imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Jepang: Titik Perlawanan Terakhir

Selamat Pagi teman-teman di $IHSG

Grafik GDP/PDB menunjukkan bahwa ekonomi Jepang mulai mengalami kontraksi setelah enam kuartal pertumbuhan, menandakan PELEMAHAN konsumsi dan investasi di negara yang selama tiga dekade sangat bergantung pada STIMULUS MONETER. Dalam konteks Jepang, kontraksi seperti ini jauh lebih berbahaya karena terjadi pada ekonomi dengan populasi menua, produktivitas stagnan, dan daya beli rumah tangga yang sejak lama lemah.

- Sebuah Kekacauan Internal Negara

Pada saat yang sama, Yield Obligasi 10 Tahun pemerintah Jepang naik mendekati 2%, menandai berakhirnya era suku bunga ultra-rendah yang selama puluhan tahun menjadi fondasi stabilitas finansial Jepang dan penopang utang nasional mereka yang sangat besar. Kenaikan yield ini meningkatkan BIAYA UTANG NEGARA, menekan kemampuan fiskal pemerintah, dan membuat pembiayaan korporasi serta sektor properti menjadi lebih mahal.

- Ekonomi sudah lemah, secara organik akan makin LEMAH.

Situasi menjadi lebih rumit ketika inflasi justru meningkat bersamaan dengan kenaikan suku bunga, menciptakan kondisi mirip STAGFLASI: harga naik, konsumsi tertekan, namun pertumbuhan ekonomi melemah. Bagi masyarakat Jepang yang telah terbiasa dengan deflasi, kenaikan harga bukanlah sinyal optimisme, tetapi justru menurunkan kepercayaan konsumen dan memperlambat belanja domestik.

Dampak dari dinamika ini tidak berhenti di Jepang. Karena Jepang merupakan investor global terbesar dan sumber utama carry trade, kenaikan yield berpotensi menarik dana kembali ke Jepang dan mengurangi likuiditas global. Jika aliran modal berbalik arah, pasar obligasi dunia bisa mengalami volatilitas tinggi, biaya pendanaan meningkat, dan tekanan terhadap DUNIA KEUANGAN semakin besar.

Inilah mengapa perlambatan Jepang bukan hanya isu domestik, tetapi risiko sistemik bagi stabilitas finansial global.

$ARCI $ADRO

Read more...

1/4

testestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy