$WIFI $INET
INVESTOR REALISTIS
Setelah beberapa waktu terakhir membaca & mencoba memahami orang2 yang kontra dengan prospek WIFI, saya coba ringkas + view pribadi:
1. Perusahaan dengan pencatatan gak rapih, alamat di ruko, overstatement dan target penjualan gak masuk akal.
Pendapat: ketika Hashim masuk dan melakukan due diligence, timnya memang gak notice masalah ini? Membeli perusahaan gak hanya melihat aset yang tertulis di lap keu, tapi potensi aset yang dimiliki kalo fully utilized bisa gimana. Menurut kalian itu orang2 NTT gak bisa baca lap keu karena bahasa indo? kalo itu yang ada di pikiran teman2, ya saya juga bingung juga jelasinnya. Btw mengenai pencatatan saya pernah ikutan nimbrung, kalo ditunjuknya direktur sekaligus corporate secretary baru bisa jadi game changer untuk masalah ini. Let see, lap keu Q1 / Q2 akan seperti apa. Kalo gak bisa kasi toleransi beberapa kuartal, berarti Anda trading atau jangan disentuh sahamnya.
2. Potensi seperti grup Bakrie di tahun 2008
Pendapat: kepemilikan saham oleh orang yang berhubungan dengan politik bisa memberikan risiko tersendiri. Hal ini balik lagi, cara kita mengelola portfolio. Mau ambil risiko dengan porsi terukur atau tidak sama sekali. Cuma kalo disamakan dengan BUMI dll di tahun 2008 si jauh banget. BUMI itu ada di hampir semua top 10 holdings-nya reksadana di Indonesia. Dari asing sampai lokal. Top 10 itu artinya kalo reksadana AUMnya 1 Triliun, dia pegang sahamnya bisa kisaran minimal 50- 100 Miliar dan banyak fund yang pegang. Saya inget banget ada produk discretionary fund (produk kelolaan dana terbatas untuk "sophisticated investor") isinya cuma 1 saham BUMI dengan dana kelolaan ratusan M di tahun 2008. Coba sekarang sama WIFI, sama gak statistiknya? Only speak with data not assumption.
3. Valuasi mahal dengan P/E, PBV, DER dll
Pendapat: Ini masalah cukup krusial, karena banyak yang memberikan pendapat valuasi dll tapi mereka sendiri menganut value investing dimana ini gak akan pernah cocok sama growth investing. Perusahaan lagi ekspansi besar2an trus mau dinilai dari sisi DER? Ya mana bisa. Lagi mencoba growth signifikan mana bisa pake P/E & PBV murah apalagi dibandingkan sama TLKM dll. Normalnya yang aset besar dan lagi berhutang skala besar bisa pake EV/EBITDA tapi masalahnya mau dibandingkan dengan siapa di Imdonesia? Gak ada yang lagi ngerjain sama dengan WIFI. Normalnya WIFI ini akan membentuk valuasi premium sendiri. Kalo saat ini P/E 20x dibilang mahal, tunggu nanti ketika P/Enya bisa 50x 馃ぃ
Pilih perusahaan yang bagus fundamental WAJIB ADA GROWTH STORY. Kalo gak nasibnya seperti beli UNVR di harga 8000 dan dihold sampai sekarang.
4. Saham gorengan
Pendapat: gorengan atau identik dengan teknik "pump & dump" itu bisa dilakukan dengan likuiditas yang kecil. Jadi definisi gorengan itu tergantung berapa jumlah kelolaan dananya. Memang kalian pikir saham big banks kita di mata FM asing yang kelola ratusan dan ribuan triliun gak seperti saham gorengan? Semua saham yang menuju kestabilan likuditas pasti akan memasukin fase "gorengan". Kenapa? karena di situlah terjadi transisi kepemilikan dan yang mengatur ritme ke depannya.
Kalo kalian mau fokus, fokuslah pada agenda di bawah ini:
April: Lap keu Q1
Mei: Lelang frekuensi
Jun: RI
3 bulan yang krusial. Kalo bisa dilewati dengan baik, barulah bermimpi lagi mengenai indeks global, SWF atau hal lainnya 馃檪
Saya sangat welcome yang mau diskusi, karena view yang berbeda pasti akan sangat bagus buat semuanya 馃檪