$PALM
Buat yg liat LK PALM dan kaget “Laba tiba-tiba Rp 2T+, kok market gak nge-gap up?”, jawabannya simpel: PALM itu bukan emiten operasional. Dia udah berubah jadi holding & investment company. Jadi kinerjanya bukan ditopang revenue, tapi mark-to-market + realisasi portofolio.
Makanya di LK, revenue cuma ratusan juta, tapi “Net gain on investments” tembus ± Rp 2,4T (9M25). Ini bukan cuan dari jualan barang, ini dari kenaikan nilai investasi + penjualan aset. Kalau portofolionya hijau → laba meledak. Kalau merah → bisa langsung minus. Modelnya mirip fund yang listing di bursa.
Sumber cuan Q2 & Q3 2025 itu bukan semata2 penjualan MMLP aja (walaupun transaksi ke ASII memang nyumbang cash-in). Kalau liat breakdown segmen di LK, kontribusi terbesar datang dari natural resources (MBMA, MDKA, dll.) yg nyumbang ± Rp 2,19T gain sendirian. MMLP = bagian dari “logistics”, kontribusinya jauh lebih kecil daripada tambang/metals.
Detail angka penting (9M25):
• Sales proceeds (net): ± Rp 2,17T
• Gain on sale (realized): ± Rp 116M
• Fair value gain (unrealized): sisanya → mayoritas.
Artinya cash masuk ada, tapi sebagian besar laba masih unrealized (mark-to-market). Ini sebabnya market belum kasih premium besar karena unrealized bisa kebalik kalau market koreksi.
Porto kunci PALM (yang jadi penentu cuan):
✅ MMLP – dulu kuasai 49,24%, dijual ke ASII
✅ MBMA – terkait ekosistem baterai & metals
✅ MDKA – tambang copper/gold/nickel
➡️ natural resources ini yg bikin laba melonjak, tapi juga bikin volatil karena harga komoditas & sentimen global
Jadi kesimpulannya PALM itu saham yang harus dibaca kayak fund, bukan kayak emiten pabrik/ritel. Yang lo analisa bukan revenue & margin, tapi fair value changes, disposal timing, cash conversion, dan komposisi portofolio. High gain? Iya. High risk? Juga iya, karena kalau portofolio merah bottom line langsung kebalik.
Kalau mau masuk $PALM, mindsetnya lo bukan beli perusahaan, lo beli exposure ke portofolio mereka.