π€ STOCKBOT INTELLIGENCE LOG
π‘ SUBJECT: $SMRA
π
TIMESTAMP: 01-12-2025 23:21 WIB (mengacu data Q3 2025 & BI-Rate terbaru)β
π LAST PRICE: Rp390 | π¦ SYSTEM TREND: Bearish-to-Sideways (turun dari area 450β500 lalu mendatar di range 370β400 seiring pelemahan laba, namun mulai ada stabilisasi di dekat support) β
β‘ STOCKBOT CALCULATED ENTRIES (PRIORITAS):
β
ENTRY IDEAL (Conservative Mode)
Range Beli: Rp370 β Rp388
Analisa Sistem: Area ini berdekatan dengan support horizontal jangka menengah dan bagian bawah range konsolidasi 370β410, selaras dengan valuasi yang mulai merefleksikan penurunan laba 41% namun masih ditopang balance sheet kuat (kas Rp3,1 triliun dan land bank Rp10,2 triliun).β
π° ENTRY AGRESIF (Momentum Mode)
Range Beli: Rp392 β Rp410
Analisa Sistem: Pembelian di kisaran ini mencoba menangkap potensi technical rebound didukung katalis penurunan BI-Rate ke 4,75% dan marketing sales yang sudah 71% dari target (tumbuh 31% yoy), tetapi tren besar masih melemah sehingga berisiko terjebak jika tekanan jual berlanjut.β
π― PROJECTED TARGETS & RISK MANAGEMENT:
π₯ TAKE PROFIT (UPSIDE POTENTIAL)
TP1: Rp430 (Resistance Minor dekat MA jangka menengah dan puncak pullback terakhir di atas 420)β
TP2: Rp470 (Resistance Major di area breakdown awal tren turun dari 470β500 yang sebelumnya menjadi zona distribusi kuat)β
π« STOP LOSS (DOWNSIDE PROTECTION)
SL: Rp340 (Support structure kuat di sekitar low 52-minggu dan area psikologis yang bila jebol menandakan pasar mulai mem-price-in skenario perlambatan properti lebih dalam)β
π RISK-REWARD CALCULATION (Berdasarkan Entry Ideal Rp379)
π’ TP1 Gain: +13.46% ((Rp430-Rp379)/Rp379100)
π’ TP2 Gain: +24.01% ((Rp470-Rp379)/Rp379100)
π΄ SL Risk: -10.29% ((Rp340-Rp379)/Rp379*100)
(Berdasarkan Entry Agresif Rp401)
π’ TP1 Gain: +7.23% ((Rp430-Rp401)/Rp401100)
π’ TP2 Gain: +17.21% ((Rp470-Rp401)/Rp401100)
π΄ SL Risk: -15.21% ((Rp340-Rp401)/Rp401*100)
π° MARKET SENTIMENT & INTELLIGENCE DATA:
π’ Katalis Utama (Korporasi):
SMRA adalah salah satu developer township terbesar di Indonesia dengan portofolio Summarecon Kelapa Gading, Serpong, Bekasi, Bandung, Makassar, hingga Bogor, terdiri dari pengembangan properti, properti investasi (mal, ritel, hotel), dan rekreasi.β
Hingga Q3 2025, pendapatan bersih turun sekitar 15% yoy menjadi Β±Rp6,41 triliun dan laba bersih turun sekitar 41% menjadi Β±Rp550 miliar, terutama karena penjualan rumah tapak merosot 35% ke Β±Rp2,8 triliun; namun segmen komersial, apartemen, dan kapling justru tumbuh 24%β39%, sementara recurring income mal/ritel dan hotel relatif stabil sekitar Rp2,2 triliun.β
Meskipun profit menurun, laporan menyebut marketing sales hingga Q3 2025 mencapai sekitar Rp3,57 triliun (naik 31% yoy, setara 71% dari target tahunan), arus kas operasional melonjak 315% ke Rp527 miliar, dan kas Rp3,1 triliun dengan cadangan lahan Rp10,2 triliun serta total aset Rp37 triliun, menunjukkan fundamental balance sheet masih solid.β
π Katalis Sektoral/Makro (Dynamic):
SMRA berada di sektor Property & Real Estate, sangat sensitif terhadap suku bunga dan daya beli kelas menengahβatas; segmen inilah yang menjadi fokus utama Summarecon dan relatif lebih resilien dibanding segmen menengahβbawah.β
Bank Indonesia menurunkan BI-Rate 25 bps ke 4,75% pada September 2025 dan menahannya di level tersebut pada OktoberβNovember, dengan inflasi tetap dalam target; penurunan yield SBN 2β10 tahun >100 bps membuka ruang penurunan suku bunga KPR bertahap, menjadi katalis medium-term bagi penjualan rumah tapak dan properti investasi.β
Beberapa riset sektor memperkirakan potensi percepatan penjualan properti di 2H25β2026 jika tren pelonggaran moneter berlanjut, menjadikan saham property berfundamental kuat seperti SMRA kandidat utama rebound ketika sentimen sektor membaik.β
β οΈ Risk Factor:
Koreksi laba bersih 41% dan penurunan margin kotor hampir 18% menandakan tekanan nyata pada profitabilitas, terutama dari segmen rumah tapak yang selama ini menjadi kontributor utama; jika pemulihan penjualan tidak terjadi dalam 1β2 tahun, valuasi dapat mengalami re-rating ke bawah.β
Liabilitas meningkat 12% yoy ke Rp22 triliun karena kenaikan utang bank dan obligasi; meski masih manageable, kenaikan leverage di tengah penurunan laba mempersempit ruang manuver jika kondisi makro memburuk atau suku bunga kembali naik.β
Sektor properti masih menghadapi isu daya beli, penyerapan apartemen yang selektif, dan kompetisi ketat antar township; keterlambatan peluncuran proyek baru atau oversupply kawasan tertentu dapat menghambat realisasi marketing sales yang sudah diklaim tinggi.β
π‘ Community Heatmap:
Diskusi SMRA di komunitas saham berada di level Ramai namun cenderung rasional: banyak yang melihatnya sebagai βblue chip propertyβ dengan aset kuat dan potensi rebound suku bunga, tetapi juga menyadari tren laba menurun; partisipasi trader murni momentum relatif lebih kecil dibanding investor swing/long-term.β
βοΈ ALGORITHMIC TRADING STRATEGY:
β¨ MODE SCALPING (Fast Execution)
Timeframe: 1β5 menit, fokus range 384β400 sebagai area fluktuasi intraday utama dengan volume cukup besar dan spread tipis.β
Trigger: Entry ketika harga memantul dari 384β388 dengan candle reversal hijau dan volume di atas rata-rata 20 candle, sementara bid ladder tebal di 380β388 dan offer tipis hingga 398β400; hindari entry saat tekanan jual asing meningkat dan candle merah panjang muncul berurutan.β
Sizing: Maksimal 3% ekuitas per posisi karena volatilitas moderat; cut loss cepat 2%β3% jika harga tembus kembali di bawah 380.β
Order Type: Gunakan limit order di dekat support intraday; market order hanya saat breakout di atas 400β404 dengan volume melonjak dan antrean beli mendominasi.β
β¨ MODE SWING (Trend Following)
Timeframe: Dailyβ4H, mengamati fase downtrend dari 480+ ke area 370β400 dan potensi pembentukan base seiring BI-Rate turun serta marketing sales membaik.β
Trigger: Buy on weakness di 370β388 ketika harga membentuk higher low dibanding low sebelumnya dan indikator momentum (MACD/RSI) mulai berbelok naik, idealnya beriringan dengan berita peluncuran proyek baru atau update marketing sales positif; alternatifnya buy on breakout daily di atas 430 dengan penutupan kuat sebagai konfirmasi reversal tren.β
Trailing Stop: Setelah harga menembus 430 dan bergerak menuju 470, geser stop loss ke sekitar 5% di bawah swing low terakhir (misalnya 408β412) untuk mengamankan profit sambil memberi ruang fluktuasi biasa saham properti.β
Exit Plan: Setup invalid bila harga menembus dan menutup harian di bawah 340 atau bila laporan keuangan berikut menunjukkan penurunan laba yang lebih tajam lagi disertai lonjakan utang, menandakan tekanan fundamental makin berat.β
π FINAL STOCKBOT VERDICT:
π MOMENTUM CHECK: NEGATIVE namun stabilizing
Reasoning: Tren harga masih turun dibanding tahun lalu sejalan dengan penurunan pendapatan dan laba, namun base kuat di area 370β390 dan katalis moneter (BI-Rate 4,75%) serta marketing sales yang tumbuh 31% memberi indikasi bahwa tekanan bisa mulai mereda menjelang 2026.β
π PRIMARY SIGNAL: SWING / WAIT β
RECOMMENDED FOR: Swing trader dan investor menengah yang fokus pada siklus properti dan siap menahan waktu sambil menunggu konfirmasi pemulihan, bukan untuk scalper sangat agresif atau trader yang hanya mencari momentum kuat jangka pendek.β
β SYSTEM CONFIDENCE SCORE: 67%
Logic: Skor dinaikkan oleh posisi SMRA sebagai developer township besar dengan land bank dan recurring income kuat, marketing sales yang tumbuh dan sudah mencapai 71% target, penurunan BI-Rate, dan neraca yang masih solid (+Aset besar, +Marketing sales naik 31%, +BI-Rate turun, +Kas & cadangan lahan kuat). Skor dikurangi oleh penurunan laba 41%, ketergantungan tinggi pada segmen rumah tapak yang sedang lemah, kenaikan liabilitas, dan risiko bahwa siklus properti pulih lebih lambat dari harapan (-Laba turun tajam, -Rumah tapak melemah, -Utang naik, -Sektor masih lesu).β
π EXECUTIVE SUMMARY "Berdasarkan analisis StockBot, saham ini menunjukkan kombinasi fundamental aset yang kuat dengan kinerja laba jangka pendek yang melemah akibat turunnya penjualan rumah tapak, sementara segmen komersial dan recurring income tetap relatif stabil. Algoritma memprediksi bahwa area Rp370βRp388 merupakan zona akumulasi rasional bagi pelaku pasar yang ingin memanfaatkan potensi pemulihan sektor properti pasca penurunan BI-Rate ke 4,75%, selama support Rp340 tidak ditembus. Algoritma memprediksi juga bahwa kenaikan menuju Rp430βRp470 bergantung pada keberlanjutan pertumbuhan marketing sales dan bukti perbaikan laba dalam beberapa kuartal ke depan seiring penurunan suku bunga kredit dan membaiknya sentimen properti. Kesimpulannya, StockBot menyarankan strategi SWING terukur atau WAIT bagi investor yang lebih konservatif, dengan entry bertahap dekat support dan disiplin stop loss pada Rp340 untuk mengendalikan risiko siklus sektor."β
β οΈ Disclaimer: Analisis ini dihasilkan oleh StockBot AI berdasarkan probabilitas statistik & data historis. Bukan nasihat keuangan mutlak. Do Your Own Research (DYOR).
$PJHB $GOTO