Grafik Pergerakan Net Net Buy dan Net Sell investor asing di IHSG dari tahun 2018 hingga YTD 2025
Diskusi di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Sumber Data: https://stockbit.com/post/19424701
Grafik Pergerakan Net Buy dan Net Sell investor asing di IHSG dari tahun 2018 hingga YTD 2025. Warna merah menunjukkan tahun dengan Net Sell (dana asing keluar), sedangkan warna hijau menunjukkan tahun dengan Net Buy (dana asing masuk). Terlihat jelas bahwa arus modal asing sangat fluktuatif, dengan titik balik besar terjadi pada 2021β2022, lalu kembali melemah di 2025. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Selama tujuh tahun terakhir, pergerakan investor asing di pasar modal Indonesia, khususnya IHSG, menunjukkan dinamika yang penuh liku, dipengaruhi oleh tekanan global, krisis, kebangkitan sektor tertentu, euforia sesaat, dan aksi akrobatik para bandar. Dari 2018 sampai Juli 2025, total dana asing yang keluar masuk sudah mencapai angka ribuan triliun, tapi pola yang muncul menunjukkan satu hal jelas, investor asing bukan cuma ikut arus, tapi juga tahu kapan harus minggat dan kapan harus borong.
Kita mulai dari 2018, ketika investor asing mencatat Net Sell Rp50,7 triliun, tahun yang penuh tekanan karena The Fed agresif menaikkan suku bunga, rupiah anjlok sampai tembus Rp15.200 per USD, dan kekhawatiran perang dagang AS-Tiongkok mulai menggila. Pasar emerging market babak belur, dan Indonesia tak kebal. IHSG turun hampir 3%, dan investor asing pilih hengkang. Tahun ini juga ditandai oleh ketidakpastian politik menjelang Pilpres 2019, yang bikin sentimen makin suram.
Lanjut ke 2019, Net Sell asing tinggal Rp2,7 triliun, sebuah napas pendek sebelum badai datang. Rupiah sempat menguat ke kisaran Rp13.800, The Fed melunak sedikit, dan ekspektasi ekonomi membaik. Tapi euforianya singkat. IHSG memang sempat naik tipis, tapi mayoritas saham bluechip stagnan. Investor asing tetap wait and see karena kondisi global belum jelas, sementara dalam negeri mulai ramai isu utang BUMN dan stimulus belum terasa. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
2020 adalah titik nadir. Pandemi COVID-19 bikin semuanya porak-poranda. Investor asing keluar besar-besaran dengan total Net Sell Rp47,8 triliun. IHSG sempat anjlok ke bawah 4.000, saham-saham bluechip nyaris diskon 50%, dan rupiah terdepresiasi tajam ke atas Rp16.000/USD. Sektor perbankan, properti, transportasi, dan energi konvensional jadi bulan-bulanan. Yang menarik, asing justru masuk lagi ke sektor farmasi dan teknologi di kuartal akhir 2020, walau porsinya kecil.
Tahun 2021 jadi titik balik. Asing kembali dengan Net Buy Rp39,7 triliun. Efek vaksinasi, pembukaan ekonomi, dan booming komoditas seperti batu bara, nikel, dan CPO bikin asing mulai mengoleksi saham-saham sektor energi dan tambang. IHSG rebound kuat, dan rupiah relatif stabil di kisaran Rp14.000-an. Tapi euforia terbesar datang dari saham-saham bank digital seperti ARTO, BBHI, dan BBYB yang terbang ratusan persen, walau mayoritas digoreng investor lokal dan institusi dalam negeri.
2022 jadi tahun emas. Net Buy asing tembus Rp60,5 triliun, jadi yang tertinggi sejak 2012. Ini puncak dari euforia komoditas, batu bara, minyak sawit, dan nikel melejit karena efek perang Rusia, Ukraina. Asing masuk besar ke sektor energi, tambang, dan banking. Bank besar seperti BBRI, BBCA, BMRI dan Coal ITMG ADRO PTBA jadi sasaran empuk. Di saat yang sama, valuasi pasar Indonesia terlihat relatif murah dibanding negara lain yang inflasinya sudah meroket. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Masuk 2023, meskipun euforianya mulai reda, asing tetap mencatat Net Buy Rp10,2 triliun. Tapi kalau dilihat lebih detail, ini didominasi oleh arus masuk ke saham-saham BUMN, terutama karena dividen jumbo dan narasi hilirisasi. Di sisi lain, saham teknologi dan bank digital mulai kehabisan napas. Banyak saham yang mulai turun tajam akibat realisasi kinerja tak sesuai harapan dan tekanan suku bunga global. IHSG stagnan, transaksi mengecil, dan investor lokal mulai jenuh.
Tahun 2024 membawa kejutan. Asing masih Net Buy Rp16,53 triliun, tapi pattern-nya berubah. Saham-saham bluechip justru cenderung stagnan atau malah dibuang. Kapitalisasi bank besar tak lagi menarik, dan dana asing mulai mengalir ke saham-saham energi baru terbarukan, khususnya saham grup Prajogo Pangestu seperti BREN dan CUAN. Investor asing mulai masuk tipis-tipis ke green energy, dengan antisipasi masuknya BREN ke MSCI dan potensi listing entitas baru di sektor nikel dan hilirisasi. Tapi total transaksi harian IHSG justru sepi, bahkan sering di bawah Rp10 triliun. Retail banyak exit, asing akumulasi senyap. Valuasi bank mulai overweight, energi jadi the new favorite.
Masuk 2025, tepatnya hingga Juli, terjadi pembalikan arah. Asing mencatat Net Sell Rp15,1 triliun. Di tengah tekanan geopolitik, inflasi sticky di AS, dan ekspektasi suku bunga yang lebih lama tinggi (higher for longer), investor asing mulai cabut dari pasar negara berkembang. Tapi yang bikin menarik, meskipun asing keluar, saham-saham Prajogo malah naik gila-gilaan. BREN naik hampir 10 kali lipat dari harga IPO Oktober 2023 (Rp780) ke Rp8.000, dengan market cap tembus Rp1.070 triliun, menyalip BBCA. CUAN pun naik tajam, market cap-nya sentuh Rp185 triliun. Sementara itu, saham-saham bluechip seperti BBRI, BBCA, TLKM malah stagnan atau turun. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Fenomena unik terjadi di 2025, institusi asing cenderung distribusi, tapi sektor energi, khususnya EBT dan nikel, jadi primadona karena narasi MSCI, transisi hijau, dan geopolitik. Retail ramai-ramai masuk ke saham yang dianggap green walaupun valuasinya sudah nggak make sense. Di sisi lain, investor besar mulai rotasi ke aset defensif atau rebalancing ke negara lain.
Dari data tujuh tahun itu, total Net Sell asing periode 2018, 2019, dan 2020 mencapai Rp101,2 triliun, sementara total Net Buy 2021 sampai 2024 mencapai Rp126,93 triliun. Jadi dalam periode tujuh tahun, asing masih Net Buy bersih Rp25,73 triliun. Tapi itu sudah dikurangi lagi dengan Net Sell Rp15,1 triliun di YTD 2025, artinya akumulasi bersih tujuh tahun lebih sedikit dari yang dibayangkan.
Pola investor asing sangat tergantung pada narasi makro global dan sektor tematik. Dari panic selling di 2020, euforia komoditas di 2022, sampai rotasi ke green energy di 2024. Tahun 2025 menunjukkan titik kritis baru, pasar mulai selektif, likuiditas mengecil, dan tekanan global kembali naik. Tapi satu hal yang pasti, asing datang bukan karena cinta, mereka datang kalau valuasi murah dan prospek jelas. Begitu mahal, sentiment berubah, atau retail terlalu euforia, asing angkat kaki tanpa pamit.
Jadi intinya itu aseng keluar pun ndak apa-apa, kalau bandar lokal bisa strong seperti Prajogo. πΏπΏπΏ
Tapi kalau mau exit Liquidity di pucuk, investor aseng tetap penting dan dibutuhkan apalagi buat dump di indeks MSCI FTSE.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BREN $CDIA $BBRI
1/6