Volume
Avg volume
PT Adhi Commuter Properti Tbk. (ADCP), pengembang properti berbasis transportasi massal pertama dan terbesar di Indonesia, menghadirkan hunian dengan keunggulan aksesbilitas yang mempermudah masyarakat menjalani aktivitas harian serta berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan perkotaan. ADCP merupakan salah satu anak usaha perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Adhi Karya (Persero), Tbk. yang bergerak dibidang Property, Hospitality & Support. Dimulai dari divisi Transit Oriented Development (TOD) Adhi Karya di tahun 2015 dan berkembang menjadi entitas terpisah pada tahun 2018. PT Adhi Commuter Properti didirikan... Read More
Kilas Balik $ADCP Nov 2024
Eh saya dibilang sebar hoax $WIKA
wkwkwk yauda terserah...
Sini kubantu suporteran @muhtahir979:
WIKA saham terbaik sepanjang masa mengalahkan $TOTL NRCA
DERnya saja sampai berani 3,8
Rugi terus tidak takut
investasi risiko gagal tinggi tidak takutt
margin tipiss tidakk takutt
Ini perusahaan terbaikk negaraaa
*sarkasme
@muhtahir979 Karena sama-sama BUMN Karya yang tidak sehat dan $WIKA juga ada potensi risiko tinggi... Memangnya berbagi ilmu saling mengingatkan dalam kebaikan salah?
situ kenapa sewot? coba deh cek saya juga pernah share dan tag $ADCP sebelum lapkeu hancurnya keluar...
$ADCP apalah..., pake ngaku untung 16 juta segala...
berdasarkan hasil dari pengamatan saya di beberapa saham lain, kalo perusahaannya merugi, kemungkinan harga sahamnya terbang.
tag: $ADHI
PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) menjalin kerja sama dengan PT Adhi Persada Properti (APP) dan PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP) terkait pengembangan skema pembiayaan sewa beli kepemilikan rumah (rent to own).Ā Direktur Bisnis SMF Heliantopo menyampaikan kerja sama tersebut menandai lan...
kontan.co.id
$ADCP
1 Kuartal cuma profit 16 Juta rupiah tapi Revenuenya hampir sama dengan Q1 2024
better beli saham BBRI aja tuh duit, lebih profit daripada dibuat usaha sama kalian,
DIREKTUR & KOMISARIS gak kerja,
Tolong dicekklah nih Keuangannya
$ADCP LK Q1 2025: Laba 16 Juta Rupiah, Tidak Cukup Untuk Beli NMax
PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP) lagi-lagi jadi bahan pembicaraan karena satu angka yang mencolok: laba bersih Q1 2025-nya cuma Rp16 juta. Iya, betul. Enam belas juta rupiah. Di dunia korporasi properti yang nilainya triliunan, angka ini bahkan kalah sama harga sepetak ruko di pinggir tol. Bahkan kalau direksi mau bagi-bagi bonus ke semua karyawan, bisa jadi per orang cuma kebagian pulsa. Tapi, di balik angka kecil itu, ada cerita besar yang kompleks, mulai dari beban bunga, proyek belum cair, hingga strategi yang belum menuai hasil. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Mari mulai dari puncaknya: pendapatan ADCP turun 13,9% dibanding Q1 tahun lalu, dari Rp81,9 miliar ke Rp70,5 miliar. Penurunan ini bukan karena tidak punya aset atau proyek, tapi karena realisasi serah-terima unit apartemen melambat. Beberapa proyek yang diandalkan seperti Ciracas, Jatibening, dan Bekasi mengalami penundaan pencairan, dan okupansi hotel-hotel mereka juga belum sepenuhnya pulih pasca pandemi. Beban pokok pendapatan juga masih tinggi di Rp55,1 miliar, jadi margin kotor pun menyusut dari 26,8% menjadi 21,7%.
Masalah makin dalam ketika kita intip pos āpenghasilan dan beban lain-lainā. Kalau tahun lalu ADCP masih untung Rp7 miliar dari pos ini, sekarang malah rugi Rp3,8 miliar. Kenapa? Karena skema bagi hasil proyek Cisauk yang cuma menyisakan 25% laba ke ADCP, sementara 75% ke PT KAI. Lalu hotel Grand Dhikaāyang seharusnya jadi sumber recurring incomeāmalah bagi hasilnya 85% untuk $ADHI Karya dan hanya 15% untuk ADCP. Ini bukan kerugian karena operasional, tapi struktur bisnis yang bikin ADCP dapet sisaan, bukan potongan utama. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Setelah itu masih ada beban bunga Rp3,27 miliar, dan jangan lupa pajak final 1% dari revenue properti sebesar Rp1,15 miliar. Hasil akhirnya? Dari laba usaha Rp4,6 miliar, semuanya tersapu bersih jadi laba bersih recehan Rp16 juta.
Tapi mari geser fokus ke neraca. Di sini terlihat jelas kenapa ADCP disebut ātajir tapi keringā. Total persediaan properti mereka per 31 Maret 2025 mencapai Rp6,14 triliun. Ini terdiri dari unit apartemen dalam pembangunan seperti LRT City Tebet, Ciracas, Ciputat, Jatibening, Bekasi Timur, dan Cisauk Point. Ada juga unit yang sudah siap jual senilai Rp517 miliar, dan tanah belum dikembangkan senilai Rp2,73 triliun. Proyek terbesar mereka termasuk Adhi City Sentul yang diyakini punya lahan sampai ±40 hektar, dan lahan eks depo di Cikunir 2 seluas ±7 hektar yang dibukukan hanya sekitar Rp800 ribu/m². Bayangkan kalau lahan ini dijual di harga pasar, yang bisa 3-5 kali lipatnya.
Sayangnya, semua itu masih āmati suriā di neraca. Kas bebas ADCP cuma Rp27,8 miliar, sementara kewajiban jangka pendek mencapai Rp2,54 triliun. Yang paling genting: obligasi seri B senilai Rp102 miliar yang jatuh tempo Mei 2025, dan cicilan pinjaman bank Rp123 miliar. Kas sebesar itu bahkan gak cukup buat bayar bunga tahunan yang kisarannya Rp130ā150 miliar. Arus kas operasional pun masih negatif Rp40,7 miliar karena pembayaran ke supplier lebih cepat dari penerimaan dari pelanggan.
Manajemen sendiri mengakui mereka akan refinancing lewat penerbitan Obligasi Berkelanjutan III dengan target maksimal Rp500 miliar. Selain itu, mereka akan mengejar piutang dan pendapatan diakui yang totalnya Rp87 miliar lebih, serta berharap unit apartemen segera cair lewat fasilitas KPR/KPA. Tapi tanpa realisasi cepat dari ini semua, ADCP bisa kehabisan bensin sebelum finish line.
Yang menarik, market masih menilai ADCP cukup tinggi. Dengan harga saham Rp50 dan jumlah saham beredar 22,22 miliar lembar, market cap-nya ada di Rp1,11 triliun, sementara ekuitas entitas induk tercatat Rp2,617 triliun. Artinya PBV-nya sekitar 0,42Ć, alias diperdagangkan di diskon 58% terhadap nilai buku. Kalau kita lihat dari jumlah aset properti dan portofolionya, diskon ini kelihatan menarik. Tapi pasar tampaknya nggak bodoh: diskon itu bukan karena asetnya jelek, tapi karena realisasi aset menjadi kas masih jauh dari harapan, dan risiko gagal bayar (default) dalam jangka pendek sangat nyata. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dengan posisi seperti ini, manajemen perlu tancap gas. Beberapa langkah realistis yang bisa mereka ambil: pertama, lepas cepat unit siap jual Rp517 miliar, meski dengan diskon, daripada ngendon di neraca. Kedua, percepat penagihan piutang dan accrued revenue yang jumlahnya hampir Rp90 miliar. Ketiga, cari skema kerjasama strategis (JV) atau land swap di lahan non-strategis seperti Sentul atau Cikunir untuk konversi aset menjadi likuiditas. Dan terakhir, pangkas biaya overhead dan efisiensikan beban bunga lewat negosiasi ulang atau restrukturisasi.
Jadi, meski laporan laba bersih cuma Rp16 juta, cerita besarnya bukan soal rugi, tapi soal lambatnya konversi potensi menjadi uang. Dengan utang menumpuk dan obligasi yang siap jatuh tempo, ADCP sekarang berada di titik genting: apakah mereka bisa menukar tanah menjadi duit, atau justru tenggelam dalam kubangan tanah sendiri. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
@mzueldiakosi wkwkwk ngakak, Om. Semua anak usaha BUMN yg bangun apartemen ga laku, Om. Dulu gw kira konsep TOD akan laku, ternyata ga jg ya. $ADCP $PPRO Wika Realty