat teredam oleh adanya penawaran lain dari konsorsium Deddy Corbuzier (yang selentingannya muncul dari rekaman podcast Deddy sendiri, meski saat itu tidak menyebut nama).
Cerita MD Entertainment ini, seperti mengulang peristiwa manuver pembelian saham grup BTV (B-Universe $KBLV) yang dilakukan oleh rival bin “sodara”nya, Tripar Multivision Plus ($RAAM). Tentu unik melihat bagaimana strategi mereka memiliki stasiun TV sendiri, di tengah tren digitalisasi di sektor media konten yang terus menguat.
Baca postingan terkait di
=======
Seperti skema yang pernah saya cerita sebelumnya di postingan kepuyengan NETV dan RCTI, MD Entertainment akan menyetor modal baru dan mengambil alih (cessie) 75% outstanding piutang kreditur NETV (Newton Capital). Sisa outstanding akan tetap dipegang Newton. Selain penyetoran dan cessie piutang, MD Entertainment akan juga membeli sebagian saham dari pemegang saham eksisting NETV, yang terdiri dari grup Indika dan grup Teladan. Sampai tulisan ini dibuat, tidak ada keterangan apakah saham grup Tokopedia (Semangat Bambu Runcing) akan dibeli atau tidak.
Setelah pengambilalihan piutang tersebut, MD dan Newton akan bersama sama mengkonversi piutang menjadi saham. Selain itu, MD akan menambah modal NETV melalui aksi korporasi private placement yang dilakukan bersamaan dengan aksi korporasi NETV. Secara singkat, prosesnya akan didahului oleh reverse stock split (penggabungan saham) NETV, kemudian ada private placement yang akan dilakukan masing-masing MD dan NETV di waktu hampir bersamaan. Dana dari MD akan disetor bersamaan dengan konversi piutang tadi. Dari private placement MD tersebut, MD mengundang investor untuk masuk ke mereka, dimana mereka sudah mengamankan 2 investor yang bersedia mengikuti private placement MD dan sedang mencari investor sisanya untuk menyerap target dana yang diharapkan.
Tebak siapa yang jadi 2 investor barunya MD ini?
Lagi lagi grup Indika dan grup Teladan. Yang unik, nilai cessie piutang NETV dan nilai setoran dua grup ini di MD sama. Sama sama sekitar Rp 661 milyar. Entah kenapa mereka memilih skema yang agak bikin puyeng ini. Satu sisi melepaskan pengendalian NETV, memperoleh hasil dari penjualan saham mereka kepada MD Entertainment, tapi mereka jugalah yang menyetor modal ke MD Entertainment. Selain secara emosional, nampaknya Agus Lasmono - pemilik Indika - sebagai founder (saat itu bersama Wishnutama) masih belum sepenuhnya “ikhlas” melepas NETV, karena kenyataannya sampai titik terakhir, beliau ini masih melakukan controlling terhadap strategi konten dan produksi NETV, termasuk approval approval program baru, ada kemungkinan mereka masih optimis terhadap sektor media dan konten ini. Makanya, mereka juga masuk ke MD Entertainment sebagai bagian dari investasi strategis.
Keluar dari soal itu, keputusan akhir memilih MD Entertainment sebagai investor NETV nampaknya didasarkan oleh sejumlah pertimbangan. Secara historis, NETV pernah membeli sejumlah konten MD Entertainment. Hal ini bisa ditrack dari ketika Wishnutama resign dari NETV - untuk kemudian jadi menteri - dimana strategi program NETV langsung berubah drastis dan sempat terjadi eksperimen strategi programming mereka. Selain itu, kedekatan NETV dengan partner utama MD di OTT streaming, yaitu WeTV, melalui pembelian konten konten WeTV juga nampaknya membuat MD merasa lebih nyaman. Mungkin ada sebuah project nantinya yang melibatkan WeTV dan NETV? Kita lihat saja nanti.
Yang jelas, langkah seperti ini bukan yang pertama dilakukan rumah produksi pembuat sinetron dan film. Sebelumnya, sudah ada investasi yang dilakukan Multivision Plus - “sodaranya” MD - di B-Universe, induk dari BTV (d/h Beritasatu). Investasi ini dilakukan sekitar tahun 2023 lalu, dimana harapannya BTV akan menjadi proxy dari Multivision untuk mempertahankan eksistensi mereka. Sempat terjadi perubahan strategi programming BTV, yang menayangkan sejumlah film dan sinetron Multivision di masa lalu sampai akhir 2023 - merupakan bagian dari perjanjian investasi dan kerja sama tersebut. Namun, nampaknya karena tidak inline dengan strategi BTV yang sebenarnya lebih berupaya ke news, dan juga nampaknya karena memang sejak awal BTV kebingungan menerapkan strateginya, akhirnya uji coba tersebut tidak berjalan lancar.
Tentu kita perlu melihat, apakah kerja sama MD dan NETV ini bisa lebih lancar dibandingkan kerja sama Multivision dan BTV. Namun, dengan kesamaan target dimana MD dan NETV sama sama bermain di konten hiburan, masih memungkinkan untuk menghasilkan kinerja lebih baik. Masalahnya tinggal 2 : branding NETV dan strategi untuk bisa kompetitif di tengah persaingan. Kedua hal ini menjadi tantangan, karena bagaimanapun juga NETV masih menghadapi citra buruk akibat sejumlah masalah yang mereka hadapi beberapa tahun terakhir. Sementara, dengan citra buruk ini, mereka harus berinvestasi untuk mengubah persepsi dan sekaligus mengotak atik strategi program mereka agar bisa memperbaiki kinerja keuangan melalui peningkatan belanja iklan.
Yang perlu diperjelas lagi adalah, mau dibawa kemana ini NETV. Apakah akan jadi stasiun TV “media sosial” (TV Tiktok)? Apakah akan jadi stasiun TV drama? Apakah akan jadi stasiun TV kuliner, seperti yang dilakukan NETV sekarang? Atau apakah akan kembali jadi stasiun TV general entertainment dengan variasi in house production yang lebih banyak dibanding sekarang? Ini perlu dijawab oleh MD dan manajemen NETV.
Keluar dari semua pertanyaan itu, yang tentu menjadi pikiran saya sampai sekarang adalah investasi di stasiun TV yang masih belum berhenti, di tengah kenyataan kenyataan yang cukup menambah puyeng. Pertama, penonton TV sudah tak lagi seperti dulu. Kedua, digital platform dan belanja iklan digital sangat kuat. Ketiga, penonton anak anak muda dan usia produktif sudah semakin menjauh dari televisi - minimal sudah mulai agak teralihkan, meski dalam konten tertentu seperti sepak bola, masih ada yang mengonsumsi televisi. Meski saya cukup optimis dengan pertelevisian dan eksistensinya, namun persaingan ketat antar stasiun TV menjadi hal yang harus dipertimbangkan matang, serta tentu saja pengembalian investasi stasiun TV yang mungkin akan lebih panjang dibandingkan sebelumnya.
Sudah siap?
Bacaan menarik soal saham, investasi dan bisnis lainnya, cek Instagram, TikTok dan Threads @plbk.investasi. Cek juga tulisan lainnya di s. id / plbkrinaliando.
$IHSG
1/2
$KBLV LK Q2 2024: Hilang Arah Sejak Jual $LINK
Request analisis dari salah satu user Stockbit.
Aset perusahaan mengalami penurunan sebesar 3,60% dari Rp1,029 triliun pada 31 Desember 2023 menjadi Rp992,42 miliar pada 30 Juni 2024. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan Aset Tidak Lancar Lainnya, termasuk Aset Keuangan Tidak Lancar Lainnya dan Aset Tetap. Kehilangan arah sejak jual LINK angsa bertelur emas ke $EXCL. https://bit.ly/45FDAJu
Aset Terbesar:
- Aset Tidak Lancar Lainnya: Rp479,59 miliar (48,32% dari total aset) turun 1,31% ❌
- Aset Keuangan Tidak Lancar Lainnya: Rp98,46 miliar (9,92%) turun 20,22% ❌
- Kas dan Setara Kas: Rp248,85 miliar (25,07%) turun 1,67% ❌
- Aset Keuangan Lancar Lainnya: Rp73,55 miliar (7,41%) naik 5,30% ✅
- Piutang Usaha: Rp8,14 miliar (0,82%) turun 55,27% ✅
Di sisi lain, liabilitas perusahaan justru mengalami peningkatan sebesar 0,91% dari Rp1,615 triliun menjadi Rp1,630 triliun. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan utang usaha pihak ketiga. https://bit.ly/3YGX6Dc
Liabilitas Terbesar:
- Utang Usaha Pihak Ketiga: Rp1,481 triliun (90,87% dari total liabilitas) naik 1,05% ❌
- Liabilitas Keuangan Jangka Pendek Lainnya: Rp48,16 miliar (2,95%) naik 6,46% ❌
- Beban Akrual: Rp55,18 miliar (3,38%) turun 2,24% ✅
- Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Panjang: Rp11,15 miliar (0,68%) turun 10,79% ✅
- Liabilitas Pajak Tangguhan: Rp14,33 miliar (0,88%) tidak berubah ❌
Piutang usaha pihak ketiga menunjukkan penurunan signifikan sebesar 55,27% dari Rp18,20 miliar menjadi Rp8,14 miliar. Namun, piutang macet dengan umur lebih dari 91 hari mencapai 99% dari total piutang, menunjukkan tingginya risiko piutang.
Piutang Usaha:
- Total: Rp8,14 miliar, turun 55,27% ✅
- Piutang macet (>91 hari): Rp143,63 miliar atau 99% dari total piutang ❌
Pendapatan perusahaan juga mengalami penurunan yang drastis, yakni sebesar 69,48% dari Rp43,08 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp13,15 miliar. Penurunan pendapatan ini secara langsung mempengaruhi laba perusahaan.
Sumber Pendapatan Terbesar:
- Konten dan Berita: Rp10,63 miliar (80,87% dari total pendapatan) turun 67,96% ❌
- Infrastruktur: Rp2,52 miliar (19,13%) turun 65,86% ❌
- Jasa Langganan: Rp1 juta (kurang dari 0,01%) turun 99,96% ❌
Dari sisi pengeluaran, beban layanan mengalami penurunan sebesar 82,22% dari Rp58,52 miliar menjadi Rp10,40 miliar, sejalan dengan penurunan pendapatan.
Beban Layanan:
- Total: Rp10,40 miliar, turun 82,22% ✅
Beban umum dan administrasi juga menunjukkan penurunan yang signifikan, turun sebesar 71,64% dari Rp40,48 miliar menjadi Rp11,48 miliar. https://bit.ly/3PP2BgF
Beban Umum dan Administrasi:
- Total: Rp11,48 miliar, turun 71,64% ✅
Meskipun terjadi penurunan dalam beban, perusahaan tetap mengalami kerugian operasional yang meningkat dari Rp23,88 miliar pada Juni 2023 menjadi Rp31,13 miliar pada Juni 2024. Hal ini menunjukkan bahwa pengurangan biaya belum cukup untuk mengimbangi penurunan pendapatan yang drastis. https://bit.ly/3XemeAx
Kerugian sebelum pajak juga meningkat, dari Rp20,15 miliar menjadi Rp26,48 miliar, dan rugi bersih tahun berjalan naik dari Rp20,96 miliar menjadi Rp26,73 miliar.
Arus kas operasional masih negatif, meskipun mengalami peningkatan dari negatif Rp69,81 miliar pada periode sebelumnya menjadi negatif Rp4,95 miliar. Namun, arus kas operasional masih belum mencukupi untuk menutupi seluruh kewajiban dan pengeluaran perusahaan.
Arus Kas Masuk Terbesar:
- Penerimaan Kas dari Pelanggan: Rp21,42 miliar (98,32% dari total arus kas masuk) turun 56,20% ❌
- Penerimaan Bunga: Rp4,69 miliar (21,50%) naik 23,27% ✅
Arus Kas Keluar Terbesar:
- Pembayaran Kas kepada Pemasok: Rp17,39 miliar (81,15% dari total arus kas keluar) turun 75,32% ✅
- Pembayaran untuk Beban Usaha: Rp4,36 miliar (20,36%) turun 86,31% ✅
- Pembayaran kepada Karyawan: Rp9,28 miliar (43,32%) turun 53,93% ✅
Perusahaan juga masih mengalami defisit saldo laba sebesar Rp767,56 miliar, yang menandakan tidak adanya kemungkinan pembagian dividen dalam waktu dekat.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
(caranya cek gambar terakhir)
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Dan jangan lupa kunjungi Pintarsaham di sini
https://bit.ly/3QtahWa
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://bit.ly/3YGX6Dc
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
https://bit.ly/44osZSV
https://bit.ly/47hnUgG
https://bit.ly/47eBu4b
https://bit.ly/3LsxlQJ
1/2