“Cermin dari Dimas Kanjeng dan Saham Gorengan”
Di sebuah desa di Jawa Timur , orang-orang gempar oleh kabar seorang “guru sakti”alias dukun bernama Dimas Kanjeng
. Katanya, ia bisa menggandakan uang hanya dengan doa dan kain putih. Banyak yang datang membawa tabungan, emas, bahkan menjual sawah. Mereka bermimpi kaya mendadak.
Namun akhirnya terbongkar: semua hanyalah tipuan, uang habis, dua nyawa melayang, dan banyak keluarga hancur.
dia pun dimasukkan penjara
Bertahun-tahun kemudian, kisah serupa muncul tapi kali ini bukan lewat jubah dan dupa, melainkan lewat layar ponsel dan grafik saham.
Banyak orang tergoda oleh “saham gorengan”, yang katanya bisa naik 100% dalam sehari. Mereka tak mau belajar, tak mau sabar. Mereka ingin “menggandakan uang” seperti dulu — hanya dengan klik beli.
Namun akhirnya, grafik itu jatuh, rekening terkuras, dan impian lenyap.
Dimas Kanjeng memakai ilusi mistik, sementara saham gorengan memakai ilusi digital.
Bedanya sedikit: satu di dunia nyata, satu di dunia maya.
Tapi akarnya sama yaitu keserakahan dan keinginan kaya tanpa proses.
Kedua kisah ini mengajarkan:
Uang yang tumbuh tanpa kerja keras dan cerdas dan savar , biasanya tumbuh di kebohongan.”
"Orang yang ingin cepat kaya, sering justru belajar cepat miskin.”
Jalan bijak itu bukan jalan ajaib, melainkan jalan sabar: belajar, bekerja, menabung, dan berinvestasi dengan logika, bukan mimpi.
happy week end all
$ITMG $BBRI $BBCA
